Pupuk Destruksi TINJAUAN PUSTAKA

Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit memiliki keuntungan karena mengandung kalium K 2 O yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk mensubsitusi biaya pupuk kalium klorida. Selain itu, karena sifatnya yang sangat alkalis pH 12, pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit dapat memperbaiki pH tanah masam, mengaktifkan pertumbuhan akar, serta meningkatkan ketersediaan hara tanah dan aktivitas mikroorganisme. Atas pertimbangan tersebut, tandan kosong kelapa sawit dilihat sebagai produk bernilai tinggi dan dianggap penting untuk membantu dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tandan buah segar tanaman kelapa sawit.

2.4. Pupuk

Kemampuan lahan dalam penyediaan unsur hara secara terus menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangatlah terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan hara ini harus diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Pupuk adalah bahan kimia yang diberikan ke dalam tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan. Pahan, I. 2008 Tanaman terdiri dari 92 unsur,tetapi hanya 16 unsur esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Dari 16 unsur tersebut, unsur C,H, dan O diperoleh dari udara dan air dalam bentuk CO 2 dan H 2 O, sedangkan 13 unsur esensial lainnya diperoleh dari dalam tanah yang sering disebut ”unsur hara esensial”. Berdasarkan jumlah unsur hara yang dibutuhkan dalam tanaman dibedakan atas sebagai berikut: a. Unsur hara makro N, P, K, S, Ca, Mg yaitu unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar yang berkisar antara 3-20 gKg berat kering tanaman, yaitu unsur. Unsur hara makro terdiri dari unsur hara utama N, P, K yaitu unsur hara yang diberikan dalam bentuk pupuk pada seluruh jenis tanaman dan seluruh jenis tanah dan unsur hara sekunder S, Ca, Mg yaitu unsur hara yang hanya diberikan pada beberapa jenis tanaman pada jenis tanah tertentu. b. Unsur hara mikro Fe, Mn, Zn, Cu, Mo, Cl, dan B yaitu unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif sedikit yang nilai kritisnya sekitar 3-5 gKg berat kering tanaman. Madjid, 2010

2.5. Kalium

Kalium berasal dari kata yang sebenarnya adalah kalium karbonat yang merupakan salah satu garam kalium yang pertama kali ditemukan dan diperoleh hasil pembakaran tanaman. Kalium klorida dan sulfat merupakan dua komponen yang sangat penting dalam campuran pupuk. Kalium dalam bentuk oksidanya sangat mudah larut dalam air walaupun dalam air dingin. Kalium juga dapat larut dalam alkohol. Tredwell, 1963 Kalium merupakan salah satu unsur hara makro esensial ketiga yang dibutuhkan tanaman setelah nitrogen dan fospor, bahkan kadang- kadang melebihi jumlah nitrogen, seperti halnya kebutuhan kalium pada tanaman yang menghasilkan umbi-umbian Kadar kalium total di dalam tanah pada umumnya cukup tinggi sekitar 26 dari total berat tanah. Akan tetapi kalium yang tersedia di dalam tanah cukup rendah. Sumber utama hara kalium di dalam tanah adalah berasal dari kerak bumi sekitar 3,11 K 2 O sedangkan air laut mengandung kalium sekitar 0,04 K 2 O. Rata- rata kadar kalium pada lapisan tanah pertanian berkisar 0,83. Hal ini 5 kali lebih besar dari nitrogen dan 12 kali lebih besar dari fospor. Pemupukan hara nitrogen dan fospor dalam jumlah besar ikut memperbesar penyerapan kalium dari bahan tanah, ditambah dengan pencucian dan erosi yang menyebabkan kehilangan kalium cukup besar. Madjid, 2010

2.5.1. Peranan Kalium dalam Tanaman

Kalium merupakan unsur hara yang mudah mengadakan persenyawaan dengan unsur atau zat lainnya, misalnya khlor, dan magnesium. Unsur kalium berfungsi bagi tanaman yaitu untuk : a. Mempercepat pembentukan zat karbohidrat dan protein dalam tanaman. b. Memperkokoh tubuh tanaman. c. Mempertinggi resistensi terhadap serangan hama penyakit dan kekeringan. d. Meningkatkan kualitas biji buah. Kalium diserap dalam bentuk K + terutama pada tanaman muda. Menurut penelitian, kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein, inti- inti sel tidak mengandung kalium. Pada sel zat ini terdapat sebagai ion di dalam cairan sel dan keadaan demikian akan merupakan bagian yang penting dalam melaksanakan turgor yang disebabkan oleh tekanan osmotis. Selain ion kalium mempunyai fungsi fisiologis yang khusus pada asimilasi zat arang, yang berarti apabila tanaman sama sekali tidak diberi kalium, maka asimilasi akan terhenti. Sutedjo, 2002 Kalium di dalam tanaman bukan sebgai sebagai pembangun tetapi berperan sebagai pengatur berbagai proses fisiologi tanaman seperti merawat kondisi air di dalam sel dan jaringan, mengatur turgor atau tegangan sel, membuka dan menutup stomata, serta mengatur akumulasi dan translokasi karbohidrat yang baru terbentuk. Dengan baiknya pengaturan ini maka pertumbuhan tanaman menjadi merata dan pesat serta ketahanan penyakit meningkat. Yos Sutiyoso, 2003 Tumbuhan dapat tumbuh dari tanah dataran sampai ke pesisir pantai yang memiliki kesuburan tanah berbeda, dimana daerah pesisir pantai lebih subur dibandingkan dataran tinggi. Disamping itu, penyerapan air, penyerapan nutrisi, dan potensi air tumbuhan daerah dataran tinggi lebih baik dibandingkan pesisir pantai. Hal itu disebabkan karena adanya tekanan air yang akan mempengaruhi kecepatan fotosintesis. Gerristman, 1988. Fotosintesis adalah suatu proses pembentukan karbohidrat glukosa dari karbon dioksida dan air. Pada tumbuhan, karbohidrat terdapat sebagai selulosa yaitu senyawa yang membentuk dinding sel tumbuhan. Energi yang terdapat dalam karbohidrat itu pada dasarnya berasal dari energi matahari. Karbohirat, dalam hal ini glukosa, dibentuk dari karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Selanjutnya, glukosa yang terjadi disimpan dalam bentik yang lain, misalnya pada buah dan umbi. Secara garis besar reaksi fotosintesis sebagai berikut : Sinar matahari 6 CO 2 + 6 H 2 O C 6 H 12 O 6 + 6 H 2 O Klorofil Poedjiadi, 1994 Kemudian Squire 1990 menganalis daun tumbuhan dan menemukan kandungan kalium berbanding lurus dengan korelasi efisiensi cahaya yang disebabkan pengurangan ketahanan stomata terhadap karbon dioksida yang sehingga terjadi peningkatan kalium.

2.5.2. Defisiensi Kalium Pada Tanaman

Defisiensi kalium menyebabkan tanaman tampak kerdil, jarak antar ruas memendek, ujung dan tepi daun menjadi hitam seperti hangus Scorch, tepi daun melekuk ke bawah yang dimulai dari daun terbawah, tanaman mudah rebah dan rentan terhadap penyakit, serta produksi buah menurunyang diikuti dengan penurunan kualitas. Selain itu, tanaman menjadi rentan terhadap kelebihan amonium dengan gejala klorosis atau berbintik hitam yang tersebar di permukaan daun khususnya pada tanaman dikotil, sedangkan pda tanaman monokotil, ujung dan tepi daun mengering.

2.5.3 Toksis Kalium Pada Tanaman

Bila unsur kalium berlebihan pada tanaman maka akan tampak gejala yang bertentangan antagonis dengan Magnesium atau terjadi defisiensi Magnesium. Sering juga terjadi antagonis dengan Kalsium sehingga menunjukkan gejala defisiensi Kalsium. Selain itu, ada kemungkinan terjadi antagonis dengan Mangan, Zink dan Besi. Sebenarnya tanaman tidak akan menyerap unsur kalium secara berlebihan. Namun, kelebihan terjadi akibat unsur kalium yang berlebih di larutan air dalam tanah. Oleh karena itu, dianjurkan digunakan kadar kalium yang cukup, tetapi sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga tidak menyebabkan antagonis. Yos Sutiyoso, 2003

2.6. Destruksi

Destruksi merupakan suatu cara perlakuan perombakan senyawa menjadi unsur-unsurnya sehingga dapat dianalisis, dengan kata lain perombakan bentuk organik dari logam menjadi bentuk logam-logam anorganik. Pada dasarnya ada dua jenis destruksi yang dikenal dalam ilmu kimia yaitu destruksi basah oksidasi basah dan destruksi kering oksidasi kering. Kedua destruksi ini memiliki teknik pengerjaan dan lama pemanasan atau pendestruksian yang berbeda. Destruksi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : a Destruksi basah Destruksi basah merupakan perombakan sampel dengan asam kuat baik tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi dengan menggunakan zat oksidator.Pelarut yang dapat digunakan untuk destruksi basah adalah asam nitrat, asam sulfat, asam perkhlorat, asam klorida dan dapat digunakan secara tunggal maupun campuran. Vivianti, 2003 Destruksi basah pada prinsipnya adalah penggunaan asam nitrat untuk mendestruksi zat organik pada suhu rendah dengan maksud mengurangi kehilangan mineral akibat penguapan. Pada tahap selanjutnya, proses seringkali berlangsung sangat cepat akibat pengaruh asam perklorat atau hidrat peroksida. Destruksi basah pada umumnya digunakan untuk menganalisa arsen, tembaga, timah hitam, timah putih, dan seng. Ada tiga macam cara kerja destruksi basah dapat dilakukan yaitu : 1. Destruksi basah menggunakan HNO 3 dan H 2 SO 4 2. Destruksi basah menggunakan HNO 3 , H 2 SO 4 dan HClO 4 3. Destruksi basah menggunakan HNO 3 , H 2 SO 4 dan H 2 O 2 Apriyanto, 1989 b Destruksi kering Destruksi kering merupakan perombakan logam organik dalam sampel menjadi logam anorganik dengan pengabuan sampel dan memerlukan suhu pemanasan tertentu. Pada umumnya dalam destruksi kering ini dibutuhkan suhu pemanasan antara 400-500 o C, tetapi suhu ini sangat tergantung terhadap jenis sampel yang akan dianalisis. Untuk menentukan suhu pengabuan dengan sistem ini terlebih dahulu ditinjau jenis logam yang akan dianalisis. Bila oksida-oksida logam yang terbentuk mudah menguap, maka perlakuan ini tidak memberikan hasil yang baik, disebabkan pada suhu tertentu oksida logam tersebut sudah habis menguap. Vivianti, 2003 Pengabuan kering dapat diterapkan pada hamper semua analisa mineral, kecuali merkuri dan arsen. Cara ini tidak membutuhkan ketelitian sehingga mampu menganalisa bahan lebih banyak daripada pengabuan basah. Pengabuan kering dapat dilakukan untuk menganalisa kandungan Ca, Mg, P dan K. Akan tetapi, kehilangan K terjadi apabila suhu yang digunakan terlalu tinggi. Oleh karena itu, untuk menganalisa K harus dihindari suhu lebih tinggi dari 480 ºC. Apriyanto, 1989

2.7. Flame Photometer