Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)

(1)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN INTI SAWIT TERHADAP

KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB)

KARYA ILMIAH

BINA JEKSEN SIHOTANG

062409072

PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN INTI SAWIT TERHADAP

KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB)

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

BINA JEKSEN SIHOTANG

062409072

PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN INTI

SAWIT TERHADAP KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB)

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : BINA JEKSEN SIHOTANG

Nomor Induk Mahasiswa : 062409072

Program Studi : D-3 KIMIA INDUSTRI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, 27 Juni 2009

Diketahui / Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing,

Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS Dra. Herlince Sihotang, M.Si


(4)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

PERNYATAAN

PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN INTI SAWIT TERHADAP KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB)

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 27 Juni 2009

BINA JEKSEN SIHOTANG 062409072


(5)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya.

Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa untuk menyelesaikan program studi D-3 Kimia Industri F.MIPA USU.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Ilmiah ini banyak kekurangan maupun kekeliruan baik dari segi isi maupun penyusunan kata. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan karya ilmiah ini.

Penyusunan karya ilmiah ini dilakukan berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi dengan judul “PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN INTI SAWIT TERHADAP KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB)”.

Selama penulisan karya ilmiah ini penulis banyak mendapatkan dorongan, bantuan dan petunjuk dari semua pihak, maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda S.Sihotang (Alm) dan Ibunda H.Panjaitan tercinta yang telah bersusahpayah tanpa pamrih berbuat yang terbaik demi kemajuan anak-anaknya baik material maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelsaikan karya ilmiah ini.

2. Ibu Dra.Herlince Sihotang, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan untuk meyelesaikan karya ilmiah ini. 3. Bapak Prof.Dr.Eddy Marlianto, M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam.

4. Ibu DR.Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

5. Bapak Prof.Dr.Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil, selaku Ketua Program Studi Kimia Industri Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

6. Abangku Hendrik P. Sihotang, Edwin P. Sihotang dan Adiku tersayang Riris O. Sihotang yang telah memberikan doa dan dukungannya dalam penyelsaian karya ilmiah ini.

7. Bang Alex, kak Sepriana, kak Ina, Tiwi, Vina, Nita yang telah memberi dorongan semangat dalam penyelsaian karya ilmiah ini.

8. Kepada rekan satu PKL, Erix, Firman, Florens, Helga, Hotdina, Santy serta teman satu perjuanganku Faisal, Ricky, Priyasin, Ivo, Mariah, Risna dan rekan-rekan kimia industri angkatan 2006 yang telah membantu dalam penyelsaian karya ilmiah ini.


(6)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

9. Seluruh dosen khusus dosen-dosen kimia industri serta para staf tata usaha kimia industri.

10.Seluruh pihak PTPN III Kebun Rambutan yang telah membantu, dan mengarahkan penulis selama pengerjaan karya ilmiah ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan karya ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca dalam meningkatkan wawasan pengetahuan di bidang Ilmu Pengetahuan Alam.

Medan, 27 Juni 2009 Penulis


(7)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan kadar air dan kadar asam lemak bebas (ALB) dari inti sawit yang baru diproduksi dengan inti sawit yang disimpan selama 1 minggu dan 2 minggu. Dari hasil analisa diperoleh data dari kadar air dari inti sawit yang baru diproduksi dan yang disimpan selama 1 minggu dan 2 minggu sebesar 7,18; 7,68 dan 8,24 sedangkan kadar asam lemak bebas yang diperoleh dari inti sawit yang baru diproduksi dan yang disimpan selama 1 minggu dan 2 minggu sebesar 0,30; 0,65 dan 0,83.


(8)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

THE INFLUENCE OF STORAGE TIME TO FREE FATTY ACID (FFA) AND MOISTURE CONTENTS IN PALM KERNEL

ABSTRACT

The determination of free fatty acid (FFA) and moisture contents have been done in palm kernel that just produced with palm kernel that stored during a week and two weeks. From result of analysis, obtained data of free fatty acid content from palm kernel that just produced and that stored during a week and two weeks that’s 0,30; 0,65 and 0,83. whereas, data of moisture content from palm kernel that just produced and that stored during a week and two weeks that’s 7,18; 7,68; and 8,24.


(9)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGHARGAAN ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan ... 2

1.4. Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit ... 4

2.2. Varietas Tanaman Kelapa Sawit ... 5

2.2.1. Berdasarkan Tebal Tipisnya Tempurung ... 5

2.2.2. Berdasarkan Warna Kulit Buah ... 6

2.3. Buah Kelapa Sawit ... 7

2.4. Manfaat Kelapa Sawit dan Produknya ... 7

2.5. Panen ... 8

2.5.1. Fraksi Tandan Buah Segar ... 9

2.6. Pengolahan Kelapa Sawit ... 10

2.7. Pengolahan Inti Sawit ... 13

2.8. Inti Sawit ... 16

2.8.1. Komposisi Biji Inti Sawit ... 17

2.9. Minyak Inti Sawit ... 18

2.10. Asam Lemak ... 18

2.10.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Inti Sawit ... 19

2.11. Asam Lemak Bebas ... 20

2.12. Kadar Air... 21

BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Alat-alat... 22


(10)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

3.3. Prosedur Percobaan ... 23

3.3.1. Pembuatan Reagen ... 23

3.3.2. Penentuan Kadar Air ... 24

3.3.3. Penyediaan Sampel ... 24

3.3.3.1. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data ... 26

4.2. Perhitungan ... 27

4.3. Pembahasan ... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 31

5.2. Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Tingkatan Fraksi Tandan Buah Segar ... 9

Tabel 2.2. Sifat Fisik Minyak Inti Sawit ... 17

Tabel 2.3. Komposisi Biji Inti Sawit ... 17

Tabel 2.4. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit dan Minyak Inti sawit ... 19

Tabel 4.1. Hasil Analisa Kadar Air dari Inti Sawit ... 26


(12)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak yang dapat dimakan (edible oil), minyak industri, maupun bahan bakar hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setela ke depan memperkirakan bahwa pada tahun 2009 Indonesia akan menempati posisi

pertama sebagai penghasil minyak kelapa sawit dunia

Salah satu mutu minyak inti sawit tergantung pada kadar air dan kadar asam lemak bebas. Jumlah kandungan air pada minyak dapat bertambah disebabkan karena pengolahan minyak sawit itu sendiri serta saat penyimpanan. Kenaikan kandungan air dapat menyebabkan terjadinya hidrolisis minyak sawit yang dipacu oleh enzim lipase sehingga akan terbentuk asam lemak dan gliserin. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi

ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk (Tim Penulis, 1997).


(13)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

Untuk mengawetkan inti sawit yang keluar dari alat pemisah biji perlu dilakukan usaha untuk menurunkan kandungan air sehingga tidak terjadi proses penurunan mutu. Proses penurunan mutu umumnya terjadi selama proses penyimpanan, oleh sebab itu perlu diperhatikan proses dan kondisi penyimpanan serta interaksi antara kelembaban udara dan kadar air inti (Naibaho, 1998).

Dalam hal ini, harus dilakukan pemeriksaan terhadap kadar air dan kadar asam lemak bebas dari inti yang baru diproduksi dan inti yang disimpan selama 1 minggu dan 2 minggu. Dari hasil analisa yang diperoleh dilaboratorium maka akan diketahui apakah kadar air dan kadar asam lemak bebas yang telah disimpan masih memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dan pabrik dapat menekan sekecil mungkin kualitas dan kehilangan minyak selama pengolahan dan penyimpanan inti sawit.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk lebih mendalami dan menulis karya ilmiah ini dengan judul “Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)”.

1.2. Perumusan Masalah

Apakah kadar air dan kadar asam lemak bebas (ALB) dari inti sawit yang baru diproduksi dan inti sawit yang disimpan selama 1 minggu dan 2 minggu sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Dimana kadar air maksimum adalah 7,0% dan kadar asam lemak bebas maksimum adalah 1,0%.


(14)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

- Untuk mengetahui apakah kadar air dan kadar asam lemak bebas (ALB) dari inti sawit yang baru diproduksi dan inti sawit yang disimpan selama 1 minggu dan 2 minggu masih memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.

1.4. Manfaat

- Untuk melihat secara langsung penerapan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah terhadap variabel-variabel yang berkaitan dengan proses produksi dalam skala besar.

- Untuk mengetahui kenaikan kadar air dan kadar asam lemak bebas dari inti sawit yang telah disimpan selama 1 minggu dan 2 minggu.


(15)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di hutan belantara negara tersebut. Kelapa sawit pertama masuk ke Indonesia pada tahun 1848, di bawah dari Mauritius dan Amsterdam oleh seorang warga Belanda. Bibit kelapa sawit yang berasal dari kedua tempat tersebut masing-masing berjumlah dua batang dan pada tahun itu juga ditanam di Kebun Raya Bogor. Hingga saat ini, dua dari empat pohon tersebut masih hidup dan diyakini sebagai nenek moyang kelapa sawit yang ada di Asia Tenggara. Sebagai keturunan kelapa sawit dari Kebun Raya Bogor tersebut telah diintroduksi ke Deli Serdang (Sumatra Utara) sehingga dinamakan varietas Deli Dura.

Perkebunan kelapa sawit komersial pertama di Indonesia mulai diusahakan pada tahun 1911 di Aceh dan Sumatra Utara oleh Adrien Hallet, seorang


(16)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

berkebangsaan Belgia. Luas kebun kelapa sawit terus bertambah, dari 1.272 hektar pada tahun 1916 menjadi 92.307 hektar pada tahun 1983.

Sebagai areal perkebunan kelapa sawit di Sumatera pada mulanya dimiliki oleh masyarakat secara perorangan, namun dalam perkembangannya, kepemilikan perkebunan ini digantikan oleh perusahan-perusahan asing dari Eropa. Pada tahun 1957, pemerintah republik Indonesia menasionalisasikan (mengambil alih) seluruh perkebunan milik asing menjadi perusahaan milik negara. Perkebunan kelapa sawit di

Indonesia terus mengalami perkembangan, meskipun dalam perjalannaya mengalami pasang surut (Hadi, 2004).

2.2. Varietas Tanaman Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang dapat dikenal. Varietas-varietas itu dapat dibedakan berdasarkan warna kulit buahnya. Selain Varietas-varietas-Varietas-varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan varietas lain (Hadi, 2004).

2.2.1. Berdasarkan Tebal Tipisnya Tempurung

Berdasarkan tebal tipisnya tempurung, kelapa sawit dibedakan menjadi lima varietas utama, yaitu:


(17)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

Tempurung cukup tebal (2-8 mm), daging buah tipis. Persentase daging buah terhadap buah 35-50%, inti buah (kernel) besar, tetapi kandungan minyaknya rendah. Dalam berbagai persilangan untuk menghasilkan varietas baru, varietas Dura selalu dijadikan sebagai tanaman betina (ibu) oleh pusat-pusat penelitian.

1. Varietas Psifera

Tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada. Daging buah tebal, inti buah sangat kecil. Kandungan minyak inti rendah karena ukuran kernelnya sangat kecil. Dalam persilangan untuk menghasilkan varietas baru, varietas Psifera dijadikan sebagai tanaman pejantan (bapak) atau sebagai penghasil tepung sari.

2. Varietas Tenera

Merupakan hasil persilangan antara varietas Dura (D) dan Psifera(P) sehingga sifat-sifat morfologi dan anatomi varietas ini (DxP) merupakan perpaduan antara kedua sifat induknya. Tebal tempurung varietas Tenera adalah 0,5-4,0 mm, persentase daging buah terhadap buah 60-90%, kandungan minyak daging buah 18-23%, dan kandungan minyak inti 5%.

3. Varietas Macro Carya

Daging buah sangat tipis, tempurung sangat tebal (4-5 mm) 4. Varietas Dwikka Wakka

Dwikka Wakka mempunyai ciri yang khas, yaitu daging buahnya (sabut) berlapis dua. Oleh karena itu disebut Dwikka. Macro Carya dan Dwikka Wakka merupakan varietas yang jarang ditemukan di lapangan, sedangkan tenera merupakan varietas yang paling banyak dibudidayakan karena dianggap paling menguntungkan secara ekonomis (Hadi, 2004).


(18)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

2.2.2. Berdasarkan Warna Kulit Buah

Pembagian Varietas berdasarkan warna kulit buah, terdapat tiga varietas kelapa sawit, yaitu sebagai berikut:

a. Nigrescens

Warna kulit buah kehitaman saat masih mudah dan berubah menjadi jingga kemerahan jika sudah tua/masak.

b. Virescens

Warna kulit hijau saat masih muda dan berubah menjadi jingga kemerahan jika sudah tua/masak, namun masih meninggalkan sisa-sisa warna hijau.

c. Albescens

Warna kulit keputih-putihan saat masih muda dan berubah menjadi kekuning-kuningan jika sudah tua/masak.

Di antara ketiga varietas di atas, Nigrescens paling banyak dibudidayakan.

Virescens dan Albescens jarang dijumpai dilapangan, umumnya hanya digunakan

sebagai bahan penelitian oleh lembaga-lembaga penelitian (Mangoensoekarjo, 2003).

2.3. Buah Kelapa Sawit

Hasil utama perkebunan kelapa sawit adalah buah kelapa sawit. Selanjutnya, buah kelapa sawit diproses (ekstraksi) di pabrik penggilingan (mill) sehingga menghasilkan ekstrak, berupa minyak kelapa sawit mentah atau CPO (Crude Palm Oil) dan minyak inti sawit PKO (Palm Kernel Oil).

Pada kelapa sawit, minyak diambil dari dua sumber. Pertama hasil ekstraksi sabut sebagai sumber utama, dan kedua, dari inti buah yang berada di bagian dalam


(19)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

tempurung. Sabut pada kelapa sawit disebut daging buah, sedangkan inti buah yang terdapat di bagian dalam tempurung disebut kernel. Hasil ekstraksi sabut kelapa sawit adalah CPO, sedangkan hasil ekstraksi inti buah adalah KPO. CPO dan PKO merupakan minyak kelapa sawit mentah dan merupakan hasil industri hulu yang selanjutnya dapat diolah menjadi berbagai produk pangan, nonpangan, dan industri (Hadi, 2004).

2.4. Manfaat Kelapa Sawit dan Produknya

Kelapa sawit merupakan tanaman tropis penghasil minyak nabati yang hingga saat ini diakui paling produktif dan ekonomis dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya, misalnya kedelai, kacang tanah, kelapa, bunga matahari, dan lain-lain.

Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak kelapa sawit memiliki keistimewaan tersendiri, yakni rendahnya kandungan kolesterol dan dapat diolah lebih lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanya dikonsumsi untuk kebutuhan pangan (minyak goreng, margarin, vanaspati, lemak, dan lain-lain), tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan nonpangan (gliserin, sabun, deterjen, BBM, dan lain-lain).

Kegunaan dari masing-masing produk tersebut adalah :

• Minyak kelapa sawit merupakan bahan baku untuk kebutuhan pangan (minyak goreng, margarin, vanaspati, lemak, dan lain-lain), tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan nonpangan (gliserin, sabun, deterjen, BBM, dan lain-lain).

• Inti sawit yang menghasilkan minyak inti digunakan sebagai bahan sabun, minyak goreng, kosmetik, dan sebagainya.


(20)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

• Tandan kosong untuk bahan bakar ketel uap, mulsa dan abu sebagai pupuk Kalium.

• Ampas lumatan daging buah untuk bahan bakar ketel uap (Hadi, 2004).

2.5. Panen

Tanaman kelapa sawit sudah mulai menghasilkan pada umur 24-30 bulan. Buah yang pertama keluar masih dinyatakan dengan buah pasir artinya belum dapat diolah dalam pabrik karena masih mengandung minyak minyak yang rendah.

Umur buah tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman dan iklim, umumnya buah telah dapat dipanen setelah berumur 6 bulan terhitung sejak penyerbukan (Naibaho, 1998).

Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada daging buahnya telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dari tangkai tandannya. Hal ini disebut dengan istilah membrondol (Tim penulis, 1997).

2.5.1. Fraksi Tandan Buah Segar (TBS)

Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen di lapangan. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah yang dipanen dan cepat tidaknya pengangkutan buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti yang penting sebab jumlah dan mutu minyak yang diperoleh nantinya sangat ditentukan oleh faktor ini.


(21)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

Derajat kematangan yang baik yaitu jika tandan yang dipanen berada pada fraksi 1, 2, dan 3.

Tabel 2.1. Tingkatan Fraksi Tandan Buah Segar

No Kematangan Fraksi Jumlah Brondolan Keterangan

1 2 3 Mentah Matang Lewat Matang 00 0 1 2 3 4 5

Tidak ada, buah berwarna hitam 1 - 12,5% buah luar membrondol 12,5 - 25% buah luar membrondol 25 - 50% buah luar membrondol 50 - 75% buah luar membrondol 75 - 100% buah luar membrondol Buah dalam juga membrondol, ada Buah yang busuk

Sangat mentah Mentah

Kurang Matang Matang I Matang II Lewat Matang I Lewat Matang II

(Tim penulis, 1997).

2.6. Pengolahan Kelapa Sawit

Tahap – tahap pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi Crude Palm Oil (CPO) adalah sebagai berikut:

1. Tempat Pemungutan Hasil (TPH)

Sebelum diolah dalam Pabrik Kelapa Sawit (PKS), tandan buah segar (TBS) yang berasal dari kebun pertama kali diterima di tempat pemungutan buah kemudian di angkut ke stasiun penerimaan buah untuk ditimbang dijembatan timbang (weight


(22)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

a. Jembatan Timbang

Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke pabrik, yaitu pada saat masuk (berat truk dan TBS) serta pada saat keluar (berat truk). Dari selisih timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh berat bersih.

b. Loading Ramp

TBS yang telah ditimbang dijembatan timbang selanjutnya dibongkar di

laoding ramp dengan menuang langsung dari truk kemudian dilakukan penyortasian.

Penyortasian dilakukan berdasarkan kriteria kematangan buah, hal ini bertujuan pada penentuan rendemen minyak. Loading ramp merupakan suatu bangunan dengan lantai berupa kisi-kisi pelat besi berjarak 10 cm dengan kemiringan 450 . Kisi-kisi tersebut berfungsi untuk memisahkan kotoran berupa pasir, kerikil, dan sampah yang terikut dalam TBS. Loading ramp dilengkapi pintu-pintu keluaran yang digerakkan secara hidrolis sehingga memudahkan dalam pengisian TBS kedalam lori untuk proses selanjutnya. Setiap lori dapat dimuat dengan 2,5 ton TBS.

2. Stasiun Rebusan (Sterilizer)

Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerakan oleh motor listrik hingga memasuki sterilizer.

Sterilizer yang digunakan adalah berkapasitas 8 lori atau setara 20 ton TBS. Dalam

proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap temperatur 1350C dan tekanan 2,0-2,8 Kg/Cm2 selama 90 menit.

Tujuan dari perebusan TBS adalah:

- Menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid. - Memudahkan pemipilan brondolan dari tandan.


(23)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

- Penyempurnaan dalam pengolahan.

- Penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit.

3. Stasiun Pemipilan (Stripper)

TBS berikut lori yang telah direbus dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan ke alat pemipil (thresher) dengan bantuan hoisting crane. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting-banting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya.

Pada bagian dalam dari pemipil, dipasang batang-batang besi perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan brondolan keluar dari pemipil. Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil ditampung oleh sebuah screw

conveyor untuk dikirim kebagian digesting dan pressing. Sementara tandan kosong

yang keluar dari bagian bawah pemipil ditampung oleh elevator, kemudian hasil tersebut dikirim ke hopper.

4. Stasiun Pencacahan (Digester)

Berondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut ke bagian

pengadukan/pencacahan (digester). Alat yang digunakan untuk

pengadukan/pencacahan berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi dengan lengan-lengan pencacah dibagian dalamnya.

Fungsi dari stasiun digester adalah untuk melumatkan daging buah, memisahkan daging buah dengan biji, mempersiapkan feeding presser, mempermudah proses di presser, memecahkan oil cell.


(24)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

5. Stasiun Pengempaan (Presser)

Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah

digester berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat pengempaan

yang persis dibagian bawah digester. Pada pabrik kelapa sawit, umumnya digunakan

screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah.

Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah berlawanan tertekan oleh sliding cone. Dengan demikian, minyak dari bubur buah yang terdesak ini akan keluar melalui lubang-lubang press cage, sedangkan ampasnya keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage.

6. Pemurnian (Clarifier)

Minyak hasil pengempaan dialirkan (masuk) ke sand trap tank (penangkap pasir) lalu munuju vibro separator untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut dialirkan ketangki penampungan minyak kasar (crude oil tank). Selanjutnya dikirim ke Vertical Continue Tank (VCT), di VCT proses pemisahan dilakukan berdasarkan berat jenis antara minyak, air dan sludge, dimana minyak yang ringan akan keatas, lalu dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge tank.

Sludge merupakan fasa campuran yang masih mengandung minyak. Di pabrik

kelapa sawit, sludge diolah untuk dikutip kembali pada minyak yang masih terkandung didalamnya, lalu dialirkan kembali ke VCT lalu dikirim ke oil tank.

Dari oil tank minyak dimurnikan kembali melalui oil purifier, setelah itu dikirim ke vacuum drier untuk dihilangkan kandungan air yang ada didalam minyak dan siap dikirim ke tangki penimbunan (storage tank) (Pahan, 2007).


(25)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

2.7. Pengolahan Inti Sawit

1. Cake Breaker Conveyor

Ampas pess yang keluar dari screw press terdiri dari serat dan biji yang masih mengandung air yang tinggi dan berbentuk gumpalan, oleh sebab itu perlu dipecah dengan alat pemecah ampas yang disebut dengan Cake Breaker Conveyor (CBC). Alat ini berperan memecah gumpalan ampas dan mengangkutnya ke kolom fibre cyclone.

2. Polishing Drum

Fraksi berat yang dihasilkan setelah ampas pressan diolah CBC akan diolah di dalam polishing drum, yang bertujuan untuk menghilangkan serat-serat yang masih melekat pada biji. Serat yang terdapat di kulit biji yang dapat menggangu jalannya proses pemecahan biji pada nut cracker.

3. Fermentasi Biji

Biji mengandung pektin, yang terdapat antara tempurung dengan inti. Untuk mempermudah pemecahan biji dalam cracker, maka pektin yang berfungsi sebagai perekat inti pada tempurung perlu dirombak dengan proses kimia seperti fermentasi. Pemeraman biji sering dialiri dengan udara panas hingga suhu silo antara 40 – 60 0C, lamanya pemeraman yang dianggap memenuhi kriteria ialah 24 – 48 jam, dengan kadar air biji 15%.


(26)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

Sebelum proses pemecahan biji terlebih dahulu dilakukan seleksi berdasarkan ukuran biji dengan menggunakan alat “nut grading” yaitu drum berputar terdiri dari ukuran loba ng yang berbeda-beda. Biji yang telah diseleksi terdiri dari tiga fraksi yaitu kecil (8-14mm), sedang (15-17mm) dan besar (18mm).

5. Pemecah Biji (Ripple Mill)

Nut Cracker, alat ini berfungsi memecahkan biji dengan sistem lemparan biji

ke dinding yang keras. Mekanisme pemecahan ini didasarkan pada kecepatan putar, radius dan massa biji yang dipecahkan. Penentuan kecepatan putaran mempengaruhi besarnya persentase inti pecah dan inti lekat.

6. Hydrocyclone

Hasil olahan cracker sebelum memasuki Hydrocyclone mengalami pemisahan fraksi halus oleh winnowing. Sampah halus akan terpisah dan fraksi berat akan dicampur dengan air yang kemudian inti akan dipisahkan dari tempurung berdasarkan berat jenis. Untuk memperbesar selisih berat jenis inti dengan inti maka campuran dilewatkan melalui cyclone, sehingga inti akan keluar dari atas permukaan cyclone dan tempurung dari bagian bawah yang kemudian masing-masing fraksi diangkut ke pengolahan yang lebih lanjut.

7. Pemisahan Inti dengan Tempurung

Pemisahan inti dengan tempurung terjadi di unit hydrocyclone. Sampah halus akan terpisah dan fraksi berat akan dicampur dengan air kemudian inti dipisahkan dengan tempurung maka campuran dilewatkan melalui cyclone, sehingga inti akan


(27)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

keluar dari atas permukaan cyclone dan tempurung dari bagian bawah yang kemudian masing-masing fraksi diangkut ke pegolahan yang lebih lanjut.

8. Pengeringan Inti

Untuk mengawetkan inti sawit yang keluar dari alat pemisah biji perlu dilakukan usaha untuk menurunkan kandungan air sehingga tidak terjadi proses penurunan mutu. Proses penurunan mutu umumnya terjadi selama proses penyimpanan. Kadar air inti yang diinginkan dalam penyimpanan adalah 6-7%, karena

pada kadar air tersebut mikroba sudah mengalami kesulitan untuk hidup (Naibaho, 1998).

9. Penimbunan Kernel

Produksi kernel ditimbun dalam kernel bin, selanjutnya disimpan dalam karung goni dengan kelembaban udara diatur, sehingga tidak lebih dari 70%, atau ditimbun di silo kernel untuk pengiriman ke tempat penjualan dengan sistem curah (Pardamean, 2008).

Di sini juga dapat terjadi perusakan mutu selama penimbunan, yaitu peningkatan kadar asam lemak bebas, perkembangan jamur dan kutu-kutu.

Persyaratan penimbunan yang baik adalah:

1. Kadar air inti 7% (kadar air setimbang dengan kelembaban udara luar) 2. Kadar inti pecah diusahakan sedikit mungkin

3. Memakai goni bersih dan kuat (menghindarkan kutu pada goni bekas beras) 4. Ventilasi gudang harus baik dan udara kering


(28)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

6. Penimbunan tidak langsung di atas lantai semen (memakai lantai papan yang berkolong) (Mangoensoekarjo, 2003).

2.8. Inti Sawit

Inti sawit merupakan buah tanaman kelapa sawit yang telah dipisahkan dari daging buah dan tempurungnya serta selanjutnya dikeringkan. Kandungan minyak yang terkandung di dalam inti sekitar 50 %. Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng bewarna coklat hitam. Inti sawit mengandung lemak, protein, serat, dan air. Pada pemakainnya lemak yang terkandung di dalamnya (disebut minyak inti sawit) diekstraksi dan sisanya atau bungkilnya yang kaya protein dipakai sebagai bahan makanan ternak.

Pada suhu tinggi inti sawit dapat mengalami perubahan warna. Minyaknya akan bewarna lebih gelap dan lebih sulit dipucatkan. Suhu tertinggi pada pengolahan minyak sawit adalah pada waktu perebusan yaitu sekitar 130 0C. Suhu kerja maksimum dibatasi setinggi itu untuk menghindarkan terlalu banyak inti yang berubah warna. Brondolan dan buah yang lebih tipis daging buahnya atau lebih tipis cangkangnya adalah lebih peka terhadap suhu tinggi tersebut.

Pada umumnya jika tandan dibiarkan 45-60 menit saja pada tekanan uap jenuh 2,5 kg/cm2 dalam rebusan, hanya sedikit inti sawit yang mengalami perubahan warna, minyaknya akan bewarna kuning muda. Dalam hal warnanya cokelat tua atau lebih gelap minyaknya akan sukar atau tidak dapat dipucatkan. Demikian juga minyak dari inti sawit yang berasal dari inti yang kurang kering atau dari inti yang disimpan basah.


(29)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

Berat jenis pada 99/15,50C Indeks refraksi pada 400C Bilangan iodium

Bilangan Penyabunan Zat tak tersabunkan, % Titik lebur, 0C

Titik padat, 0C

0,860 – 0,873 1,449 – 1,452

14 - 22 245 - 255 Tak lebih 0,8

240 - 260 200 - 260 (Mangoensoekarjo, 2003).

2.8.1. Komposisi Biji Inti Sawit

Terdapat variasi komposisi inti sawit dalam hal padatan non minyak dan non protein. Bagian yang disebut protein yang tak terekstrak yang mengadung sejumlah sukrosa, gula pereduksi dan pati, tapi dalam beberapa contoh tidak mengandung pati. Komposisi rata-rata inti sawit dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.3. Komposisi Biji Inti Sawit

Komponen Jumlah (%)

Minyak 47 – 52

Air 6 - 8

Protein 7,5 – 9,0

Nitrogen tak terekstrak 23 – 24

Selulosa 5

Abu 2

(Ketaren, 1986).


(30)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti sawit yang dinamakan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil) dan sebagai hasil sampinganya adalah bungkil inti kelapa sawit (Palm Kernel Meal atau Pellet). Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan, sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecil-kecil yang berbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm (Ketaren,1986).

Minyak inti sawit atau Palm Kernel (PKO) adalah berupa minyak putih kekuning-kuningan yang diperoleh dari proses ekstraksi inti buah tanaman kelapa sawit. Kandungan asam lemak sekitar 5 %. Minyak inti sawit yang baik berkadar asam lemak bebas yang rendah dan bewarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bungkil inti sawit yang diinginkan berwarna relatif terang dan nilai gizi tidak berubah

2.10. Asam Lemak

Asam lemak merupakan suatu asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak, umumnya mempunyai rantai hidrokarbon panjang dan tidak bercabang. Asam lemak yang paling tersebar merata dalam alam, yaitu asam oleat, mengandung satu ikatan rangkap. Asam-asam lemak dengan lebih dari satu ikatan rangkap adalah tidak lazim, terutama dalam minyak nabati, minyak-minyak ini disebut

poliunsaturat (Fessenden, 1986).

Karena berguna dalam mengenal ciri-cirinya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki asam kaproat, asam laurat, asam miristat, asam palmitat dan asam stearat. Sementara


(31)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit sa karbon penyusunnya, misalnya asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat. Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada asam lemak tak jenuh

2.10.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Inti sawit

Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen daging buah/sabut dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam daging buah/sabut sekitar 34-40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.

Table 2.4. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit dan Minyak Inti sawit.

Asam Lemak Minyak Kelapa sawit (%) Minyak Inti Sawit (%)

Asam kaprilat Asam kaproat Asam laurat Asam miristat Asam palmitat Asam stearat Asam oleat Asam linoleat - - - 1,1 – 2,5

40 – 46 3,6 – 4,7

39 – 45 7 - 11

3 - 4 3 - 7 46 - 52 14 – 17 6,5 – 9 1 – 2,5 13 – 19 0,5 – 2

Kandungan karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis tenera kurang lebih 500 – 700 ppm, kandungan tokoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi (Ketaren,1986).


(32)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

2.11. Asam Lemak Bebas (ALB)

Asam lemak bebas adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisis lemak. Asam lemak bebas tinggi adalah suatu ukuran tentang ketidakberesan dalam panen dan pengolahan. Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun, untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit.

Kenaikan kasar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah dipabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis. Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk (Tim penulis, 1997).

O

CH2 – O – C – R CH2 – OH

O O CH – O – C – R panas, air CH – OH + 3 R – C – OH

O keasaman,enzim

CH2 – O – C – R CH2 - OH

Minyak Sawit Gliserol ALB

Minyak inti sawit juga dapat mengalami hidrolisis. Hal ini lebih mudah terjadi pada inti pecah dan inti berjamur. Faktor yang menentukan pada peningkatan kadar ALB minyak inti sawit adalah kadar asam permulaan, proses pengeringan yang tidak


(33)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

baik, kadar air akhir dalam inti sawit kering, dan kadar inti pecah. Inti sawit yang basah akan menjadi tempat biakan mikroorganisme (jamur). Prosesnya adalah sama seperti pada minyak sawit.

Dalam keadaan normal kadar ALB permulaan minyak inti sawit tidak lebih dari 0,5%, sedangkan pada akhir pengolahannya tidak lebih dari 1%. Dengan demikian kenaikan kadar ALB selama dan akibat pengolahan hanya 0,5%. Jadi pembentukan ALB lebih banyak terjadi pada penimbunan, yaitu jika tempat penimbunannya lembap nisbi udara sekitar (Mangoensoekarjo, 2003).

2.12. Kadar air

Kadar air adalah bahan yang menguap yang terdapat dalam minyak sawit pada pemanasan 1050C. Kadar air inti sawit adalah 7%, jika inti sawit dikeringkan sampai kadar air yang lebih rendah, selama ditimbun inti sawit akan menyerap air sampai mencapai 7% tersebut. Sebaliknya jika kadar air lebih tinggi, udara sekitarnya pada penimbunan akan menjadi lembap, mikroba lipolitik (jamur) akan berkembang biak dengan cepat. Untuk mencegah ini, inti sawit disemprot dengan uap (sterilisasi) sebelum pengeringan dalam silo inti (Mangoensoekarjo, 2003).

Kadar air permukaan inti hasil pemisahan basah dapat diatasi dengan melewatkan inti pada ayakan getar sehingga air cepat kering dan ada baiknya jika dibantu dengan pemberian uap panas (Naibaho, 1998).


(34)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Alat-alat

- Alat Soklet Pyrex

- Botol Aquades -

- Buret 10 ml Brand

- Cawan Petridish -

- Desikator -

- Gelas Erlenmeyer 125 ml Pyrex

- Gelas ukur 50 ml Pyrex

- Lab Mill -

- Labu takar 100 ml Pyrex

- Neraca Analitis Sartorius

- Oven Ecocell

- Penyaring Timbal -

- Pipet Tetes -

- Spatula -

- Statif dan Klem -


(35)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

- Alkohol p.a E.Merck

- n-heksana Teknis

- Aquades -

- KOH 0,052 N -

- Indikator Tymol Blue 1% - - Inti Sawit - - Minyak Inti Sawit -

3.3. Prosedur Percobaan 3.3.1. Pembuatan Reagen

A. Pembuatan Asam Oksalat 0,05 N

- Kristal H2C2O4.2H2O ditimbang sebanyak 0,63 gram lalu dilarutkan dengan

akuades dalam labu takar 100 ml sampai garis tanda dan dikocok sampai homogen.

B. Pembuatan Larutan KOH 0,05 N

- Kristal KOH ditimbang sebanyak 0,28 g lalu dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 100 ml sampai garis tanda dan dikocok sampai homogen.

C. Standardisasi Larutan KOH Menggunakan Asam Oksalat 0,05 N

- Larutan KOH 0,05N dipipet sebanyak 10 ml kedalam gelas erlenmeyer 125 ml

lalu ditambahkan dengan 3 tetes indikator tymol blue dan dititrasi dengan larutan asam oksalat 0,05 N sampai larutan berwarna merah ros.


(36)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

D. Pembuatan Indikator Tymol Blue 1%

- Kristal tymol blue ditimbang sebanyak 1 gram lalu dilarutkan dengan etanol dalam labu takar 100 ml sampai garis tanda dan dikocok sampai homogen.

3.3.2. Penentuan Kadar Air

- Cawan petridish yang bersih dan kering ditimbang untuk mengetahui berat kosongnya

- Inti sawit yang sudah halus dimasukan kedalam cawan petridish lalu ditimbang kembali untuk mengetahui beratnya.

- Inti sawit dipanaskan dalam oven pada temperatur 105oC selama + 3 jam - Inti sawit dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator selama + 15 menit dan

ditimbang beratnya

- Perlakuan yang sama diulangi sebanyak 3 kali

- Hasil percobaan analisa kadar air dapat dilihat pada tabel 4.1.

3.3.3. Penyediaan Sampel

- Inti sawit dihaluskan + 9 gram dengan menggunakan lab mill

- Inti sawit dimasukan kedalam penyaring timbal

- Labu alas kosong ditimbang kemudian dimasukan + 200 ml larutan n-heksana - Penyaring timbal yang berisi sampel inti sawit dimasukan kedalam alat soklet

lalu alat soklet dirangkai pada heating mantel

- Inti sawit diekstraksi sampai warna timbel berubah menjadi putih - Pelarut diuapkan hingga diperoleh minyak inti sawit


(37)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

- Minyak inti sawit digunakan dalam menganalisa kadar asam lemak bebas.

3.3.3.1. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas

- Gelas erlenmeyer bersih dan kering ditimbang untuk mengetahui berat kosongnya

- Minyak inti sawit dimasukan kedalam gelas erlenmeyer 125 ml

- Minyak inti sawit dan gelas erlenmeyer ditimbang kembali untuk mengetahui beratnya

- Larutan n-heksana ditambahkan 10 ml dan diaduk - Larutan alkohol ditambahkan 20 ml dan diaduk kembali - Indikator tymol blue ditambahkan 3 tetes

- Minyak inti sawit dititrasi dengan larutan KOH 0,052 N sampai terjadi perubahan warna dari bening kekunigan menjadi biru kehijauan sebagai titik akhir titrasi

- Perlakuan yang sama diulangi sebanyak 3 kali dan dicatat volume larutan KOH 0,052N yang terpakai


(38)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data

Dari hasil analisa yang telah dilakukan, maka diperoleh data dalam tabel berikut:

Tabel 4.1. Hasil Analisa Kadar Air dari Inti Sawit

Sampel Kode

Berat Sampel Sebelum Dipanaskan (g) Berat Sampel Sesudah Dipanaskan (g) Selisih Berat Sampel Sebelum dan Sesudah Dipanaskan(g) Kadar Air (%) Rata-rata Kadar Air (%) Inti Sawit (A)

A1 9,4162 8,7357 0,6805 7,22

7,18

A2 9,5897 8,8870 0,7027 7,32

A3 9,1204 8,4794 0,6410 7,02

Inti Sawit

(B)

B1 9,6617 8,9303 07314 7,57

7,68

B2 9,6520 8,9010 0,7510 7,78

B3 9,4586 8,7293 0,7293 7,71

Inti Sawit

(C)

C1 9,5778 8,7838 0,7940 8,29

8,24

C2 9,5942 8,7927 0,8015 8,35


(39)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

Keterangan :

A = Inti sawit yang baru diproduksi.

B = Inti sawit yang disimpan selama 1 minggu. C = Inti sawit yang disimpan selama 2 minggu.

Tabel 4.2. Hasil Analisa Kadar Asam Lemak Bebas dari Inti Sawit

Sampel Kode

Berat Sampel (g) N.KOH (ml) V.KOH (ml) ALB (%) Rata-rata ALB (%) Inti Sawit (A)

A1 4,1016 0,052 1,2 0,30

0,30

A2 4,1081 0,052 1,4 0,35

A3 4,0967 0,052 1,0 0,25

Inti Sawit

(B)

B1 4,1025 0,052 2,6 0,65

0,65

B2 4,1065 0,052 2,7 0,68

B3 4,0012 0,052 2,4 0,62

Inti Sawit

(C)

C1 4,1028 0,052 3,3 0,83

0,83

C2 4,1056 0,052 3,4 0,86

C3 4,0020 0,052 3,1 0,80

4.2. Perhitungan

A. Penentuan Kadar Air

G1 – G2

Kadar Air = × 100 % G1

Keterangan:


(40)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

G2 = berat sampel sesudah dipanaskan

Contoh: Perhitungan kadar air pada inti sawit yang baru diproduksi. G1 – G2

Kadar Air = × 100 % G1

9,4162 - 8,7357

= x 100 % 9,4162

= 7,22 %

% Kadar air pada inti sawit yang disimpan selama 1 dan 2 minggu dapat dilihat pada tabel 4.1

B. Penentuan Asam Lemak Bebas

N.KOH x V.KOH x BM. Asam Laurat

% Asam lemak bebas = x 100 %

W x 1000

Keterangan:

N.KOH = Normalitas KOH

V.KOH = Volume KOH yang terpakai W = Berat Sampel Palm Kernel

BM. Asam Laurat = 200

Contoh: Perhitungan asam lemak bebas pada inti sawit yang baru diproduksi. W = 4,1016

V.KOH terpakai = 1,0 ml

N.KOH = 0,052 N

N.KOH x V.KOH x BM. Asam Laurat

% Asam Lemak Bebas = x 100 %


(41)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

0,052 x 1,2 x 200

= x 100 % 4,1016 x 1000

10,4

= x 100 % 4101,6

= 0,30 %

% Asam lemak bebas pada inti sawit yang disimpan selama 1 dan 2 minggu dapat dilihat pada tabel 4.2

4.3. Pembahasan

Dari data hasil percobaan diperoleh kadar air dari inti sawit yang telah melebihi standar mutu yang telah ditetapkan yaitu 7,0 %. Tingginya kadar air pada inti sawit disebabkan pada proses pengeringan inti sawit yang tidak baik, dimana jika kadar air lebih tinggi, udara sekitarnya pada penyimpanan akan menjadi lembap maka akan mengakibatkan meningkatnya kadar air selama penyimpanan. Hal ini dapat terlihat pada inti sawit yang lama disimpan semakin meningkat kadar airnya, yaitu pada inti sawit yang baru diproduksi sebesar 7,18 % sedangkan kadar air pada inti sawit yang disimpan selama 1 minggu sebesar 7,68 % dan kadar air pada inti sawit yang disimpan selama 2 minggu sebesar 8,24 %.

Dari data hasil percobaan juga diperoleh asam lemak bebas dari inti sawit, masih memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan yaitu 1,0%. Faktor yang mempengaruhi dalam peningkatan kadar asam lemak bebas selama penyimpanan disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak, dimana reaksi ini dipercepat dengan adanya faktor-faktor seperti panas, air, keasaman, katalisator (enzim) dan proses


(42)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

pengeringan yang tidak baik serta kadar air akhir dalam inti sawit kering. Adapun faktor lain yaitu kadar inti pecah dan inti berjamur (Mangoensoekarjo, 2003).

Sehingga untuk penyimpanan inti sawit perlu dilakukan usaha untuk menurunkan kandungan air sehingga tidak terjadi proses penurunan mutu. Proses penurunan mutu umumnya terjadi selama proses penyimpanan, oleh sebab itu perlu diperhatikan proses dan kondisi penyimpanan serta interaksi antara kelembaban udara dengan kadar air inti, dimana kadar air inti yang diinginkan dalam penyimpanan adalah 6-7 %. Karena pada kadar air tersebut mikroba sudah mengalami kesulitan untuk hidup, dan kondisi ruangan penyimpanan yang tidak lembab (Naibaho, 1998).

Hal ini dapat terlihat jelas pada inti sawit yang semakin lama disimpan semakin meningkat asam lemak bebasnya, yaitu asam lemak bebas pada inti sawit yang baru diproduksi sebesar 0,30 % sedangkan asam lemak bebas pada inti sawit yang disimpan selama 1 minggu sebesar 0,65 % dan asam lemak bebas pada inti sawit yang disimpan selama 2 minggu sebesar 0,83 %.


(43)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil analisa yang telah dilakukan dilaboratorium, diperoleh data kadar air dari inti sawit yang baru diproduksi sebesar 7,18 % sedangkan kadar air dari inti sawit yang disimpan selama 1 minggu sebesar 7,68 % dan kadar air dari inti sawit yang disimpan selama 2 minggu sebesar 8,24 %, dimana kadar air tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan. Dari hasil analisa juga didapat kadar asam lemak bebas dari inti sawit yang baru diproduksi sebesar 0,30 % sedangkan inti sawit yang disimpan selama 1 minggu sebesar 0,65 % dan inti sawit yang disimpan selama 2 minggu sebesar 0,83 %, dimana kadar asam lemak bebas dari inti sawit masih memenuhi standar yang ditetapkan.


(44)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

Dalam penyimpanan inti sawit disarankan agar kadar air inti sawit harus diusahakan sekecil mungkin, kadar inti pecah diusahakan sekecil mungkin, ventilasi tempat penyimpanan harus baik dan penyimpanan inti sawit tidak langsung di atas lantai semen (memakai lantai papan yang berkolong).

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 1986. Organic Chemistry, Third Edition, Wadsworth, Inc. California.

Hadi, M.M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Adicita Karya Nusa. Yogyakarta.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. UI-Press. Jakarta.

Mangoensoekarjo, S. dan Semangun, H. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Naibaho, P.M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Edisi Keempat. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.


(45)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

Pardamean, M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun Dan Pabrik Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Agroedia Pustaka. Jakarta.

Tim Penulis, P.S. 1997. Kelapa Sawit. Cetakan Kedelapan. Penerbit Swadaya. Jakarta.


(46)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

Jembatan timbang

Loading ramp

Uap Sterilizer Kondensat

Hoisting crane

Back pressure vessel Hopper

Steam turbin thresser Empty bunch conveyor Bunch hopper

Digester Dibuat pupuk

Screw press

Kondensat pump

Depericarper Sand trap tank

Vibro seperator

Fibre cyclone Nut polishing Crude oil tank


(47)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

Boiler Nut grading drum Oil tank Sludge tank

Ripple mill Oil purifier Vibro seperator

Shell hopper LTDS I Float tank Sand cyclone

Wet shell transfer Vacuum drier Buffer tank

Hydrocyclone LTDS II Drain tank Sludge seperator

Kernel silo Oil transfer pump

Kernel storage Fat fit Reclaimed tank

Oil storage


(48)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.


(1)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil analisa yang telah dilakukan dilaboratorium, diperoleh data kadar air dari

inti sawit yang baru diproduksi sebesar 7,18 % sedangkan kadar air dari inti sawit

yang disimpan selama 1 minggu sebesar 7,68 % dan kadar air dari inti sawit yang

disimpan selama 2 minggu sebesar 8,24 %, dimana kadar air tidak memenuhi standar

yang telah ditetapkan. Dari hasil analisa juga didapat kadar asam lemak bebas dari inti

sawit yang baru diproduksi sebesar 0,30 % sedangkan inti sawit yang disimpan

selama 1 minggu sebesar 0,65 % dan inti sawit yang disimpan selama 2 minggu

sebesar 0,83 %, dimana kadar asam lemak bebas dari inti sawit masih memenuhi

standar yang ditetapkan.


(2)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

Dalam penyimpanan inti sawit disarankan agar kadar air inti sawit harus

diusahakan sekecil mungkin, kadar inti pecah diusahakan sekecil mungkin, ventilasi

tempat penyimpanan harus baik dan penyimpanan inti sawit tidak langsung di atas

lantai semen (memakai lantai papan yang berkolong).

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 1986. Organic Chemistry, Third Edition,

Wadsworth, Inc. California.

Hadi, M.M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Edisi Pertama. Cetakan Pertama.

Adicita Karya Nusa. Yogyakarta.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Edisi Pertama.

Cetakan Pertama. UI-Press. Jakarta.

Mangoensoekarjo, S. dan Semangun, H. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.

Cetakan Pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Naibaho, P.M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Edisi Keempat. Pusat

Penelitian Kelapa Sawit. Medan.


(3)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

Pardamean, M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun Dan Pabrik Kelapa Sawit.

Cetakan Pertama. Agroedia Pustaka. Jakarta.

Tim Penulis, P.S. 1997. Kelapa Sawit. Cetakan Kedelapan. Penerbit Swadaya. Jakarta.


(4)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

Jembatan timbang

Loading ramp

Uap Sterilizer Kondensat

Hoisting crane

Back pressure vessel Hopper

Steam turbin thresser Empty bunch conveyor Bunch hopper

Digester Dibuat pupuk

Screw press

Kondensat pump

Depericarper Sand trap tank

Vibro seperator

Fibre cyclone Nut polishing Crude oil tank


(5)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.

USU Repository © 2009

Boiler Nut grading drum Oil tank Sludge tank

Ripple mill Oil purifier Vibro seperator

Shell hopper LTDS I Float tank Sand cyclone

Wet shell transfer Vacuum drier Buffer tank

Hydrocyclone LTDS II Drain tank Sludge seperator

Kernel silo Oil transfer pump

Kernel storage Fat fit Reclaimed tank

Oil storage


(6)

Bina Jeksen Sihotang : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Air Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), 2009.