Kelapa Sawit Tandan Kosong Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal dari Amerika. Brazil dipercaya sebagai tempat di mana pertama kali kelapa sawit tumbuh. Dari tempat asalnya, tanaman ini menyebar ke Afrika, Amerika Equatorial, Asia Tenggara, dan Pasifik Selatan. Benih kelapa sawit pertama kali yang ditanam di Indonesia pada tahun 1984 berasal dari Mauritius, Afrika. Perkebunan kelapa sawit pertama dibangun di Tanah Hitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schadt Jerman pada tahun 1911. Kelapa sawit merupakan tanaman yang memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional di Indonesia. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak kelapa sawit Indonesia. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Tracheophyta Sub – divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Cocoideae Family : Palmae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Hadi, M. 2004

2.2. Jenis- Jenis dan Ekofisiologi Kelapa Sawit

2.2.1. Jenis – Jenis Kelapa Sawit

Kelapa sawit termasuk famili palmae. Tanaman kelapa sawit dibedakan atas beberapa varietas. Varietas kelapa sawit dibedakan menjadi 2 yaitu: • Tebal tempurung dan daging buah serta warna kulit buahnya. 1. Dura Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35-50. 2. Pisifera Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada. Persentase daging buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis pisifera tidak banyak diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. 3. Tenera Varietas ini mempunyai sifat yang berasal dari induknya Dura dan Pisifera yang banyak ditanam di perkebunan saat ini. Ketebalan tempurung berkisar antara 0,5-4 mm, dan terdapat lingkaran serabut diseklilingnya. Persentase daging buah tinggi sekitar 60-96. 4. Macro carya Ketebalan tempurung berkisar 5 mm, sedangkan daging buahnya sangat tipis. • Varietas berdasarkan warna kulit buah 1. Nigrecens Pada waktu muda buah berwarna ungu dan berubah menjadi hitam pada saat buahnya matak. Varietas ini banyak ditanam di perkebunan. 2. Vierescens Pada waktu muda buah berwarna hijau dan ketika matak berwarna jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan. Varietas ini jarang dijumpai 3. Albescens Pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah masak menjadi kekunuing-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman. Varietas ini juga jarang dijumpai.

2.2.2. Ekofisiologi Kelapa Sawit

Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi berbagai faktor, baik faktor dari luar maupun dari dalam tanaman kelapa sawit itu sendiri. Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat dibedakan menjadi faktor lingkungan, genetis, dan faktor genetis-agronomis. Dalam ekofisiologi ini, faktor lingkungan yang paling dominan yaitu faktor iklim meliputi curah hujan, sinar matahari, suhu, kelembapan udara, angin dan faktor keadaan tanah. • Faktor Iklim Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah disekitar lintang utara-selatan 12º pada ketinggian 0-500 m dpl. Beberapa faktor iklim yang penting dan saling mempengaruhi adalah curah hujan, sinar matahari, suhu, kelembapan udara, dan angin. a. Curah hujan Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2.000- 2.500 mmtahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Curah hujan yang merata dapat menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit. Oleh sebab itu, musim kemarau yang berkepanjangan akan menurunkan produksi. b. Sinar matahari Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu pembentukan bunga dan buah. Untuk itu, intensitas, kualitas, dan lama penyinaran sangat berpengaruh. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5-7 jamhari. Penyinaran yang kurang dapat memyebabkan berkurangnya asimilasi dan gangguan penyakit. c. Suhu Tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum 24-28º C untuk dapat tumbuh dengan baik. Meskipun demikian tanaman masih bisa hidup pada suhu rendah 18º C dan tertinggi 32º C. beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendah suhu adalah lama penyinaran dan ketinggian tempat. Makin lama penyinaran atau makin rendah suatu tempat, makin tinggi suhunya. Suhu berpengaruh terhadap masa pembungaan dan kematangan buah. Tanaman kelapa sawit yang ditanam lebih dari ketinggian 500 m dpl akan terlambat berbunga satu tahun jika dibandingkan dengan yang ditanam di dataran rendah. d. Kelembapan udara dan angin Kelembapan optimum bagi pertumbuhan sawit adalah 80. Kecepatan angin 5-6 kmjam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. • Faktor Keadaan Tanah Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, atau regosol. Namun, kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing jenis tanah tersebut tidak sama. Ada dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh, yaitu sifat fisik dan sifat kimia tanah. a. Sifat fisik tanah Sifat fisik tanah meliputi tekstur, struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan permukaan air tanah. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal. b. Sifat kimia tanah Sifat kimia tanah dapat dilihat dari tingkat keasaman dan komposisi kandungan hara mineralnya. Sifat fisik kimia tanah bermanfaat dalam menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah. Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang istimewa karena kekurangan satu unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah antara 4,0-6,5 sedangkan pH optimumnya adalah 5- 5,5. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah yang memiliki kandungan unsur hara yang tinggi. Fauzi, Y. 2004

2.3. Tandan Kosong Kelapa Sawit

Tandan kosong kelapa sawit adalah produk dari pabrik sawit setelah tandan buah segar disterilisasi dan diambil buahnya. Tandan kosong kelapa sawit merupakan salah satu limbah yang dihasilkan pada saat proses pengolahan kelapa sawit. Dalam satu ton kelapa sawit, terdapat 230-250 kg tandan kosong kelapa sawit, 130-150 serat, 65 kg cangkang dan 55-60 kg biji dan 160-200 kg minyak mentah. Yan Fauzi, 2012 Gambar 2.1. Tandan Kosong Kelapa Sawit Berdasarkan data dari Dirjenbun, potensi limbah TKKS ini sangatlah besar seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.2. Gambar 2.2. perkiraan jumlah TKKS di Indonesia sejak tahun 2000-2009 berdasarkan data produksi CPO Indonesia. Tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan organik memiliki suatu karakteristik dasar berupa sifat kimia. Sifat kimia tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut: Tabel 2.3 komposisi kimia tandan kelapa sawit No Komponen Kimia Komposisi 1. 2. 3. 4. 5. 6. Lignin Pentosan α selulosa Holoselulosa Pektin Abu -Kalium K 2 O -Magnesium MgO -Kalsium CaO -Pospat P 2 O 5 22,60 25,90 45,80 71,80 12,85 1,6 30 5 4 2,3 Nuryanto, 2000 Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit memiliki keuntungan karena mengandung kalium K 2 O yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk mensubsitusi biaya pupuk kalium klorida. Selain itu, karena sifatnya yang sangat alkalis pH 12, pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit dapat memperbaiki pH tanah masam, mengaktifkan pertumbuhan akar, serta meningkatkan ketersediaan hara tanah dan aktivitas mikroorganisme. Atas pertimbangan tersebut, tandan kosong kelapa sawit dilihat sebagai produk bernilai tinggi dan dianggap penting untuk membantu dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tandan buah segar tanaman kelapa sawit.

2.4. Pupuk