Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas ALB, 2009.
USU Repository © 2009
berkebangsaan Belgia. Luas kebun kelapa sawit terus bertambah, dari 1.272 hektar pada tahun 1916 menjadi 92.307 hektar pada tahun 1983.
Sebagai areal perkebunan kelapa sawit di Sumatera pada mulanya dimiliki oleh masyarakat secara perorangan, namun dalam perkembangannya, kepemilikan
perkebunan ini digantikan oleh perusahan-perusahan asing dari Eropa. Pada tahun 1957, pemerintah republik Indonesia menasionalisasikan mengambil alih seluruh
perkebunan milik asing menjadi perusahaan milik negara. Perkebunan kelapa sawit di
Indonesia terus mengalami perkembangan, meskipun dalam perjalannaya mengalami pasang surut Hadi, 2004.
2.2. Varietas Tanaman Kelapa Sawit
Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang dapat dikenal. Varietas- varietas itu dapat dibedakan berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas-varietas
tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain mampu menghasilkan produksi yang lebih baik
dibandingkan varietas lain Hadi, 2004.
2.2.1. Berdasarkan Tebal Tipisnya Tempurung
Berdasarkan tebal tipisnya tempurung, kelapa sawit dibedakan menjadi lima varietas utama, yaitu:
1. Varietas Dura
Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas ALB, 2009.
USU Repository © 2009
Tempurung cukup tebal 2-8 mm, daging buah tipis. Persentase daging buah terhadap buah 35-50, inti buah kernel besar, tetapi kandungan minyaknya rendah.
Dalam berbagai persilangan untuk menghasilkan varietas baru, varietas Dura selalu dijadikan sebagai tanaman betina ibu oleh pusat-pusat penelitian.
1. Varietas Psifera
Tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada. Daging buah tebal, inti buah sangat kecil. Kandungan minyak inti rendah karena ukuran kernelnya sangat kecil.
Dalam persilangan untuk menghasilkan varietas baru, varietas Psifera dijadikan sebagai tanaman pejantan bapak atau sebagai penghasil tepung sari.
2. Varietas Tenera
Merupakan hasil persilangan antara varietas Dura D dan PsiferaP sehingga sifat-sifat morfologi dan anatomi varietas ini DxP merupakan perpaduan antara
kedua sifat induknya. Tebal tempurung varietas Tenera adalah 0,5-4,0 mm, persentase daging buah terhadap buah 60-90, kandungan minyak daging buah 18-23, dan
kandungan minyak inti 5. 3.
Varietas Macro Carya Daging buah sangat tipis, tempurung sangat tebal 4-5 mm
4. Varietas Dwikka Wakka
Dwikka Wakka mempunyai ciri yang khas, yaitu daging buahnya sabut berlapis dua. Oleh karena itu disebut Dwikka. Macro Carya dan Dwikka Wakka
merupakan varietas yang jarang ditemukan di lapangan, sedangkan tenera merupakan varietas yang paling banyak dibudidayakan karena dianggap paling menguntungkan
secara ekonomis Hadi, 2004.
Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas ALB, 2009.
USU Repository © 2009
2.2.2. Berdasarkan Warna Kulit Buah
Pembagian Varietas berdasarkan warna kulit buah, terdapat tiga varietas kelapa sawit, yaitu sebagai berikut:
a. Nigrescens
Warna kulit buah kehitaman saat masih mudah dan berubah menjadi jingga kemerahan jika sudah tuamasak.
b. Virescens
Warna kulit hijau saat masih muda dan berubah menjadi jingga kemerahan jika sudah tuamasak, namun masih meninggalkan sisa-sisa warna hijau.
c. Albescens
Warna kulit keputih-putihan saat masih muda dan berubah menjadi kekuning- kuningan jika sudah tuamasak.
Di antara ketiga varietas di atas, Nigrescens paling banyak dibudidayakan. Virescens dan Albescens jarang dijumpai dilapangan, umumnya hanya digunakan
sebagai bahan penelitian oleh lembaga-lembaga penelitian Mangoensoekarjo, 2003.
2.3. Buah Kelapa Sawit