Analisis Hubungan Penggunaan Warna Dalaman Jilbab Dominan

jilbab 1 lapis lebih mempunyai kemungkinan 3,011 kali mengalami ketombe dibandingkan dengan responden yang menggunakan jilbab 1 lapis 8. Terdapat hubungan antara warna gelap yang digunakan pada lapis jilbab responden dengan kejadian ketombe dengan p-value = 0,014. Nilai odd rasio didapatkan sebesar 2,465 CI 1,188-5,112. Artinya, responden yang menggunakan warna lapis jilbab dominan gelap lebih mempunyai kemungkinan sebesar 2,465 kali mengalami ketombe dibandingkan dengan responden yang menggunakan warna lapis jilbab dominan terang dan tidak menggunakan 9. Terdapat hubungan antara kebiasaan penggunaan ciput dengan kejadian ketombe pada responden dengan p-value = 0,008. Nilai odd rasio sebesar 2,193 CI 1,218-3,950. Artinya, responden yang memiliki kebiasaan menggunakan ciput mempunyai kemungkinan sebesar 2,193 kali mengalami ketombe dibandingkan dengan yang tidak menggunakan ciput 10. Terdapat hubungan antara warna ciput yang dominan digunakan dengan kejadian ketombe dengan p-value = 0,017. Nilai odd rasio sebesar 1,960 dengan CI 1,123-3,420. Artinya, responden yang menggunakan warna ciput hitam pada kesehariannya mempunyai kemungkinan sebesar 1,960 kali mengalami ketombe dibandingkan dengan yang menggunakan ciput berwarna terang atau tidak menggunakan ciput.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bahwa: 1. Masyarakat hendaknya menghindari kebiasaan penggunaan jilbab yang dapat meningkatkan risiko kelembababan pada kulit kepala 2. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan ketombe pada wanita berjilbab Kepada peneliti selanjutnya : 1. Diagnosis ketombe dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik atau pemeriksaan KOH DAFTAR PUSTAKA 1. Ranganathan, S; Mukhopadhyay, T. Dandruff : The most commercially exploited Skin disease. Indian J Dermatol 2007; 552: p. 130-134. 2. Rundramurthy, Shivaprakash M; P, Honnavar; S, Dogra; PP, Yegneswaran; S, Handa; A, Chakrabarti. Association of malassezia speciens with dandruff. Indian J Med Res. 2014; 1393: 431. 3. F, Manuel; S, Ranganathan. A new postulate on two stages of dandruff : a clinical prespective. Int J Trichology. 2011; 31: 3-6. 4. Scwartz, Robert A; Janusz, A Cristopher; Janninger, K Camila. Seborrheic dermatitis. American family physician 2006; 741: 125-132. 5. Wolff, Klaus; Goldsmith, Lowell A; Katz, Stephen I; Gilchrest, Barbara A; Paller, Amy S; Lafell, David J. Fitzpatrick’s der atology i ge eral edici e seve th editio U ited State of America: McGraw-Hill Companies; 2008. 6. Robbins CR. Chemical and physical behavior of Human Hair New York: Springer Heidelberg Dordrecht; 2012. 7. Gaitans,Georgios.et all. Malassezia genus in skin and systemic Diseases. Clin Microbiol Rev 2012; 241: p. 106-141. 8. Dorland, WAN. Kamus saku kedokteran dorland Ed.28 : Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008. 9. Hersutanto, Begi. Makna negara kepulauan Jakarta: Badan Koordinasi keamanan Laut; 2009. 10. Elmir Td. ceriya bergaya kerudung apik untuk remaja aktif dan kreatif Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2008. 11. Ni’ ah, Siti Zahrah. Hubungan penggunaan jilbab dengan kejadian ketombe pada mahasiswi fakultas kedokteran UNS.[internet]. Fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret ; 2011 [cited 2014 Juli 12. Available from: http:fk.uns.ac.idindex.php . 12. Duwal,Qoidun. Konsep jilbab dalam hukum islam studi pemikiran K.H Husein Muhamad. [internet].Digital Gallery Sunan Kalijaga; 2009 [cited 2014 Juli 13]. Available from: http:diglib.uin-suka.ac.id . 13. Departemen Agama RI. Mushaf Al Quran Terjemahan Jakarta: Pena Pundi Askara; 2002. 14. Badan Pusat Statistik. Penduduk menurut wilayah dan agama yang dianut. [internet].Badan Pusat Statistik. 2010 [cited 2014 Januari 10. Available from: online.sp2010.bps.go.id . 15. Biro Administrasi dan Kemahasiswaan Universitas Islam Negeri UIN : Jakarta. Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. [Online]. [cited 2014 Juli 12. Available from: http:uinjkt.ac.id . 16. Snell, Richard S. Clinical anatomy by systems USA: Lippicont Williams Wilkins; 2007. 17. Tortora, J. Gerrrd ;Bryan Derrickson. Principles of anatomy and physiology 12th edition USA: John Wiley and Sons, inc; 2009. 18. Arndt, Kenneth A and Jeffrey T.S. Hsu. Manual of dermatologic theraupeutics seventh edition Philadelphia: Lippincott Williams Wilkin; 2007. 19. Climate of The World. [Online]. [cited 2014 Juni 8. Available from: http http:www.weatheronline.co.uk . 20. L, Thomas and Dawson Jr. Malassezia Globosa and Restritica : Breathrough understanding of the etiology and Treatment of Dandruff and seborrheic dermatitis through Whole-Genom Analysis. J Investig Dermatol Symp Proc. 2007; 122.: 15-19. 21. Schwartz, James R. et all. A comprehensive patophysiology of Dandruff and Seborrheic Dermatitis-Toward a More Precise Definition of scalp Health. Acta Derm Venereol. 2013; 932: p. 131-137. 22. Hasan, Alwi. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai pustaka; 2007. 23. Arimbi, Diah Ariani. Reading contemporary indonesian muslim women writer velde pvd, editor. amsterdam: Amsterdam university press; 2009. 24. Budiastuti. Jilbab dalam perspektif sosiologi. Jakarta: Universitas Indonesia, Sosiologi; 2012. 25. Syuhada MM. Maryam menggugat Yogyakarta: PT Bentang Pustaka ; 2013. 26. Kindo, Aj and SKC Sophia. Seborrheic dermatitis due to Malassezia species in Ahvaz, Iran. Iran J Microbiol. 2013 Se; 53: p. 268 –271. 27. Czop, Beata bergler and Ligia Brzezinska-wcisto. Dermatological problems of the puberty. Postepy Dermatol Alergol. 2013 Juni; 303: l178 –187. 28. C Arthur, Guyton. textbook of Medical Physiology Philadelphia: Elsevier inc; 2006. 29. Zhu, Chunhong and Masayuki Takatere. Change of temperature of cotton and Polyester Fabrics in wetting and drying Process. Journal of Fiber Bioengineering Informatics. 2012; 54: 433-446. 30. Smith JawT. [Online]. [cited 2013 Juni 7. Available from: United States Department of Agriculture . 31. Macomber, marisela. Simple Skincare English: Publishing; 2013.