Analisis hubungan Antara Penggunaan Dalaman Jilbab dengan

56

BAB 5 KESIMPULAN DAN BAHASAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa: 1. Distribusi gejala rambut rontok setelah menggunakan jilbab lebih banyak terjadi pada kelompok tidak ketombe 47 46,1 responden dibandingkan dengan kelompok ketombe 3332,4 responden 2. Distribusi gejala rambut gatal lebih banyak terjadi pada kelompok ketombe dengan jumlah 72 70,6 responden dibandingkan dengan kelompok tidak ketombe sebanyak 25 77 3. Distribusi gejala rambut gatal setelah menggunakan jilbab lebih banyak terjadi pada kelompok ketombe dengan jumlah 15 14,7 dibandingkan dengan kelompok tidak ketombe dengan jumlah 24 23,5 responden 4. Angka kejadian ketombe lebih banyak pada responden dengan pemakaian jilbab ≤ 10 tahun dengan jumlah 74 7β,5 5. Tidak ada hubungan antara lama penggunaan jilbab dalam satu hari dengan kejadian ketombe dengan nilai p-value = 1,000 6. Terdapat hubungan antara penggunaan jilbab berwarna gelap terhadap kejadian ketombe dengan p-value = 0,001. Nilai odd rasio didapatkan sebesar 2,611 CI 1,484-4,593. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang menggunakan warna jilbab hitam pada kesehariannya mempunyai kemungkinan sebesar 2,611 kali mengalami ketombe dibandingkan dengan yang menggunakan jilbab berwarna terang 7. Terdapat hubungan antara lapis jilbab responden dengan kejadian ketombe dengan p-value = 0,001. Nilai odd ratio didapatkan sebesar 3,011 CI 95 1,578-5,746. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang menggunakan jilbab 1 lapis lebih mempunyai kemungkinan 3,011 kali mengalami ketombe dibandingkan dengan responden yang menggunakan jilbab 1 lapis 8. Terdapat hubungan antara warna gelap yang digunakan pada lapis jilbab responden dengan kejadian ketombe dengan p-value = 0,014. Nilai odd rasio didapatkan sebesar 2,465 CI 1,188-5,112. Artinya, responden yang menggunakan warna lapis jilbab dominan gelap lebih mempunyai kemungkinan sebesar 2,465 kali mengalami ketombe dibandingkan dengan responden yang menggunakan warna lapis jilbab dominan terang dan tidak menggunakan 9. Terdapat hubungan antara kebiasaan penggunaan ciput dengan kejadian ketombe pada responden dengan p-value = 0,008. Nilai odd rasio sebesar 2,193 CI 1,218-3,950. Artinya, responden yang memiliki kebiasaan menggunakan ciput mempunyai kemungkinan sebesar 2,193 kali mengalami ketombe dibandingkan dengan yang tidak menggunakan ciput 10. Terdapat hubungan antara warna ciput yang dominan digunakan dengan kejadian ketombe dengan p-value = 0,017. Nilai odd rasio sebesar 1,960 dengan CI 1,123-3,420. Artinya, responden yang menggunakan warna ciput hitam pada kesehariannya mempunyai kemungkinan sebesar 1,960 kali mengalami ketombe dibandingkan dengan yang menggunakan ciput berwarna terang atau tidak menggunakan ciput.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bahwa: 1. Masyarakat hendaknya menghindari kebiasaan penggunaan jilbab yang dapat meningkatkan risiko kelembababan pada kulit kepala 2. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan ketombe pada wanita berjilbab Kepada peneliti selanjutnya : 1. Diagnosis ketombe dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik atau pemeriksaan KOH