Independensi Auditor Internal Tinjauan Teoritis

6. Independensi Auditor Internal

Profesionalisme membawa konsekuensi segudang tanggung jawab. Bukan pekerjaan yang membuat profesional, melainkan semangat dalam mengerjakannya. Profesional sejati akan menaati kode etik yang bisa jadi menimbulkan kesulitan dalam mengambil keputusan pribadi, sebuah kondisi yang nyata bagi profesi di bidang hukum, kedokteran, dan akuntansi, dibandingkan profesi-profesi lainnya. Hal ini juga berlaku bagi auditor internal yang ingin menjadi anggota sebuah profesi. Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya, memberikan opini yang objektif, tidak bias, dan tidak dibatasi, dan melaporkan masalah apa adanya, bukan melaporkan sesuai dengan keinginan eksekutif atau lembaga, auditor internal harus bebas dari hambatan dalam melaksanakan auditnya. Hanya dengan begitu auditor internal bisa disebut melaksanakan audit dengan profesional. Mautz dan Sharaf dalam Sawyer dkk 2005:35 memberikan beberapa indikator independensi profesional. Indikator tersebut diperuntukkan bagi akuntan publik, tetapi konsep yang sama dapat diterapkan untuk auditor internal yang bersikap objektif. Indikator- indikatornya adalah: 1. Independensi dalam Program audit : a. Bebas dari intervensi manajerial atas program audit b. Bebas dari segala intervensi atas prosedur audit c. Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain yang memang disyaratkan untuk sebuah proses audit. 2. Independensi dalam verifikasi: a. Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan karyawan yang relevan dengan audit yang dilakukan. b. Mendapatkan kerja sama yang aktif dari karyawan manajemen selama verifikasi audit. c. Bebas dari segala usahamanajerial yang berusaha membatasi aktivitas yang diperiksa atau membatasi pemerolehan bahan bukti. d. Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi audit. 3. Independensi dalam pelaporan: a. Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikansi dari fakta-fakta yang dilaporkan. b. Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan dalam laporan audit. c. Menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini, dan rekomendasi dalam interpretasi auditor. d. Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor mengenai fakta atau opini dalam laporan audit internal.

7. Laporan Auditor Internal