ketidakselarasan antara prosedur yang dibuat oleh manajemen dengan kepentingan bisnis dari perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan
membuat laporannya dalam bentuk skripsi yang berjudul “ EVALUASI KUALITAS FUNGSI AUDITOR INTERNAL DALAM MENINGKATKAN
EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL BANK STUDI KASUS BANK PERMATA CABANG MEDAN “
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
• Apakah Audit Internal telah dilakukan secara memadai dalam usaha peningkatan efektivitas pengendalian intern pada PT Bank Permata, Tbk
cabang Medan.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : • Untuk mengetahui apakah audit internal pada PT. Bank Permata, Tbk
cabang Medan telah dilaksanakan secara memadai untuk peningkatan efektivitas pengendalian internal
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi : 1.
Penulis : Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman dalam bidang yang
diteliti, sekaligus dapat mengamati secara langsung bagaimana pelaksanaan di lapangan dan membandingkannya dengan teori yang
pernah dipelajari. 2.
Perusahaan : Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan
informasi yang bermanfaat dalam pengembangan perusahaan sesuai dengan praktek yang ada di lapangan.
3. Pihak lain :
Berguna sebagai tambahan pengetahuan terutama bagi perusahaan- perusahaan sejenis yang menghadapi masalah yang sama, dan
terutama bagi rekan-rekan mahasiswa sebagai bahan informasi dalam bidang Audit Internal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Audit Internal
Suatu hal yang pasti bahwa untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan usahanya, suatu perusahaan sangat memerlukan
adanya internal audit departemen yang efektif, terutama di perusahaan menengah dan besar.
Apalagi dengan akan diberlakukannya perdagangan bebas di antara negara-negara di seluruh dunia, yang tidak lagi memperbolehkan
adanya proteksi, maka setiap perusahaan harus meningkatkan daya saingnya secara berkelanjutan. Salah satu cara yang dapat ditempuh
adalah dengan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan usahanya.
Agoes 2013:204 mendefinisikan audit internal sebagai berikut: Internal Audit pemeriksaan intern adalah pemeriksaaan yang
dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan
terhadap kebijakan manajemen puncak yang yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan
dari ikatan profesi yang berlaku.
Audit Internal telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya memfokuskan diri pada masalah-masalah teknis akuntansi menjadi
profesi yang memiliki orientasi memberikan jasa bernilai tambah bagi
manajemen. Audit internal modern menyediakan jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan dan penilaian atas kontrol, kinerja, risiko, dan
tata kelola governance perusahaan publik maupun privat. Definisi Internal Auditing menurut Institute of Internal Auditor
yang dikutip oleh Pickett dalam Agoes 2013:204 Audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang
independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan-kegiatan operasi organisasi.
Audit Internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas dari manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola.
American Accounting Association mendefinisikan internal auditing dalam Sawyer dkk 2005:8 sebagai ‘Proses sistematis untuk
secara objektif memperoleh dan mengevaluasi asersi mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis untuk meyakinkan derajat kesesuaian
antara asersi ini dengan kriteria yang ditetapkan dan mengomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan’.
Dari beberapa definisi diatas terlihat bahwa ada perbedaan dalam hal mendefinisikan internal auditing karena internal auditor di seluruh
dunia melakukan pekerjaan mereka secara berbeda, tergantung pada lingkup audit yang diinginkan manajemen senior.
Pemeriksaan yang dilakukan auditor internal biasanya lebih rinci dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP.
Auditor internal biasanya tidak memberikan opini terhadap kewajaran
laporan keuangan. Laporan auditor internal berisi temuan pemeriksaan mengenai penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan, kelemahan
pengendalian intern, serta saran-saran perbaikannya. Berbeda dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh Kantor
Akuntan Publik yang bertujuan untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang disusun manajemen, maka tujuan
pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal adalah untuk membantu semua pimpinan perusahaan manajemen dalam
melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisis, penilaian, saran, dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor internal melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan
penerapan dari sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern dan pengendalian operasional lainnya serta
mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana, dan prosedur-
prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen. 3.
Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan
terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan.
4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam
organisasi dapat dipercaya. 5.
Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen.
6. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
2. Pengertian Auditor Internal
Auditor internal memiliki peranan yang penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dan risiko-risiko terkait
dalam menjalankan usaha. Auditor internal memberikan informasi yang diperlukan manajer
dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif. Audit internal bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional
perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan.
Menurut Mulyadi 2002:29, menyatakan bahwa : Internal Auditor adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan
perusahan negara maupun perusahaan swasta yang tugasnya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh
manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan
efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
Seorang Auditor Internal, agar dapat bekerja secara efektif harus berada dalam posisi yang independen terhadap lini fungsi dalam suatu
organisasi, tetapi ia tidak independen terhadap organisasi sepanjang masih terdapat hubungan antara pemberi kerja dan pekerja. Auditor
Internal menyediakan informasi yang amat bernilai bagi pihak manajemen dalam proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan
efektivitas operasi perusahaan. Mayoritas auditor internal memperoleh sertifikat sebagai seorang
auditor internal bersertifikat Certified internal auditor CIA, serta beberapa auditor intern lainnya memperoleh sertifikat akuntan publik
atau sertifikat auditor intern.
3. Fungsi Auditor Internal
Secara umum fungsi auditor internal dalam perusahaan adalah sebagai alat bantu manajemen untuk menilai efisiensi dan keefektivan
pelaksanaan struktur pengendalian intern perusahaan. Agar auditor internal dapat melaksanakan fungsinya dengan baik ada berbagai syarat
yang harus dimiliki . Menurut Tunggal 1995:51 fungsi Auditor Internal dalam
melaksanakan pemeriksaan intern perusahaan pada umumnya bertujuan untuk membantu pimpinan perusahaan mencapai administrasi yang
paling efisien mengenai berbagai operasi tindakan dalam organisasi. Tujuan tersebut meliputi 2 tahap:
1. Melindungi kepentingan organisasi termasuk menujukkan
kelemahan yang ada dalam organisasi sebagai dasar untuk diambil tindakan perbaikan.
2. Meningkatkan pengamanan kepentingan organisasi, termasuk
usul-usul tentang perubahan untuk memperbaiki berbagai tahap dari aktifitas dalam perusahaan.
Menurut Muljono 1999:6, “tujuan audit yang pokok adalah untuk memberikan jasa kepada management yang bersifat protektif dan
konstruktif”. Adapun menurutnya sifat protektif dari kegiatan audit dapat berupa :
1. Pengamanan atas harta kekayaan bank, dalam pengertian di sini
tentu termasuk pula pengamanan atas assets aktiva harta bank itu sendiri, atas pendapatan bank dalam segala bentuk yang
seharusnya diterima dalam jumlah dan waktu yang semestinya.
2. Penjagaan harta kekayaan lebih bersifat aktif oleh karena itu
lebih cocok dikatakan sebagai upaya penjagaan harta kekayaan dalam bentuk represif.
3. Dipatuhinya kebijakan policies management yang telah
ditetapkan untuk menghindarkan penyimpangan-penyimpangan, baik dilakukan oleh pihak intern maupun extern.
4. Bentuk lain dari sifat protektif ini yaitu menjaga kebenaran dan
ketepatan data administrasi management information system. 5.
Dan tujuan pemeriksaan yang tidak kalah pentingnya yaitu untuk menilai apakah internal control yang diterapkan dalam bank yang
bersangkutan telah memadai atau tidak.
Selanjutnya Muljono 1999:7 mengemukakan sifat dari tujuan audit yang lain yaitu jasa konstruktif bagi manajemen, antara lain berupa
1. Penyampaian umpan balik untuk corective action atas
penyimpangan-penyimpangan yang ditemukan selama pelaksanaan audit tersebut.
2. Mendorong dicapainya target yang telah ditetapkan.
3. Dari hasil auditnya juga akan diketahui strenghtness,
opportunities, weakness dan threat titik-titik kekuatan, kesempatan-kesempatan usaha, titik kelemahan, dan titik
kerawanan yang ada.
4. Dari berbagai saran tersebut tentunya akan memberikan dampak
positif yaitu untuk meningkatkan profitability dan efektivitas efisiensi usaha bank yang bersangkutan.
Dalam melakukan pemeriksaan, auditor internal harus memiliki ciri yang menurut Tjitrosidojo 2000:189 menyebutkan tujuh ciri yang
harus dimiliki oleh seorang auditor internal yaitu : 1.
Ia harus mempunyai pandangan yang luas untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan. Ia harus berpikir sebagai seorang
pimpinan organisasi yang tidak terkekang oleh program pemeriksaan atau tradisi.
2. Pandangan yang luas tersebut harus didasarkan pada
pertimbangan yang sehat. Dalam mengambil suatu keputusan yang mantap ia harus memperoleh semua fakta yang diperlukan.
3. Pemeriksaan yang modern haruslah percaya pada diri sendiri dan
kepada pekerjaannya. Kepercayaan dibuktikan dengan adanya keberanian untuk memasuki bidang pekerjaan baru.
4. Imajinasi merupakan jiwa penggerak kemajuan.
5. Inisiatif adalah kekuatan yang melengkapi gagasan.
6. Sikap Harus memelihara hubungan baik dengan pihak yang
diperiksanya. 7.
Kepemimpinan Pemeriksaan harus mempunyai sifat kepemimpinan yang diperlukan untuk melancarkan kepercayaan
dan untuk meransang tindakan.
Berdasarkan uraian diatas, maka syarat minimal yang harus dimiliki seorang auditor internal setidak – tidaknya meliputi :
1 Pengetahuan yang baik dibidang akuntansi dan auditing.
2 Sikap yang objektif dan independent.
3 Sifat jujur, bijaksana dan mampu bekerja sama.
4 Disamping itu perlu juga pemahamannya tentang rencana
organisasi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaanaudit tidaklah semata-mata ditujukan untuk mencari kesalahan
seseorangmanagement saja tetapi audit merupakan suatu kegiatan yang diperlukan secara terus menerus walaupun dalam bank tersebut tidak
terdapat penyimpangan-penyimpangan. Tetapi audit tetap diperlukan untuk penyampaian jasa-jasa konstruktif dan protektif kepada
management bank.
4. Pengendalian Internal
Sebelumnya istilah yang dipakai untuk pengendalian intern adalah sistem pengendalian intern, sistem pengawasan intern dan struktur
pengendalian intern. Mulai tahun 2001 istilah resmi yang digunakan IAI adalah pengendalian intern.
Pengendalian intern menurut Agoes 2004:79 terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini:
a.
Lingkungan Pengendalian menetapkan corak suatu organisasi,
mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua
komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.
b.
Penaksiran Risiko adalah identifikasi entitas dan analisis
terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko
harus dikelola.
c.
Aktivitas Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang
membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. d.
Informasi dan Komunikasi adalah pengidentifikasian,
penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan
waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.
e.
Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja
pengendalian intern sepanjang waktu. Unsur-unsur pengendalian intern dapat dijelaskan lebih lanjut
sebagai berikut: 1.
Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan
mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua
komponen pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup hal-hal berikut
ini: a.
Intergritas dan nilai etika b.
Komitmen terhadap kompetensi c.
Partisipasi dewan komisaris atau komite audit d.
Struktur organisasi e.
Pemberian wewenang dan tanggung jawab f.
Kebijakan dan praktik sumber daya manusia 2.
Penaksiran Resiko Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup
peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk
mencatat, mengolah, meringkas dan melaporkan data keuangan
konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Resiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini:
a. Perubahan dalam lingkungan operasi
b. Personel baru
c. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki
d. Teknologi baru
e. Lini produk, produk, atau aktivitas baru
f. Restrukturisasi korporasi
g. Operasi luar negeri
h. Standar akuntansi baru
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan diterapkan diberbagai tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya
aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan
dengan hal-hal berikut ini: a.
Review terhadap kinerja b.
Pengolahan informasi c.
Pengendalian fisik d.
Pemisahan tugas 4.
Informasi dan Komunikasi Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan
keuangan, yang meliputi sistim akuntansi, terdiri dari metode dan
catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas baik peristiwa maupun kondisi dan
untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. Kualitas informasi yang dihasilkan dari
sistem tersebut berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat keputusan semestinya dalam mengendalikan
aktivitas entitas dan menyiapkan laporan keuangan yang andal. 5.
Pemantauan Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja
pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan
pengambilan tindakan koreksi. Menurut Tawaf 1999:19, mengenai hubungan satuan kerja audit
intern dengan pengendalian intern pada perusahaan, khususnya bank adalah sebagai berikut : Satuan Kerja Audit Intern merupakan bagian dari
struktur pengendalian intern bank dan merupakan segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan audit dan pelaporan hasil audit mengenai
terselenggaranya struktur pengendalian secara terkoordinasi dalam setiap tingkatan manajemen bank.
5. Kedudukan Auditor Internal
Berhasil tidaknya suatu auditor internal dalam perusahaan sangat dipengaruhi oleh kedudukan dalam struktur organisasi perusahaan.
Internal auditor hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga memungkinkannya untuk dapat melaksanakan wewenang dan tanggung
jawabnya dengan baik serta dapat menjamin kebebasannya. Kedudukan auditor internal dalam suatu perusahaan merupakan
posisi staf. Ini berarti bahwa posisi ini diadakan untuk memberikan informasi, saran dan rekomendasi kepada manajemen yang bertanggung
jawab atas pencapaian tujuan perusahaan. Konflik antara auditor internal dan para manajer sering terjadi
disebabkan kedua pihak tidak ada saling pengertian sebagaimana mestinya tentang kedudukan dan pandangan masing-masing. Para
manajer menganggap para internal auditor mempunyai pandangan yang terlalu ketat mengenai peraturan dan penilaian transaksi-transaksi, serta
bertindak sebagai penyelidik yang sering mencari keterangan tentang penyimpangan-penyimpangan kecil dari prosedur-prosedur yang telah
ditetapkan. Sementara ini para auditor internal merasa manajer-manajer tersebut tidak memperhatikan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan
sebelumnya dengan baik serta tidak mau menerima saran-saran yang diberikan.
Secara garis besar menurut Agoes 2004:222 ada empat alternatif kedudukan internal auditor dalam struktur organisasi, yaitu:
a. Bagian internal audit berada di bawah direktur keuangan sejajar
dengan bagian akuntansi dan keuangan b.
Bagian internal audit merupakan staf direktur utama c.
Bagian internal audit merupakan staf dari dewan komisaris d.
Bagian internal audit dipimpim oleh seorang internal audit direktur.
Keempat alternatif tersebut dapat dilihat dalam gambar 2.1, 2.2, 2.3, dan gambar 2.4 berikut ini.
Internal audit di bawah direktur keuangan
Gambar 2.1 Internal audit dibawah Direktur Keuangan
Gambar diatas memperlihatkan bahwa bagian audit internal berkedudukan sejajar dengan bagian keuangan dan bagian akuntansi.
Bagian audit internal sepenuhnya bertanggung jawab kepada direktur keuangan. Kelemahan dari kedudukan ini adalah bahwa ruang
lingkup pemeriksaan internal auditor menjadi lebih sempit hanya ditekankan pada pengendalian atas bagian keuangan saja. Jika dikaitkan
dengan independensi, maka tingkat kebebasan internal auditor terbatas dan sempit. Keuntungan posisi ini adalah laporan internal auditor dapat
segera dipelajari dan ditanggap. Direktur Utama
Direktur Keuangan
Bagian Akuntansi RUPS
Dewan Komisaris
Bagian Internal Audit Bagian Keuangan
Internal audit merupakan staf direktur utama bertanggungjawab langsung kepada direktur utama
Gambar 2.2 Internal audit merupakan Staf Direktur Utama
Gambar diatas memperlihatkan bahwa kedudukan internal audit merupakan staf direktur utama. Dalam hal ini auditor internal
mempunyai tingkat independensi yang tinggi, karena auditor internal dapat melakukan pemeriksaan ke seluruh bagian, kecuali pimpinan
perusahaan atau direktur utama. Kelemahan fungsi auditor internal pada struktur ini, bahwa direktur utama mempunyai tugas yang banyak,
sehingga direktur utama tidak dapat mempelajari hasil internal audit RUPS
Dewan Komisaris
Direktur Keuangan Direktur Utama
Bagian Akuntansi Bagian Anggaran
Bagian Keuangan Bagian Internal Audit
secara mendalam, sehingga tindakan perbaikan yang diperoleh tidak dapat diambil dengan segera.
Internal audit merupakan staf dewan komisaris
Gambar 2.3 Internal audit merupakan Staff Dewan Komisaris
Gambar diatas memperlihatkan bahwa bagian auditor internal berfungsi sebagai dewan komisaris, dan posisinya berada diatas direktur
utama. Kedudukan ini, memberikan tingkat independensi yang tinggi sekali karena internal auditor dapat memeriksa seluruh aspek organisasi.
Kelemahannya bahwa dewan komisaris, tidak setiap saat bisa ditemui, juga mungkin kurang menguasai masalah operasi sehari-hari
RUPS
Dewan Komisaris
Direktur Keuangan Direktur Utama
Bagian Akuntansi Bagian Anggaran
Bagian Keuangan Bagian Internal Audit
sehingga tidak dengan cepat dapat mengambil tindakan atau menanggapi saran-saran yang diajukan oleh internal auditor untuk pencegahan dan
perbaikan. Internal audit dipimpin oleh seorang direktur internal audit
Gambar 2.4 Internal audit dipimpin oleh seorang Direktur Internal Audit
Internal Audit Director
EDP Auditor Computer Audit
Specialist Senior EDP Auditor
Staff Auditor Lead Auditor
Senior Auditor Audit Secretary
Supervisor of Computer Auditing
Quality Assurance Supervisor
Supervisor of Auditing
Executive Secretary
Gambar diatas memperlihatkan bahwa kedudukan bagian auditor internal dipimpin oleh direktur internal audit. Direktur internal audit
mengarahkan personil dan aktivitas-aktivitas departemen audit intern dan mempunyai tanggung jawab terhadap program dan pelatihan staff audit.
Direktur audit intern mempunyai akses yang bebas terhadap ketua dewan komisaris. Tanggung jawab direktur audit intern adalah menyiapkan
rencana tahunan untuk pemeriksaan semua unit perusahaan dan menyajikan program tersebut untuk persetujuan. Auditing supervisor
membantu direktur audit intern dalam mengembangkan audit program tahunan dan membantu dalam mengkoordinasi usaha audit dengan
akuntan publik agar memberikan cakupan audit yang sesuai tanpa duplikasi usaha. Senior auditor menerima audit program dan instruksi
untuk area audit yang ditugaskan dari auditing supervisor. Senior auditor mempunyai staf auditor dalam pekerjaan lapangan audit. Staff auditor
melaksanakan tugas audit pada suatu lokasi audit. Kedudukan ini, kelemahannya adalah ketika direktur internal
audit tidak dapat mengelola departemen audit intern dengan baik, sehingga pekerjaan audit tidak dapat memenuhi tujuan umum dan
tanggung jawab yang telah disetujui manajemen, sumber daya dari departemen audit intern tidak digunakan secara efisien dan efektif.
6. Independensi Auditor Internal
Profesionalisme membawa konsekuensi segudang tanggung jawab. Bukan pekerjaan yang membuat profesional, melainkan semangat
dalam mengerjakannya. Profesional sejati akan menaati kode etik yang bisa jadi menimbulkan kesulitan dalam mengambil keputusan pribadi,
sebuah kondisi yang nyata bagi profesi di bidang hukum, kedokteran, dan akuntansi, dibandingkan profesi-profesi lainnya. Hal ini juga berlaku
bagi auditor internal yang ingin menjadi anggota sebuah profesi. Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi
untuk memenuhi kewajiban profesionalnya, memberikan opini yang objektif, tidak bias, dan tidak dibatasi, dan melaporkan masalah apa
adanya, bukan melaporkan sesuai dengan keinginan eksekutif atau lembaga, auditor internal harus bebas dari hambatan dalam melaksanakan
auditnya. Hanya dengan begitu auditor internal bisa disebut melaksanakan audit dengan profesional.
Mautz dan Sharaf dalam Sawyer dkk 2005:35 memberikan beberapa indikator independensi profesional. Indikator tersebut
diperuntukkan bagi akuntan publik, tetapi konsep yang sama dapat diterapkan untuk auditor internal yang bersikap objektif. Indikator-
indikatornya adalah: 1.
Independensi dalam Program audit : a.
Bebas dari intervensi manajerial atas program audit b.
Bebas dari segala intervensi atas prosedur audit c.
Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain yang memang disyaratkan untuk sebuah proses audit.
2. Independensi dalam verifikasi:
a. Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva,
dan karyawan yang relevan dengan audit yang dilakukan. b.
Mendapatkan kerja sama yang aktif dari karyawan manajemen selama verifikasi audit.
c. Bebas dari segala usahamanajerial yang berusaha membatasi
aktivitas yang diperiksa atau membatasi pemerolehan bahan bukti.
d. Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi
audit. 3.
Independensi dalam pelaporan: a.
Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikansi dari fakta-fakta yang dilaporkan.
b. Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang
signifikan dalam laporan audit. c.
Menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan
fakta, opini, dan rekomendasi dalam interpretasi auditor. d.
Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor mengenai fakta atau opini dalam laporan audit
internal.
7. Laporan Auditor Internal
Hasil akhir dari pelaksanaan audit internal dituangkan dalam suatu bentuk laporan tertulis kepada manajemen. Laporan tersebut
merupakan suatu alat dan kesempatan bagi auditor internal untuk menarik perhatian manajemen mengenai manfaat dari internal auditor
Departement IAD, apa saja yang sudah dan dapat dikerjakan IAD, hal penting apa saja yang terjadi di perusahaan dan memerlukan perhatian
dan tindakan perbaikan dari manajemen. Menurut Agoes 2004:217 untuk dapat menyusun laporan
dengan baik dan agar dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca, maka ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan pedoman dalam
menyampaikan laporan:
a. Objective
b. Clear jelas
c. Concise singkat tetapi padat
d. Constructive membangun
e. Timely tepat waktu.
Kriteria diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Objective
Pembaca mengharapkan penyajian hasil yang terus terang dan berdasarkan fakta. Bila auditor melindungi, mengkualifikasi atau
menutupi temuan penting akan menjengkelkan pembaca yang mencari kesimpulan dan rekomendasi.
b. Clear jelas
Setiap laporan harus menggunakan suatu strategi yang tepat untuk informasi penting yang akan disajikan, bahasa laporan harus
kreatif, kata-kata yang dipilih dan susunannya harus mencerminkan tingkat kepentingan yang berfariasi diantara item
yang disajikan. c.
Concise singkat tetapi padat Kalimat-kalimat harus dibuat secara singkat dan ringkas
mengenai ide-ide penting. Penjelasan yang terlalu panjang dan sangat rinci akan membingungkan pembaca.
d. Constructive membangun
Pembaca tidak membaca secara sederhana, sekedar untuk menemukan kesalahan, tetapi lebih jauh lagi untuk mempelajari
tindak lanjut pemecahan. e.
Timely tepat waktu Nilai laporan audit secara langsung berhubungan dengan
kecepatan informasi.
Menurut Sawyer dkk 2005:36 Kode etik dan standar praktik profesional Audit Internal dari Ikatan
Auditor Internal Institute of internal auditors-IIA memberikan mekanisme bagi auditor untuk melaporkan hasil audit, temuan, opini,
atau informasi yang diperoleh selama audit, tanpa harus melapor ke pihak-pihak di luar organisasi”. Mekanisme tersebut mencakup
pelaporan ketingkat manajemen yang berwenang, komite audit, atau dewan direksi.
Pada kebanyakan organisasi, manajemen berfungsi dan membuat keputusan berdasarkan laporan yang diterima. Oleh karena itu, laporan
haruslah tepat waktu, akurat, bermakna, dan ekonomis. Menurut Sawyer dkk 2005:81 beberapa prinsip untuk menetapkan sistem pelaporan
reporting internal yang efektif adalah sebagai berikut: a.
Laporan harus dibuat sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.
b. Individu-individu atau unit-unit harus diminta melaporkan hal-hal
yang menjadi tangung jawabnya. c.
Biaya mengakumulasi data dan menyiapkan laporan harus dibandingkan dengan manfaat yang akan didapat.
d. Laporan harus sederhana mungkin, dan konsisten dengan sifat
subjek yang menjadi masalah. Laporan harus berisi informasi yang melayani kebutuhan pengguna. Klasifikasi dan terminologi
umum harus digunakan sebanyak mungkin untuk menghindari kebingungan.
e. Sedapat mungkin laporan kinerja memperhatikan perbandingan
dengan standar biaya kualitas dan kuantitas yang ditetapkan. Biaya-biaya yang bisa dikendalikan harus dipisahkan.
f. Jika kinerja tidak bisa dilaporkan secara kuantitatif, laporan yang
dirancang untuk menekankan pengecualian atau hal-hal lain yang membutuhkan perhatian manajemen.
g. Agar bisa bermanfaat maksimal, laporan haruslah tepat waktu.
Laporan yang tepat waktu yang sebagian didasarkan pada estimasi bisa jadi lebih berguna dibandingkan laporan yang lebih
tepat tetapi terlambat.
h. Penerimaan laporan harus ditanyakan secara periodik untuk
mengetahui apakah mereka masih membutuhkan laporan yang diterima atau apakah ada yang bisa diperbaiki dari laporan
tersebut.
Jika dalam pelaksanaan audit, auditor internal menemukan hal-hal penting yang perlu segera dilaporkan kepada manajemen, agar bisa
segera dilakukan tindakan perbaikan oleh manajemen, maka hal tersebut akan disampaikan dalam bentuk informal report.
Informal reports bisa disampaikan secara lisan, melalui telepon atau dalam rapatpertemuan khusus atau secara tertulis. Walaupun
disampaikan secara lisan, sebaiknya didukung oleh data atau bukti tertulis atau catatan ringkas.
Menurut Tugiman 1997:191 laporan pemeriksaan baik apabila memenuhi empat kriteria mendasar, yaitu:
1. Objektivitas
Suatu laporan pemeriksaan yang objektif membicarakan pokok persoalan dalam pemeriksaan, bukan perincian prosedural atau
hal-hal lain yang diperlukan dalam proses pemeriksaan.
2. Kewibawaan
Laporan pemeriksaan harus dapat dipercaya dan mendorong para pembacanya menyetujui substansi yang terdapat di dalam laporan
tersebut. Dipandang dari hal tesebut, kewibawaan merupakan inti pemeriksaan dan penulisan laporan pemeriksaan yang efektif.
3. Keseimbangan
Laporan pemeriksaan yang seimbang adalah laporan yang memberikan gambaran tentang organisasi atau aktivitas yang
ditinjau secara wajar dan realistik. Keseimbangan memperlakukan auditee sebagaimana pegawas internal ingin
diperlakukannya seandainya mereka bertukar peran.
4. Penulisan yang profesional
Selain harus objektif, berwibawa, dan seimbang, laporan pemeriksaan harus ditulis secara profesional agar penulisan
tersebut efektif. Menurut Tugiman 1997:202 Laporan pemeriksaan yang ditulis
secara profesional memperhatikan beberapa unsur, yaitu a.
Struktur Kualitas suatu laporan pemeriksaan akan sangat tergantung pada
struktur laporan tersebut. Apabila suatu laporan pemeriksaan memiliki struktur salah, tidak akan ada hal lain yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan mutu laporan sebelum persoalan tersebut diatasi.
b. Kejelasan
Sebuah laporan pemeriksaan akan dianggap mempunyai kejelasan apabila dapat dipahami secara mudah. Auditor Internal harus
terlebih dahulu memahami hal yang menjadi pokok bahasan sebelum dapat menuliskannya secara jelas dalam laporan
pemeriksaan.
c. Keringkasan
Laporan pemeriksaan yang ringkas adalah laporan pemeriksaan yang lengkap namun tidak bertele-tele. Laporan tersebut langsung
dan tetap membicarakan pokok bahasan tersebut.
d. Nada Laporan
Dalam laporannya, pengawas internal sebaiknya tidak memberikan perintah meminta, memberikan instruksi, menolak,
menyetujui, menyangkal, membela, mendesak, mendorong, membesarkan atau mengecilkan hati, mengkritik, ataupun memuji
e. Pengeditan
Pengeditan yang sempurna sangatlah penting karena menunjukkan bahwa pengawas internal sangat memperhatikan
hasil perkerjaannya
8. Standar Audit Internal
Standar audit intern diperlukan sebagai dasar untuk mengukur apakah pelaksanaan pekerjaan audit intern telah memadai atau tidak.
Dengan bekerja mengikuti standar, auditor dapat mempertahankan diri dari tuduhan akan pelaksanaan audit yang tidak memadai.
The Institute of Internal Auditor IIA merupakan asosiasi profesi internasional yang telah diakui di dunia. IIA mengembangkan pedoman
pelaksanaan audit intern yaitu International Standards for The Professional Practice of Internal Auditing.
Sesuai dengan yang dipublikasikan IIA, tujuan Standar tersebut adalah untuk :
1. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar yang mencerminkan praktik
audit internal yang seharusnya dilakukan. 2.
Memberikan kerangka kerja untuk melaksanakan dan meningkatkan lingkup aktivitas audit internal yang bernilai
tambah. 3.
Menetapkan dasar pengukuran kinerja audit internal. 4.
Membantu perkembangan proses organisasional dan operasi.
International Standards for The Professional Practice of Internal Auditing terdiri dari tiga bidang utama yaitu standar atribut, standar
kinerja, dan standar implementasi. Standar atribut menjelaskan
karakteristik organisasi dan individu yang melakukan kegiatan audit intern.
Standar kinerja menjelaskan sifat aktivitas audit intern dan kriteria kualitas untuk menilai kinerjanya. Standar atribut dan standar
kinerja berlaku untuk audit intern secara umum, sedangkan standar implememtasi lebih rinci dan memfokuskan pada penerapan langsung
atas situasi khusus. Pada perbankan di Indonesia, Bank Indonesia telah secara tegas
membuat suatu standar untuk para internal auditnya dengan memberlakukan SPFAIB Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern
Bank.
B. Kerangka Konseptual
Gambar 2.5 Kerangka Konseptual
Internal auditor merupakan suatu aktivitas penilaian yang berbeda atas data akuntansi dan aktivitas lainnya yang dilakukan oleh pegawai perusahaan
itu sendiri dengan maksud membantu manajemen dalam penyediaan informasi. Dalam melaksanakan auditnya seorang internal auditor
melaporkan hasil audit, namun terkadang terdapat masalah ketidakselarasan antara prosedur yang dibuat oleh manajemen dengan kepentingan bisnis dari
perusahaan. Sehingga, peran serta internal auditor sangat berpengaruh dalam meningkatkan efektifitas pengendalian internal yang baik dalam perusahaan.
Internal Auditor
Pengendalian Internal yang Baik
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam hal penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif yang akan menjelaskan keadaan dan karakteristik sebenarnya dari suatu objek
penelitian berdasarkan informasi yang diperoleh.
B. Jenis Data