Pengertian adversity quotient Adversity Quotient

2. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya dari luar siswa, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial Suryabrata, 1998. Faktor lingkungan sosial meliputi orangtua dan keluarga siswa, para guru, teman-teman sekolah, dan teman-teman di rumah. Faktor lingkungan nonsosial meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. 3. Faktor pendekatan belajar, yaitu segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.

2.2 Adversity Quotient

2.2.1 Pengertian adversity quotient

Dalam kamus bahasa Inggris, adversity berasal dari kata adverse yang artinya kondisi tidak menyenangkan, kemalangan. Jadi dapat diartikan bahwa adversity adalah kesulitan, masalah atau ketidakberuntungan. Sedangkan quotient menurut kamus bahasa Inggris adalah derajat atau jumlah dari kualitas spesifikkarakteristik atau dengan kata lain yaitu mengukur kemampuan seseorang. Adversity quotient merupakan suatu teori yang dicetuskan oleh Paul G Stoltz untuk menjembatani antara kecerdasan intelektual IQ dengan kecerdasan emosional EQ. Karena menurut Stoltz 2000 kedua hal itu saja tidak cukup untuk menjadi tolok ukur yang akan memprediksi keberhasilan seseorang. Baginya, meskipun seseorang mempunyai IQ dan EQ yang baik namun tidak mempunyai daya juang yang tinggi dan kemampuan merespons kesulitan yang baik dalam dirinya, maka kedua hal tersebut akan menjadi sia-sia saja. Stoltz menyebutkan kesuksesan sangat dipengaruhi oleh kemampuan seseorang dalam mengendalikan atau menguasai kehidupannya sendiri. Kesuksesan juga sangat dipengaruhi dan dapat diramalkan melalui cara seseorang merespons dan menjelaskan kesulitan. Menurut Stoltz, adversity quotient adalah teori yang sesuai dan sekaligus ukuran yang bermakna dan seperangkat instrumen yang diolah sedemikian rupa untuk membantu seseorang agar tetap gigih menghadapi kemelut yang penuh tantangan Stoltz, 2000 Adversity Quotient dirumuskan oleh Paul G stoltz 2000 dengan memanfaatkan tiga cabang ilmu pengetahuan yaitu psikologi kognitif, psikoneuroimunologi, dan neorufisiologi. Adversity quotient memasukkan dua komponen penting dari setiap konsep praktis, yaitu teori ilmiah dan penerapannya di dunia nyata. Stoltz mengatakan AQ mempunyai tiga bentuk, yaitu: 1. AQ adalah suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua segi keuksesan 2. AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui respons seseorang terhadap kesulitan 3. AQ adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respons terhadap kesulitan. Gabungan dari ketiga unsur ini meliputi pengetahuan baru, tolak ukur, dan peralatan praktis, merupakan sebuah paket yang lengkap untuk memahami dan memperbaiki komponen dasar dalam pendakian kelangsungan hidup sehari-hari dan seumur hidup. Berdasarkan ketiga unsur tersebut, maka adversity quotient merupakan skor yang dapat memberi tahu seberapa baik seseorang dapat bertahan dalam kesulitan dan mengukur kemampuan seseorang untuk mengatasi krisis apapun, menyelesaikan masalah dan sukses jangka panjang, memperkirakan siapa yang menyerah dan siapa yang yang akan tetap bertahan. Seseorang yang memiliki AQ tinggi, ia akan terus belajar dan berlatih agar mencapai hasil yang maksimal. Apabila ia memperoleh nilai yang kurang baik, ia tidak menyerah begitu saja. Ia akan tetap giat belajar hingga mencapai nilai yang diharapkan. Seseorang yang memiliki AQ tinggi biasanya tidak puas begitu saja dengan hasil yang telah dicapai, ia masih terus mencari lagi sesuatu yang lebih tinggi dari keadaan ia saat itu. Sikap pantang menyerah ini sangat perlu dimiliki bagi siswa yang ingin berhasil di sekolahnya.

2.2.2 Teori dasar adversity quotient