dimaksud memberikan konsekuensi logis, yaitu bahwa perbedaan dan persamaan yang ada di dalam tradisi gondang hasapi menjadi warna yang kuat dan menjadi
karakter tradisi musik tersebut. Persamaan dan perbedaan tersebut penting untuk dipelajari: dimana perbedaan dan dimana persamaannya. Faktor apa sajakah
sebenarnya yang menyebabkan terjadinya persamaan dan perbedaannya, serta bagaimana proses persamaan dan perbedaan tersebut bisa berlangsung dan
berkesinambungan? Berdasarkan hal dan pertanyaan-pertanyaan yang telah dikemukakan di atas,
penulis tertarik untuk membahas tentang permainan garantung, dan dituliskan dalam skripsi dengan judul:
ANALISIS TEKNIK PERMAINAN DAN PENGGARAPAN TIGA KOMPOSISI GONDANG PADA INSTRUMEN GARANTUNG YANG
DIMAINKAN OLEH TIGA PARGARANTUNG.
1.2 Pokok Permasalahan
Adapun pokok permasalahan pada skripsi ini adalah bagaimana teknik permainan dan penggarapan tiga komposisi gondang yang dimainkan oleh tiga
pargarantung. Dalam teknik permainan apakah ada cara atau pola tertentu dalam memainkan repertoar gondang? Bagaimana metode yang dipakai dalam
menghasilkan garapan? Aspek apa yang membuat penggarapan yang dimainkan pargarantung berbeda atau sama?
Universitas Sumatera Utara
Tiga repertoar yang akan dianalisis adalah Gondang Hata Sopisik, Gondang Si Bunga Jambu dan Gondang Panogu-nogu Horbo Tu Lahatan. Analisis teknik
permainan yang akan dilakukan terhadap ke tiga repertoar ini diharapkan mampu menunjukkan kekayaan pola permainan garantung yang dimainkan oleh tiga
pargarantung.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara atau pola teknik permainan tiga gondang yang
dimainkan oleh ketiga pargarantung. 2.
Untuk mengetahui metode yang dipakai dalam mengahasilkan garapan 3.
Untuk mengetahui aspek apa yang membuat penggarapan yang dimainkan pargarantung berbeda atau sama
1.3.2 Manfaat
1. Sebagai pengayaan referensi musik Batak Toba khususnya musik garantung
2.
Sebagai referensi penelitian berikutnya dalam aspek teknis maupun teori musik Batak Toba
1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep
Ada beberapa konsep dasar yang perlu dijelaskan dalam penulisan skripsi ini. Konsep merupakan suatu definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala
Universitas Sumatera Utara
Mely Tan dalam Koentjaraningrat, 1991: 21. Konsep dimaksudkan untuk memberi definisi dan pembatasan pemahaman.
Kata analisis berasal dari kata analisa yaitu, penyelidikan dan penguraian terhadap masalah untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya serta proses
pemecahan masalah. Adapun objek penelitian yang akan diuraikan adalah teknik permainan dan penggarapan tiga komposisi gondang oleh tiga pargarantung pada
instrumen garantung. Teknik permainan yang dimaksud pada tulisan ini adalah cara yang dipakai
seorang pargarantung dalam memainkan repertoar tersebut khususnya dalam menggarap. Hal ini dicapai dengan mengidentifikasi pergerakan tangan kanan dan
kiri pargarantung. Penggarapan berasal dari kata garap yang merupakan istilah yang dipakai
pada gamelan jawa. Judith Becker dalam bukunya Karawitan Source Readings In Javenese Gamelan And Vocal Music mengatakan: “Garap: 1. Way of working or
fashioning. 2. The creation of melodies.” Jika diterjemahkan secara bebas, garap berarti cara dalam bekerja, memberi bentuk, dan melodi yang diciptakan. Dalam
skripsi ini penulis mengadopsi kata garap, dan penggarapan yang penulis maksud adalah pengolahan pukulan seperti contoh Gambar.1 di bawah ini yang ditunjukkan
dalam gerakan-gerakan tangan kanan dan kiri. Garapan bersifat ekspresif, yaitu permainan sangat ditentukan oleh kondisi emosi dan perasaan orang yang sedang
memainkannya.
Universitas Sumatera Utara
Tangkai keatas gerakan tangan kiri
Tangkai kebawah gerakan tangan kanan Gambar. 1
Gondang pada judul skripsi ini mengandung banyak pengertian seperti yang sudah penulis utarakan pada latar belakang. Gondang yang dimaksud pada judul
skripsi ini adalah judul sebuah komposisi musik. Yang dimaksud dengan pargarantung adalah seorang yang mampu
memainkan garantung, mengenal sejumlah repertoar gondang atau merupakan seorang pemain garantung dalam grup musik etnis Batak
1.4.2 Teori
Untuk menguraikan topik-topik pembahasan dibutuhkan teori yang berguna untuk mempedomani penguraian tersebut.
Mengatakan suatu tradisi kebudayaan menganut sistem tradisi lisan adalah bersangkut paut dengan aspek pewarisan kebudayaan tersebut. Tradisi lisan berarti
unsur-unsur kebudayaan seperti cara memainkan musik, cara menggarap musik, cara membuat musik, folklore dan unsur lainnya, diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya dari mulut ke mulut Nettl 1973: 3. Jika demikian, maka bukan tidak
Universitas Sumatera Utara
mungkin kita dapat mengungkapkan hal-hal yang tersembunyi atau belum diketahui tentang teori praktis dan teknik-teknik permainan yang dinyatakan lewat istilah-istilah
lokal dapat diteliti atau diungkap. Tradisi yang diwariskan dengan cara mulut ke mulut ini juga akan
mengakibatkan beberapa konsekuensi lain yaitu pemahaman si penerima yang berkembang mengikuti perubahan lingkungan dan waktu. Beberapa pargarantung
yang memainkan repertoar dengan judul yang sama akan menghasilkan repertoar tersebut dengan bentuk dan cara yang berbeda atau mungkin sama. Hal ini mungkin
diakibatkan oleh pengalaman bermusik, lingkungan tempat tinggal, dengan siapa mereka berinteraksi yang mengakibatkan permainan mereka berbeda atau sama. Netll
dalam bukunya The Study of Ethnomusicology, 29 Issues and Concepts juga mengatakan bahwa di dalam literatur etnomusikologi, musik tidak
mempermasalahkan suatu kebenaran. Perbedaan dan persamaan dalam musik tradisi
tersebut adalah hal yang normal dan tidak ada yang salah Nettl 1983: 172. Justru perbedaan dan persamaan inilah menjadi ciri dan warna dalam tradisi musikal pada
masyarakat Batak Toba. Selain teori tradisi lisan, penulis menggunakan pendekatan transkripsi. Nettl
dalam bukunya Folk and Traditional Music of the Western Continents mengatakan bahwa mentranskripsi musik ke dalam bentuk notasi adalah satu-satunya cara yang
digunakan peneliti untuk dapat menganalisis suatu musik. Lebih jauh, dengan mentranskripsi dan menganalisis musik tersebut merupakan tahapan bagi peneliti
untuk dapat mengetahui mengapa perbedaan dan persamaan muncul dalam suatu
Universitas Sumatera Utara
proses memainkan musik Nettl 1973: 35. Oleh karena kerangka pikir ini, penulis berpedoman bahwa dengan melakukan pentranskripsian terhadap musik yang diteliti
penulis dapat menjawab permasalahan di dalam tulisan ini.
1.5 Metode Penelitian
Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode deskriptif- analitis, yaitu menguraikan bagaimana teknik permainan garantung, pada saat yang
sama menganalisa permainan atau penggarapan dari masing-masing pemain garantung.
Pada tahap awal, penulis melakukan studi kepustakaan dengan mencari dan membaca tulisan yang berkaitan dengan kajian penulis. Setelah membaca dan
memahami apa yang ingin dicapai, penulis menetapkan tiga pargarantung sebagai informan kunci. Alasan penulis menetapkan tiga orang adalah dikarenakan jumlah
pargarantung pada saat ini yang sangat sedikit sehingga tiga pargarantung ini sudah cukup mewakili. Tiga orang pargarantung yang penulis pilih yaitu Marsius Sitohang,
Sarikawan Sitohang dan Amarista Simarmata. Ketiga informan ini merupakan seniman dalam dunia musik Batak Toba, mereka mampu dalam memainkan
garantung dan sudah diakui kemampuannya oleh masyarakat. Tahap berikutnya penulis melakukan perekaman tiga repertoar gondang, yang dilakukan dari satu
pargarantung ke pargarantung berikutnya. Perekaman dilakukan secara audio visual. Audio untuk mendengarkan bunyi garantung dan visual untuk melihat pergerakan
tangan pargarantung. Setelah mendapatkan data rekaman, penulis mendengar dan melihat secara berulang-ulang rekaman lagu. Penulis mulai mengingat repertoar
Universitas Sumatera Utara
tersebut, kemudian melatihnya langsung dengan garantung. Penulis harus berulang- ulang melihat maupun mendengar rekaman lagu dan melatihnya bagian per bagian.
Dalam melatih instrumen garantung, penulis mendapat kemudahan dalam mengorganisasi pergerakan tangan dikarenakan penulis telah belajar piano selama
kurang lebih tiga belas tahun. Pergerakan tangan dalam memainkan piano yang juga dapat diterapkan dalam memainkan garantung adalah seperti gerakan searah similar
motion dan gerakan berlawanan contrary motion. Melalui hal ini penulis terbantu dalam memainkan repertoar garantung dan hal pemahaman penulisan transkripsi
yaitu dalam memahami tinggi rendah dan panjang pendeknya nilai sebuah nada. Namun demikian, penulis harus bisa mencapai tingkat yang lebih lagi yaitu
memahami setiap garapan yang dibuat oleh masing-masing pargarantung. Untuk mencapai ini, penulis melakukan latihan. Setelah dapat memainkan repertoar tersebut,
penulis mulai melakukan transkripsi di atas kertas. Repertoar yang telah ditranskripsi kemudian dianalisis oleh penulis. Hasil transkripsi dan analisis inilah yang nantinya
menjadi tujuan dari penelitian ini. Untuk mentranskripsi repertoar gondang, penulis mengadopsi sistem notasi
barat konvensional yang akan dikombinasikan dengan simbol-simbol notasi yang diciptakan oleh penulis Lihat Tabel 1. Notasi yang digunakan untuk Transkripsi.
Penggunaan sistem notasi barat didasari oleh beberapa alasan: pertama bahwa sistem notasi barat lebih dikenal secara umum dibanding sistem notasi-notasi lain; kedua,
notasi barat merupakan cara yang lebih efektif dalam menunjukkan aspek ritma yang mendukung dalam penulisan repertoar gondang yang menjadi bahan analisis penulis.
Universitas Sumatera Utara
Pemahaman nilai ketukan pada notasi barat tetap digunakan penulis dalam menunjukkan jumlah waktu dalam memainkan repertoar. Nilai ketukan pada
penulisan ini menggunkan nilai satuan σδφγκλ;θ σ sebagai satu ketuk.
Simbol-simbol notasi yang akan dipakai penulis pada penulisan repertoar adalah : Tangan Kanan
Tangan Kiri Pukulan Tak pukulan pinggiran badan kayu oleh tangan kiri
| |
| |
Garis putus-putus yang diasosiasikan pada garis birama seperti pada musik barat membatasi jumlah nilai ketukan setiap birama
Tabel. 1
Notasi pada Tabel. 1 akan diletakkan pada garis paranada. Garis paranada yang digunakan penulis mempunyai fungsi yang berbeda dari garis paranada pada
musik barat. Perbedaannya adalah pada musik barat penggunaan 5 garis dan 4 spasi menunjukkan ketinggian suatu nada, sedangkan penulis hanya menggunakan 5 garis
dan garis bantu dimana setiap garis merepresentasikan satu bilah pada garantung. Lihat Gambar.2 pada halaman 13.
Universitas Sumatera Utara
Bilah garantung Garis Paranada
Gambar 2.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TRADISI KEBUDAYAAN MUSIK BATAK TOBA
2.1 Gambaran Umum Masyarakat Batak Toba
Batak Toba merupakan salah satu suku dari lima kelompok etnik suku Batak yang tinggal di Sumatera Utara. Empat kelompok etnik lainnya yaitu Pakpak,
Mandailing, Simalungun dan Karo. Dari lima sub-suku ini, Batak Toba merupakan suku yang paling banyak jumlahnya.
Secara administratif, etnik Batak Toba mendiami daerah Tapanuli Utara. Pada umumnya masyarakat Batak Toba bermata pencaharian sebagai petani yang bekerja
di persawahan dan ada pula yang membuka perladangan dimana mereka dapat bercocok tanam dan beternak. Selain bercocok tanam dan beternak, masyarakat Batak
Toba juga ada yang berprofesi sebagai nelayan di sekitar danau Toba. Namun setelah berkembangnya jaman, profesi-profesi ini dianggap tidak dapat memenuhi kebutuhan
hidup sehingga banyak masyarakat Batak Toba yang pergi merantau keluar dari Tapanuli Utara dan hidup disana. Pada sekarang ini masyarakat Batak Toba yang
telah maju dalam pendidikan sudah mendapatkan profesi-profesi lainnya dan menetap di kota-kota Indonesia.
Bahasa yang digunakan oleh suku Batak Toba disebut bahasa Batak. Bahasa Batak ini digunakan sebagai bahasa sehari-hari mereka untuk berkomunikasi. Bahasa
Batak Toba juga dianggap sebagai dasar dilaek bahasa sub suku Batak lainnya Siahaan 1964: 60.
Universitas Sumatera Utara