Perlindungan Nasabah dalam Arsitektur Perbankan Indonesia

Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009

2. Perlindungan Nasabah dalam Arsitektur Perbankan Indonesia

Jika selama ini Bank Indonesia selalu berpedoman pada UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 dan UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah dengan UU Nomor 3 Tahun 2004, maka dengan telah berlaku efektifnya UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen sejak tahun 2001 aspek pengaturan perbankan pun harus diperluas dengan aspek perlindungan dan pemberdayaan nasabah sebagai konsumen pengguna jasa bank. Upaya ini kemudian berlanjut dan dituangkan menjadi Pilar ke VI dalam Arsitektur Perbankan Indonesia API yang mencakup empat aspek, yaitu mekanisme pengaduan nasabah, pembentukan lembaga mediasi independen, transparansi informasi produk, dan edukasi nasabah. Keempat aspek tersebut dituangkan kedalam empat program API, yaitu: 1. Penyusunan standar mekanisme pengaduan nasabah. 2. Pembentukan lembaga mediasi perbankan independen. 3. Penyusunan standar transparansi informasi produk. 4. Peningkatan edukasi untuk nasabah. Keempat program di atas saling terkait satu sama lain dan secara bersama- sama akan dapat meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan hak-hak nasabah. Secara ideal, implementasi program-program di atas seharusnya dimulai dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai kegiatan usaha dan produk- produk keuangan dan perbankan. Edukasi ini selain untuk memperluas wawasan masyarakat mengenai industri perbankan juga ditujukan untuk mendorong peningkatan taraf hidup masyarakat melalui pengenalan perencanaan keuangan. Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 Langkah selanjutnya setelah edukasi adalah dilaksanakannya transparansi mengenai karakteristik produk-produk keuangan dan perbankan. Transparansi ini penting dilakukan agar masyarakat yang berkeinginan untuk menjadi nasabah calon nasabah bank mendapatkan informasi yang cukup memadai mengenai manfaat, risiko, dan biaya-biaya yang terkait dengan suatu produk tertentu sehingga keputusan untuk memanfaatkan produk tersebut telah melalui pertimbangan yang matang dan sesuai dengan kebutuhan calon nasabah. Penerbitan PBI Nomor 76PBI2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah dan PBI Nomor 77PBI2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah yang menjadi bagian dari Paket Kebijakan Perbankan Januari 2005 dan PBI Nomor 85PBI2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Mediasi Perbankan sebagai bagian dari Paket Kebijakan Perbankan Januari 2006 merupakan realisasi dari upaya Bank Indonesia untuk menyelaraskan kegiatan usaha perbankan dengan amanat Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang mewajibkan adanya kesetaraan hubungan antara pelaku usaha bank dengan konsumen nasabah. Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009

BAB III TINJAUAN UMUM PENYELESAIAN SENGKETA

ANTARA BANK DAN NASABAH

A. Arti Penting Penyelesaian Sengketa Alternatif

Perselisihan atau persengketaan merupakan suatu keadaan yang tidak dikehendaki oleh setiap manusia sehat akal dan pikiran. Akan tetapi dalam pergaulan di masyarakat, hidup di tengah orang yang berbeda kepentingan, pasti tidak akan dapat sama sekali tidak berhadapan dengan perselisihan. Perselisihan itu dapat disebabkan oleh hal-hal kecil, misalnya tentang batas tanah dengan tetangga atau perselisihan atas perjanjian yang telah dibuat sebelumnya. Suatu perselisihan itu muncul, antara lain disebabkan karena masing-masing merasa benar, merasa berhak atas apa yang diperselisihkan. 33 Di dalam pergaulan masyarakat, kedamaian adalah merupakan idaman setiap anggota masyarakat. Kedamaian akan terwujud antara lain jika berbagai kepentingan yang berbeda dari masing-masing anggota masyarakat tidak saling bertentangan. Pertentangan kepentingan itulah yang menimbulkan perselisihan persengketaan dan untuk menghindari hal tersebut, dicari jalan untuk mengadakan tata tertib, yaitu dengan membuat ketentuan atau kaedah hukum, yang harus ditaati oleh setiap anggota masyarakat, agar dapat mempertahankan hidup bermasyarakat. Apabila kaedah hukum itu dilanggar, maka kepada yang bersangkutan akan dikenakan sanksi atau hukuman. Yang dimaksud dengan kepentingan tersebut adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata yang diatur dalam hukum perdata materil. Misalnya terhadap sengketa antara bank dan 33 http:bh4kt1.multiply.comjournalitem19, diakses pada tanggal 27 Oktober 2007