b.Proses pemurnian MKS
Ada tiga metode yang dilakukan dalam pemurnian minyak kasar di PKS, yaitu:
1. Metode pengendapan settling pemisahan minyak dan air karena terjadi
pengendapan bagian yang lebih berat. Minyak berada dilapisan atas karena berat jenisnya lebih kecil
2. Metode pemusingan centrifuge yaitu pemisahan dengan cara memusingkan
minyak kasar sehingga bagian yang lebih berat akan terlempar lebih jauh akibat adanya gaya sentrifugal
3. Metode pemisahan biologis yaitu pemecahan molekul-molekul minyak sebagai
akibat dari proses fermentasi Pahan, 2012.
2.5. Peranan DOBI dalam Penentuan Harga Minyak Sawit
Minyak kelapa sawit mengandung zat warna, seperti karoten dan turunannya yang memberikan warna merah-kuning pada minyak. Warna tersebut kurang disukai
konsumen. Terlebih lagi, hal ini dikarenakan reaksi pada temperatur tinggi dapat mengubah karoten menjadi senyawa yang berwarna kecokelat-cokelatan dan larut
dalam minyak sehingga semakin sukar untuk dipucatkan kemampuan untuk dipucatkan semakin berkurang. Penurunan daya pemucatan ini disebut DOBI Deterioration
Bleachability of Index. Dalam industri hilir, pemucatan minyak kelapa sawit dapat dilakukan dengan proses absorpsi dan dengan reaksi kimia. Proses absorpsi dilakukan
dengan menggunakan bahan bleaching clay floridin dan kaolin, bleaching carbon, serta activated carbon. Pemucatan dengan reaksi kimia dapat dilakukan dengan
Universitas Sumatera Utara
oksidasi menggunakan peroksida, dikromat, dan klorin. Bilangan DOBI merupakan gambaran kerusakan minyak akibat proses oksidasi yang terjadi sejak panen lalu
dilajutkan pada proses pengolahan, penimbunan, dan pemompaan ke kapal tanker angkut. Kerusakan kualitas tersebut akan berperan pada proses pengolahan lanjutan di
industri hilir. Perubahan kualitas minyak selama proses dipengaruhi oleh sistem pengolahan dan peralatan yang digunakan.
Tabel 2.4. Nilai DOBI dari minyak sawit selama diolah No
Stasiun Pengolahan Nilai DOBI
1 Oil gutter
3,47 – 3,65 2
Settling tank 3,02 – 3,36
3 Oil tank
2,88 – 2,98 4
Vacuum dryer 2,54 – 2,78
5 Sludge separator
2,34 – 2,48 6
Fat pit 1,58 – 1,97
7 Minyak produksi
2,92 – 2,98 Sistem pengolahan yang tidak dikelola dengan baik akan menghasilkan produk
yang berkualitas rendah dan daya saing yang rendah. Semakin lama minyak diproses, nilai DOBI-nya akan menurun. Recycle minyak harus diminimalkan dan dilarang karena
akan menurunkan nilai DOBI. Hal yang harus dilakukan yaitu menurunkan losses sehingga tidak akan banyak minyak kotor parit yang tersedia untuk di recycle. Pahan,
2012 DOBI Deterioration Of Bleachability Index merupakan indeks derajat
kepucatan minyak sawit. Rendahnya efisiensi pengolahan dan tehnologi terjadi akibat sistem tehnologi dan perangkat mesin menggunakan acuan sistem tehnologi lama,
akibatnya banyak buah sawit yang tersisa pada pengolahan perontokan atau proses pemisahan secara mekanis antara antara sawit dan tandannya. DOBI yang tinggi akan
membuat lebih baik harga jual CPO dipasaran domestik dan Internasional. Di samping itu pula menunjukkan proses pengolahan dari kebun-pabrik-rafineri berlangsung dengan
Universitas Sumatera Utara
baik. Adanya sinergi ini menunjukkan kualitas tim kerja terjaga dengan baik. Semuanya bermuara pada nilai jual perusahaan sebagai perusahaan mengedepankan kualitas
standar internasional. Tabel 2.5. Hubungan DOBI dengan kualitas
DOBI Kualitas
1,68 Buruk
1,78 – 2,30 Kurang baik
2,30 – 2,92 Cukup baik
2,92 – 3,23 Baik
http:sawit-indonesia.comindex.phpinovasi80-dobi-salah-satu-parameter-
2.5.1. Deterio Indeks Pemutihan DOBI dan Hubungannya dengan Kualitas CPO
Komoditas Crude Palm Oil CPO telah menjadi komoditas primadona domestik dan ekspor Indonesia yang mengalami peningkatan kualitas dari tahun ke tahun, baik
dari segi mutu free fatty acid FFA, moisture dan impurities M dan I. DOBI adalah bagian yang banyak dilupakan padahal parameter kualitas yang sama. Selain dari FFA,
M dan I sendiri tidak cukup untuk mewakili kualitas CPO. Memasukkan DOBI dalam analisa memberikan sebuah indikasi baik bagi proses pengolahan CPO dari estate ke
akhir pengolahan mill ke refinery. DOBI adalah perbandingan numerik dari spektrofotometri penyerapan larutan zat dalam pelarut pada 446 nm dengan 269 nm.
Metode ini pertama kali dilakukan oleh Dr. P.A.T. Swoboda dari Palm Oil Research Institute of Malaysia sekarang menjadi Malaysian Palm Oil Board. Metodenya adalah
melarutkan palm oil ke dalam heksana dan kemudian ditentukan penyerapannya dengan
menggunakan spektrofotometer.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.6. PORIM Palm Oil Riset Institute Of Malaysia tentang hubungan DOBI dengan kualitas
DOBI Kualitas
1,68 Minyak sawit endapan atau
equivalennya 1,76 – 2,30
Kurang 2,36 – 2,92
Cukup 2,99 – 3,24
Baik 3,24
Terbaik
DOBI itu sendiri merupakan angka perbandingan angka serapan absorben terhadap asam lemak bebas, apabila dihubungkan dengan aspek kualitas berdasarkan
DOBI, ada 5 kelas minyak sawit mentah CPO dengan angka DOBI 1,68, termasuk ke dalam CPO yang memiliki kualitas yang buruk.
Sementara itu CPO dengan angka DOBI antara 1,78 - 2,30 memiliki mutu yang kurang baik. CPO dengan angka DOBI 2,30 – 2,92, mengindikasikan bahwa CPO ini memiliki
mutu yang cukup baik. Angka DOBI 2,93 – 3,23 memperlihatkan indikasi CPO dengan mutu baik. Angka DOBI diatas 3,24 berarti CPO memiliki kualitas yang sangat baik.
Kebanyakan negara tujuan ekspor menetapkan angka DOBI CPO yang dapat diterima harus memiliki angka DOBI lebih besar atau sama dengan 2,8. Angka DOBI minimal
2,8 yang diminta oleh pedagang CPO dunia, diambil dari ketentuan dalam Codex Allimentariurs Commision. Pada kenyataannya sampai saat ini, CPO Indonesia rata-rata
memiliki angka DOBI dibawah 2,8. Nilai ini dianggap yang kurang baik. Beberapa
Universitas Sumatera Utara
pakar minyak sawit menyatakan bahwa rendahnya angka DOBI terjadi akibat rendahnya efisiensi proses dan tehnologi minyak sawit mentah CPO. Dibandingkan dengan
Malaysia kualitas minyak mentah sawit Indonesia telah tertinggal jauh. Rendahnya efisiensi pengolahan dan tehnologi terjadi akibat sistem teknologi dan perangkat mesin
dalam pengolahan tandan buah segar TBS kelapa sawit masih menggunakan acuan sistem tehnologi lama. Akibatnya banyak buah sawit yang tersisa pada proses
perontokan atau proses pemisahan secara mekanis antara sawit dan tandannya. http:
www.deptan.go.idbuletininfomutumei 04.pdf
2.5.2. Penyebab –penyebab DOBI Deterioration Of Bleachability Index yang rendah
Adapun penyebab-penyebab DOBI yang rendah antara lain adalah :
a. Tingginya persentase buah berwarna hitam kurang matang dan terlalu matang
b. Tertundanya proses pengolahan, terutama pada saat musim hujan dan efeknya
tertundanya pengangkutan buah sawit ke pabrik, sehingga menyakibatkan restan di kebun
c. Kontaminasi CPO dengan kondensat rebusan
d. Kontaminasi CPO dengan oksidasi di oil sludge
e. Waktu perebusan buah yang panjang dan suhu tinggi
f. Pemanasan CPO lebih 55
C di storage tank dengan waktu yang panjang
Sebab-sebab lain yang berhubungan dengan kasus diatas adalah tertundanya proses sementara akibat machinery breakdown yang berpengaruh tertundanya proses
pengolahan buah restan. Tingginya temperatur Crude Oil pada Stasiun Klarifikasi.
Universitas Sumatera Utara
Tandan buah yang berwarna hitam mempunyai DOBI yang sangat rendah. Tandan buah dengan kematangan yang tinggi mempunyai minyak dengan DOBI yang sangat tinggi.
Minyak yang diambil dari buah hitam mempunyai DOBI 1,5, sedangkan tandan buah dengan kematangan yang tinggi mempunyai DOBI 3,5.
http:sawit indonesia.comindex. Php inovasi 80-dobi-salah-satu-parameter-kualitas crude-palm-
oil
2.5.3. Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk memastikan CPO mempunyai kualitas tinggi
1. Mengawasi sistem panen dan transportasi
Panen perlu mendapat pengawasan yang efektif karena perlakuan yang kurang baik dapat menyebabkan luka pada daging buah dan pembusukan buah. Hal ini
akan menurunkan kualitas produk minyak sawit yang dikenal dengan penurunan nilai DOBI.
2. Menghindari pemakaian uap kering pada perebusan buah
Uap kering mempunyai temperatur lebih tinggi dibandingkan uap jenuh pada tekanan yang sama. Pemakaian uap kering akan menyebabkan proses oksidasi
pada asam lemak tidak jenuh atau senyawa yang terkandung dalam minyak dan membentuk polimer yang sangat sulit diserap pada proses pemucatan.
3. Menghindari pemakaian uap langsung pada stasiun pemurnian
Produksi uap yang rendah sering menimbulkan gangguan pemanasan dalam proses pengolahan. Produksi uap yang rendah mendorong operator untuk
memanaskan cairan minyak dengan uap panas kering secara terbuka. Perlu
Universitas Sumatera Utara
diperhatikan bahwa oksidasi sangat mudah terjadi pada stasiun pemurnian karena di dalam cairan tersedia logam pro-oksidan.
4. Menghindarkan pemanasan yang berlebihan di unit pengolahan
Kegagalan penurunan kadar air pada minyak dengan alat vacuum dryer sering diatasi dengan menaikkan temperatur pada oil tank yang dapat menyebabkan
penurunan DOBI. Hal ini perlu dihindari agar kualitas minyak dapat dipertahankan.
5. Mengendalikan penimbunan
Pemanasan minyak pada tangki timbun PKS yang jaraknya jauh dari pelabuhan biasanya dilakukan pada temperature tinggi dengan memperhitungkan bahwa
minyak tersebut tiba di tangki pelabuhan pada temperature di atas titik cair. Kualitas minyak dalam penimbunan dipengaruhi oleh cara penimbunan dan
kondisi tangki timbun. Pahan, 2012
2.6. Spektrofotometri UV-Visible
Pengukuran serapan dapat dilakukan pada daerah ultraviolet panjang gelombang 190 nm – 380 nm atau pada daerah cahaya tampak panjang gelombang
380 nm – 780 nm. Spektrum pada daerah ultraviolet dan daerah cahaya tampak dari suatu zat tidak khas, tetapi sangat cocok untuk penetapan kuantitatif. Alat
spektrofotometer pada dasarnya terdiri dari sumber sinar monokromator tempat sel untuk zat yang diperiksa, detektor penguat arus, dan alat ukur atau pencatat.
Spektrofotometer dapat bekerja secara otomatik ataupun tidak, mempunyai sistem sinar
Universitas Sumatera Utara
tunggal maupun ganda. Sel serap yang digunakan untuk pengukuran pada daerah ultraviolet dibuat dari silica, sedang untuk pengukuran pada daerah sinar tampak dibuat
dari kaca. Sel serap dengan tebal 1 cm banyak digunakan. Sel serap yang yang akan digunakan untuk larutan uji dan larutan blangko harus mempunyai transmitan yang
sama jika masing-masing berisi pelarut. Harga transmitan yang tidak sama harus dilakukan koreksi seperlunya. Kebersihan sel serap harus mendapat perhatian secara
khusus. Sel dicuci dengan cairan pembersih, dibilas dengan air kemudian pelarut organik
yang mudah menguap agar cepat kering. Larutan uji tidak boleh di dalam sel lebih lama daripada yang diperlukan untuk pengukuran. Sel jangan dipegang pada permukaan yang
dilewati sinar. Penyimpangan dari ketentuan dapat disebabkan oleh adanya variasi alat atau akibat adanya perubahan fisika kimia. Spektrofotometer secara teratur harus
dikalibrasi baik terhadap skala panjang gelombang, maupun terhadap skala fotometer. Identifikasi zat secara spektrofotometri pada daerah ultraviolet pada umumnya
dilakukan dengan menggambarkan spektrum serapan larutan zat dalam pelarut, untuk menetapkan letak serapan maksimum atau minimum. Spektrum serapan dari zat yang
diperiksa kadang-kadang perlu dibandingkan dengan pembanding kimia yang sesuai. Dalam hal ini pembanding kimia tersebut dikerjakan dengan cara yang sama dan
diukur dengan kondisi yang sama dengan zat yang diperiksa. Pada daerah ultraviolet identifikasi dapat pula dilakukan dengan menghitung harga perbandingan serapan pada
2 maksimum. Dengan cara ini dapat dihindari kesalahan yang disebabkan pengaruh alat dan tidak diperlukan larutan pembanding. Penetapan kadar dapat dilakukan dengan
membandingkan serapan larutan zat terhadap larutan zat pembanding kimia yang
Universitas Sumatera Utara
disiapkan dengan cara yang sama. Dalam hal ini pengukuran serapan mula-mula dilakukan terhadap larutan pembanding kemudian terhadap larutan zat yang diperiksa.
Panitia Farmakope Indonesia, 1979. Panjang gelombang dari cahaya tampak yaitu radiasinya dapat dilihat berkisar
antara 400 nm sinar violet dan 750 nm sinar merah. Panjang gelombang diantaranya memberikan warna biru , hijau, kuning, oranye, dan warna -warna lain. Radiasi UV tak
terlihat oleh mata, tetapi dapat menyebabkan luka bakar misalnya luka bakar karena matahari; panjang gelombangnya dari 100 nm-400 nm. Spektrum UV atau cahaya
tampak, panjang gelombang dibuat diagram dengan absorpsi, yaitu logaritma dari perbandingan antara intensitas radiasi sinar yang masuk sampel I
dengan radiasi sinar yang keluar I.
A = log
I ₀
I
Apabila harga intensitas suatu cahaya yang keluar dari sampel I lebih kecil dibandingkan dengan yang masuk I
berarti foton yang diabsorpsi oleh sampel memiliki harga I yang makin kecil, semakin banyak yang diabsorpsi, maka harga
serapannya absorban besar. Tabel 2.7. Gelombang yang diserap dan warna yang dipantulkan
Gelombang yang diserap Warna yang dipantulkan yang
terlihat 400 violet
Hijau kuning 450 biru
Oranye 510 hijau
Purple 590 oranye
Biru 640 merah
Hijau biru 730 purple
Hijau
Universitas Sumatera Utara
Radiasi UV dan cahaya tampak tidak mempengaruhi bentuk getaran dari ikatan kovalen. Elektron-elektronnya akan mengabsorpsi foton dan akan pindah dari orbital
molekul yang sudah penuh ke orbital molekul dengan energi lebih tinggi yang belum terisi. Panjang gelombang dari radiasi UV dan cahaya tampak yang diabsorpsi oleh
suatu senyawa tergantung dari berapa banyak energi yang diperlukan untuk memindahkan elektron dalam senyawa tersebut. Molekul-molekul yang semua
elektronnya memerlukan energi yang tinggi untuk berpindah hanya mengabsorpsi radiasi gelombang yang pendek. Jumlah konjugasi yang cukup biasanya memiliki
senyawa yang berwarna, yaitu senyawa yang mengabsorpsi gelombang cahaya tampak dan memantulkan sisa gelombang dari cahaya tampak tersebut pada mata kita.
Fessenden, 2010
Hubungan antara absorpsi radiasi dan panjang lintasan melewati medium yang menyerap mula-mula dirumuskan oleh Bouger 1729, meski kadang-kadang dikaitkan
kepada Lambert 1768. Suatu medium pengabsorpsi yang homogen seperti suatu larutan kimia terbagi dalam lapisan-lapisan yang sama tebalnya. Suatu berkas radiasi
monokromatik yakni radiasi dengan panjang gelombang tunggal diarahkan menembus medium itu, ternyata bahwa tiap lapisan menyerap fraksi radiasi yang sama besar.
Penemuan Bouger dapat dirumuskan secara matematis dimana P adalah daya radiasi
masuk dan P daya yang keluar dari suatu lapisan medium sebesar b satuan
−
�� ��
= k
1
P
Universitas Sumatera Utara
�₁�� = d
� �
dan mengintegralkan di antara P dan P serta 0 dan b:
-
∫
�� �
� ��
=k 1
∫ ��
�
-ln P – ln P = k
1
b ln P
– ln P = k
1
b
Tanda minus menandakan bahwa daya itu berkurang karena pengabsorpsian. Berkurangnya daya radiasi per ketebalan satuan dari medium yang menyerap adalah
berbanding lurus dengan daya radiasi itu. Biasanya persamaan ditulis dengan logaritma basis – 10, dengan mudah mengubah tetapan ini:
���
�� �
=
k
1
b
Pernyataan verbal persamaan ini adalah daya radiasi yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan pertambahan secara aritmatik tebalnya medium
pengabsorpsi. Lambang P
O
dan P direkomendasikan untuk daya radiasi masuk dan diteruskan. Bentuk log PP
O
disebut absorbans dan diberi lambang A. Istilah lain yang digunakan secara sinonim dengan absorbans yang mungkin dijumpai dalam
Universitas Sumatera Utara
literatur adalah ekstingsi ekstinction, rapatan optic optical density, dan absorbansi absorbancy. Underwood, 1998
Universitas Sumatera Utara
BAB III BAHAN DAN METODOLOGI
3.1. Alat-alat
1. Spektrofotometer 10 UV Genesys
2. Cuvet quarts volume 10 mm
3. Timbangan analitis kapasitas ± 200 g
4. Labu ukur volume 25 mL
5. Hot plate
6. Pipet tetes
7. Beaker glass 250 mL
3.2. Bahan-bahan
1. n-heksana
2. CPO
3.3. Prosedur Analisa
3.3.1. Persiapan Sampel
Sampel yang diperlukan untuk analisa DOBI dan β-karoten adalah sampel CPO. Sebelum dilakukan analisa sampel maka terlebih dahulu dipersiapkan dengan cara
pemanasan sampel CPO diatas hot plate agar CPO yang menggumpal atau fase padatnya mencair dan homogen sehingga mudah dalam melakukan penimbangan dan
diperoleh hasil yang maksimum. Jika larutan konsentrasi tinggi, cairkan dengan memipet 2 mL larutan ke dalam labu ukur 10 mL dan dilarutkan sampai garis batas.
Ukur absorbansi larutan ini pada panjang gelombang 269 nm dan absorbansi pada 446
30
Universitas Sumatera Utara