keterkaitan antara satu konsep dengan konsep lainnya dalam sistem matematika itu
c. Hasil Belajar Matematika
Proses belajar akan menghasilkan sesuatu yang biasanya disebut dengan istilah hasil belajar. Hasil belajar dapat terlihat dari apa yang
dapat dilakukan oleh siswa, yang sebelumnya tidak dapat dibuktikan dengan perbuatan.
Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila dikaitkan
dengan belajar berarti hasil menunjuk sesuatu yang dicapai oleh seseorang dalam selang waktu tertentu. Hasil belajar termasuk dalam
kelompok atribut kogniti f yang “respon” hasil pengukurannya tergolong
pendapat judgmen, yaitu respon yang dapat dinyatakan benar atau salah. Hasil belajar merupakan tingkah laku secara keseluruhan. Menurut
Nasution
22
“hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada tingkah laku individu yang belajar bukan saja perubahan mengenai
pengetahuan tetapi juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan dan penghargaan dalam diri pribadi individu yang
belajar”. Keberhasilan dalam pelajaran matematika dapat diketahui melalui
tes hasil belajar. Tes merupakan alat ukur yang utama dan skor yang diperoleh sebagai ukuran keberhasilan. Tes ialah himpunan pertanyaan
yang harus
dijawab, atau
pernyataan-pernyataan yang
harus dipilihditanggapi atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh orang yang
dites testee dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek prilaku tertentu dari orang yang dites. Dalam tes prestasi belajar yang hendak
diukur ialah tingkat kemampuan seorang siswa dalam menguasai bahan pelajaran yang telah diajarkan kepadanya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Anas Sudijono yang menyatakan bahwa tes adalah alat atau prosedur
22
Darwyan Syah, Strategi belajar Mengajar,...,h.43
yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian.
23
Butir-butir tes dipilih secara sistematis, dan diberikan kepada semua siswa dalam
bentuk, situasi dan kondisi yang sama. Ditinjau dari fungsi dan kegunaan tes, Gronlund menyatakan
bahwa tes berguna untuk: 1 memperbaiki hasil siswa,
2 menambah motivasi siswa, 3 meningkatkan daya ingat dan transfer belajar,
4 memberikan umpan balik mengenai keefektifan pengajaran, 5 membantu siswa dalam pemahaman konsep diri.
24
Maksudnya skor yang diperoleh siswa dari tes yang dilaksanakan merupakan informasi mengenai sejauh mana siswa telah menguasai
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari proses belajar, dan hasil belajar tersebut dapat menunjukkan perbedaan tingkat kemampuan.
Dalam pelajaran matematika misalnya, pengetahuan tentang definisi atau terminology pemahaman tentang konsep atau generalisasi,
kemampuan membuat perbandingan, menganalisis data, kemampuan menentukan hubungan atau melakukan pembuktian merupakan hasil
belajar yang membentuk jenjang kemampuan. Pengetahuan tentang keberhasilan dan efisiensi pembelajaran di
kelas dilakukan dengan melakukan penilaian dalam bentuk tes. Penilaian tersebut dirancang untuk menggolongkan siswa kepada suatu tingkat
kemampuan. Dalam kurikulum 2006 disebutkan bahwa penilaian di kelas diarahkan kepada beberapa kemampuan antara lain:
1 pemahaman konsep, kemampuan dalam mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh dari konsep
2 prosedur, kemampuan siswa mengenali prosedur atau proses menghitung yang benar dan tidak benar
23
Sudijono Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,2001, hal.66
24
Sudijono Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan.................,hal. 68
3 komunikasi, kemampuan siswa menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan dan tertulis
4 penalaran, kemampaun siswa memberikan alasan induktif, dan deduktif sederhana
5 pemecahan masalah, kemampuan siswa memahami masalah, memilih strategi penyelesaian, dan menyelesaikan masalah.
25
Hasil belajar pada domain kognitif oleh Bloom yang dikutip Sudjana digolongkan menjadi enam aspek yang tersusun secara hierarki
dari yang sederhana hingga yang kompleks meliputi aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek
pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
Pengetahuan menyangkut perilaku siswa yang tekanannya pada menghapal dan mengingat kembali materi pelajaran yang telah diberikan.
Dalam pelajaran matematika, mengingat dan menghapal diarahkan pada simbol-simbol, istilah, fakta, konsep, aksioma, dan dalil. Misalnya siswa
dapat menyebutkan definisi sudut, menulis rumus persamaan kuadrat. Pemahaman diartikan sebagai penyerapan arti dari materi atau
bahan yang telah dipelajarinya. Pemahaman dapat ditunjukkan dengan menterjemahkan materi dari kata-kata kepada angka, meninterprestasikan
materi, menjelaskan, meringkas, dan meramalkan akibat sesuatu. Misalnya mengubah soal cerita ke dalam kalimat matematika.
Aplikasi menyangkut perilaku siswa tentang kemampuan menerapkan konsep, prinsip, rumus, ke situasi lain. Misalnya siswa
mampu menggunakan terampilan menyelesaikan persamaan kuadrat untuk mencari panjang sisi-sisi sesuatu persegi panjang yang diketahui
luasnya. Umumnya soal-soal berbentuk cerita yang harus diselesaikan dengan menggunakan rumus-rumus matematika.
25
Shadiq Fadjar, Logika Matematika dan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika SMA, Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional,2008,hal. 1
Analisis menyangkut perilaku siswa tentang kemampuan menguraikan suatu situasi atau informasi ke dalam bagian-bagian atau
komponen-komponen pembentuknya sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang
memanfaatkan kecakapan dari ketiga aspek sebelumnya. Bila kecakapan analisis telah dapat berkembang pada seseorang, maka ia akan dapat
mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif. Sintesis menyangkut perilaku siswa tentang kemampuan untuk
menggabungkan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berpikir sintesis atalah berfikir divergen. Berfikir sintesis
merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam
proses belajar matematika. Sedangkan evaluasi adalah kemampuan untuk mempertimbangkan
nilai suatu materi, metode, gagasan, tujuan yang telah ditentukan berdasarkan kriteria atau standar tertentu.
Pendapat Keller yang dikutip Abdurrahman
26
memandang hasil belajar sebagai keluaran dari suatu sistem pemrosesan berbagai masukan
yang berupa informasi. Masukan tersebut dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kelompok masukan pribadi personal inputs dan kelompok
masukan yang berasal dari lingkungan environmental inputs. Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan atau kecakapan
seseorang sedang belajar dan dapat diukur oleh guru melalui tes sebagai hasil proses belajar-mengajar. Dengan kata lain, yang dimaksud hasil
belajar matematika adalah penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran matematika di sekolah yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan belajar,
sehingga menghasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi.
26
Mulyono Aburrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Depdikbud Rineka Cipta,2003 h. 38
Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-
cita.
27
Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,
keterampilan motoris, dan sikap.
28
Berdasarkan berbagai uraian di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika adalah perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, secara sengaja, disadari, dan relatif tetap yang berkenaan dengan ide-ide dan struktur-struktur, yang diatur menurut urutan yang
logis serta mampu mengaitkan simbol-simbol dan struktur-struktur, sehingga di dapat pengertian dan dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari serta dapat diukur untuk mengetahui performan maksimal siswa dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah
diajarkan selama proses belajar mengajar berlangsung melalui suatu tes yang disusun secara terencana oleh guru. Tes hasil belajar matematika
dalam penelitian ini dibatasi hanya pemahaman konsep, penalaran, dan pemecahan masalah problem solving.
d . Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:
29
a. Faktor internal faktor dari dalam siswa, yakni keadaankondisi jasmani dan rohani siswa;
1. Aspek fisiologis jasmaniah Kondisi umum jasmani dan tonus tegangan otot yang memadai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
27
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, h.22
28
Agus Suprijono, Cooperative… Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Cet. 1, h.5
29
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2002, cet.ke-7, h.132-133
pelajaran. Kondisi organ yang lemah, apalagi disertai pusing- pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta
kognitif, sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Kondisi orang-orang khususnya siswa, seperti
tingkat kesehatan indra pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan
pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. Daya pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah, umpamanya, akan
menyulitkan sensori register gema dan citra. Akibat negatif selanjutnya adalah terhambatnya proses penyerapan informasi
yang dilakukan oleh sistem memori siswa tersebut. 2. Aspek psikologis rohaniah
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran
siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
i. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat
atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal antara lain karena
keinginan yang kuat untuk menaikan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia.
Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan
prestasi yang rendah. ii. Kecerdasaninteligensi:
Inteligensi pada
umumnya dapat
diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan
cara yang tepat. Jadi, inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh
lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak
dalam hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol daripda organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan
“menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. iii. Bakat, secara umum adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dalam perkembangan selanjutnya, bakat dapt diartiakn
sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan
iv. Motivasi, pengertian dasarnya adalah keadaaan internal organime, baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya
untuk berbaut sesuatu. Dalam pengertiam ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah.
v. Sikap, adalah gejala internal yang berdimensi sfektif berupa kecendrungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yng
relative tetap terhadap objek orang, barang, dan sebaginya, baik secara positif maupun negatif.
b. Faktor eksternal faktor dari luar siswa, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa:
1 Faktor Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sekolah seperti guru, para staf administrasi, dan
teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.
2 Faktor Lingkungan Nonsosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
c. Faktor approach to learning faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
30
Faktor ini disebut juga dengan gaya belajar.
2. Motivasi Berprestasi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Motivasi Berprestasi
Suatu prestasi atau Achievment berkaitan erat dengan harapan Expectation . Inilah yang membedakan motivasi berprestasi
dengan motivasi lain seperti lapar, haus dan motif biologis lainnya. Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan
sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.
Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern kesiapsiagaan. Adapun menurut Donald, motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Menurut McClelland, kerangka acuan sangat penting tapi bukan merupakan motivasi itu sendiri. Fungsi kerangka acuan sebagai
standar untuk memungkinkan bangkitnya afeksi. Dengan demikian, pengertian motivasi berprestasi yang dikembangkan McClelland dan
kawan – kawannya didasarkan atas afeksi dalam kaitannya dengan
perbuatan yang dievaluasi. Oleh karena itulah motivasi berprestasi dapat diartikan dorongan untuk mengerjakan tugas dengan sebaik-
baiknya yang mengacu kepada standar keunggulan.
b. Faktor - faktor Pendukung Motivasi Berprestasi