Kelapa Sawit Varietas Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Kelapa sawit, didasarkan atas bukti-bukti fosil, sejarah dan linguistik yang ada diyakini berasal dari Afrika Barat. Di tempat asalnya ini, kelapa sawit yang pada saat lalu dibiarkan tumbuh liar di hutan-hutan sejak awal telah dikenal sebagai tanaman pangan yang penting. Oleh penduduk setempat kelapa sawit telah diproses secara amat sederhana menjadi minyak dan tuak sawit. Di luar benua Afrika, kelapa sawit mulai diperhitungkan sebagai tanaman komoditas penghasil produk dagangan. Sejak revolusi industri bersaing keras di Eropa. Saat itu di Eropa bermunculan Industri atau pabrik antara lain industri sabun dan margarin yang membutuhkan bahan mentahbaku untuk operasionalnya. Minyak sawit dan minyak inti sawit yang muncul kemudian adalah dua produk yang antara lain dibutuhkan untuk bahan mentah baku tersebut. Jadilah minyak dan minyak inti sawit dibutuhkan oleh pasar Eropa Tim Penulis PS, 1992. Tanaman kelapa sawit Elaeis guinensis JACQ adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam family palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani Elaion atau minyak, sedangkan nama species Guinensis berasal dari Guinea yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mmtahun dan kisaran suhu 22 C - 32 C. Daerah penanaman kelapa sawit di Indonesia adalah daerah Jawa Barat Lebak dan Tangerang, Lampung, Riau, 4 Universitas Sumatera Utara Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Aceh. Negara penghasil kelapa sawit selain Indonesia adalah Malaysia, Amerika Tengah dan Nigeria. Ketaren,1986

2.2. Varietas Kelapa Sawit

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal lima varietas kelapa sawit,yaitu : 1. Dura a. Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm b. Tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung c. Daging buah relatif tipis, yaitu 35-50 d. Kernel daging biji besar dengan kandungan minyak rendah e. Dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk betina 2. Pisifera a. Ketebalan tempurung sangat tipis bahkan hampir tidak ada b. Daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah dura c. Daging biji sangat tipis d. Tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dipakai sebagai pohon induk jantan 3. Tenera a. Hasil persilangan dura dan pisifera b. Tempurung tipis 0,5-4 mm c. Terdapat lingkaran serabut di sekeliling tempurung d. Daging buah sangat tebal 60-96 dari buah Universitas Sumatera Utara e. Tandan buah lebih banyak, tetapi ukurannya relatif lebih kecil 4. Marco carya Tempurung tebal sekitar 5 mm, sedang daging buahnya tipis sekali 5. Diwikka-wakka Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah. Dwikka-wakka dapat dibedakan menjadi Diwikka-wakkadura, Diwikka-wakka psifera dan Diwikka-wakka tenera. Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tertinggi terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar 22 – 24, sehingga tidak heran jika lebih banyak perkebunan yang menanam kelapa sawit dari varietas Tenera. Mangoensoekarjo, 2003

2.3. Minyak Kelapa Sawit