Dari uraian tentang ciri-ciri orang yang memiliki motivitas tinggi, akhirnya dapat dinyatakan bahwa individu akan mempunyai motivasi
berprestasi tinggi akan mempresepsikan bahwa keberhasilan adalah merupakan akibat dari kemauan dan usaha. Sedangkan individu yang
memiliki motivasi berprestasi rendah akan mempersepsikan bahwa kegagalan adalah sebagai akibat kurangnya kemampuan dan tidak melihat
usaha sebagai penentuan keberhasilan Orang-orang yang memiliki profilkarakteristik sebagaimana tersebut
di atas tidak terlalu peduli atau menghiraukan orang lain. Baginya yang panting adalah bagaimana caranya ia dapat mencapai suatu prestasi dengan
predikat unggul dibandingkan dengan yang lain. Keinginan untuk memperoleh atau mencapai sesuatu yang lebih baik dari yang lain adalah
merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga ia akan terdorong untuk memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya tersebut. Kerangka
berpikir orang-orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah bagaimana usaha perjuangan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu
prestasi yang unggul.
c. Motivasi Berprestasi Dalam Belajar Matematika
Motivasi berprestasi selalu melibatkan nama-nama seperti McClelland, Atkinson, Clark dan Lowell, karena merekalah yang mula-
mula menyusun dan mengembangkan teori ini. McClelland mengemukakan bahwa di antara kebutuhan hidup manusia terdapat tiga
macam kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi, dan kebutuhan untuk memperoleh makanan. Motivasi
berprestasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis kebutuhan untuk berprestasi yang terdapat di dalam diri siswa yang mendorongnya
untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan tertentu berprestasi setinggi mungkin.
Standar keunggulan ini, menurut Heckhausen terbagi atas tiga komponen, yaitu standar keunggulan tugas, standar keunggulan diri,
dan standar keunggulan siswa lain. Standar keunggulan tugas adalah standar yang berhubungan dengan pencapaian tugas dengan sebaik-
baiknya. Standar keunggulan diri adalah standar yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
prestasi yang pernah dicapai selama ini. Adapun standar keunggulan siswa lain adalah standar keunggulan yang berhubungan dengan
pencapaian prestasi yang dicapai oleh siswa lain misalnya teman sekelas. Standar ini lebih ditujukan kepada keinginan siswa untuk
menjadikan juara pertama dalam setiap kompetisi. Sementara
itu Ausubel
seperti dikutip
oleh Howe
mengemukakan bahwa motivasi berprestasi terdiri atas tiga komponen, yaitu dorongan kognitif, An ego-enhacncing one, dan komponen
afiliasi. Dorongan kognitif adalah keinginan siswa untuk mempunyai kompetensi dalam subjek yang ditekuninya serta keinginan untuk
menyelesaikan tugas yang dihadapinya dengan hasil yang sebaik- baiknya. An Ego-enhanching one maksudnya keinginan siswa untuk
meningkatkan status dan harga dirinya self-esteem, misalnya dengan jalan berprestasi dalam segala bidang, sedangkan komponen afiliasi
adalah keinginan siswa untuk selalu berafiliasi dengan siswa lain. Teori motivasi yang dikembangkan McClelland disebut The
Affeective Arousal Model. Disebut demikian karena dalam konsep mereka, motiv berasal dari perubahan afeksi. McClelland dkk,
mendefinisikan motivasi sebagai : …the redintegration by a cue of a change in an affective situation.
Tiga istilah penting disini adalah : redintegration, cue dan affective
Situation. Redintegration
secara etimologis
berarti membulatkan kembali atau membuat suatu kesatuan baru. Dalam
konteks ini redintegration berarti membulatkan kembali proses psikologis dalam kesadaran sebagai akibat adanya rangsangan suatu
peristiwa di dalam lingkungannya. Cue isyarat merupakan penyebab tergugahnya afeksi dalam diri individu. Contoh, bila seorang siswa
melihat gurunya yang sudah lama berpisah, maka persepsi tentang guru tersebut akan bekerja sebagai isyarat yang menggugah perasaannya
affective feeling dan keseluruhan proses psikologisnya dikembalikan lagi reinstead. Affective situation disebut juga affective state, asumsi
McClelland bahwa setiap orang memiliki situasi afeksi yang merupakan dasar semua situasi motif.
31
Afeksi ini dapat disebut primary affect yang tidak dipelajari. Situasi ini berasal dari kesenjangan antara harapan
expectation, yang disebut juga Adaption Level dengan kenyataan. Situasi afeksi disebut positif, bila penyimpangan itu kecil, sedang afeksi
negatif bila penyimpangan tersebut lebih besar. Jadi, apabila sebuah isyarat dalam lingkungan menyertai atau
berpasangan dengan situasi afeksi dalam diri individu, maka efeksi tersebut akan berubah. Karena perubahan situasi efeksi itulah motif
timbul. Dalam perjalanan hidupnya, tiap orang akan banyak mengalami peristiwa, di mana harapannya tidak selamanya terpenuhi. Hal ini
mengakibatkan adanya berbagai kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, dan oleh karena itu dalam diri seseorang akan terdapat
berbagai primary affect yang merupakan sumber berbagai motif. Pengertian motivasi berprestasi diterapkan dalam bidang
pendidikan seperti dikemukakan oleh W.S. Winkel, yaitu : “Achievement motivation adalah daya penggerak dalam diri seseorang
untuk mencapai taraf prestasi yang setinggi mungkin dan penghargaan diri sendiri”.
32
Beberapa definisi yang dikemukakan di atas mengenai motivasi berprestasi ada suatu kesamaan dalam memberikan penjelasan, bahwa
motivasi berprestasi dihubungkan dengan suatu ukuran keunggulan. Standar keunggulan dipakai sebagai ukuran dalam motivasi berprestasi.
31
Djaali,Prof,Dr,H,.Psikologi Pendidikan, Bumi Aksara: Jakarta.2008 hlm. 107-108
32
Winkel, W.S.1997,Psikologi Pengajaran,Yogyakarta:Media Abadi.hlm.197
Dengan mencapai standar keunggulan, tujuan yang diharapkan dapat berhasil. Beberapa teori menjelaskan mengenai hubungan kesuksesan
dengan motivasi berprestasi. Atkinson mengembangkan teori motivasi yang dikenal dengan Teori Nilai Harapan Expectation Value Theory.
Motivasi berprestasi sebagai aspek pendorong untuk mencapai sukses sesuai dengan tujuan yang diinginkannya. Sukses dalam hal ini
berkaitan dengan perilaku produktif dan selalu memperhatikan menjaga kualitas produknya. Motivasi berprestasi merupakan konsep
personal yang inheren yang merupakan faktor pendorong untuk meraih atau mencapai sesuatu yang diinginkannya dengan kesuksesan
keberhasilan, namun untuk mencapai kesuksesan tersebut setiap orang mempunyai hambatan-hambatan yang berbeda, dan dengan
memiliki motivasi dorongan berprestasi yang tinggi, diharapkan hambatan-hambatan tersebut akan dapat diatasi dan kesuksesan yang
diinginkan dapat diraih. Motivasi, meskipun merupakan variabel yang penting dari
prestasi keberhasilan, bukanlah satu-satunya faktor. Sebagaimana dikemukakan di atas terdapat variabel-variabel lain seperti : usaha,
kemampuan, emosi, orang lain dan keberuntungan. Hasil penelitian McCleland menunjukkan bahwa orang-orang
yang berprestasi berhasil dengan predikat unggul mempunyai profil karakteristik antara lain:
a. Pada umumnya menghindari tujuan prestasi yang mudah dan sulit, mereka sebenamya lebih memilih tujuan yang moderat yang
menurut mereka akan dapat diwujudkan atau diraih ; b. Raih menyukai umpan balik langsung dan dapat diandalkan
mengenai bagaimana mereka berprestasi ; c. Menyukai tanggung jawab pada pemecahan masalah.
Mc Clelland membedakan tiga kebutuhan pokok manusia. Ketiga kebutuhan tersebut adalah kebutuhan berprestasi, kebutuhan
afiliasi dan kebutuhan memperoleh makanan.
33
Dari pengertian serta teori mengenai motivasi berprestasi yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran
matematika, hasil belajar matematika siswa sangat berhubungan erat dengan motivasi berprestasi. Dimana motivasi berprestasi mendorong
siswa untuk bersaing dengan standar keunggulan, dimana standar keunggulan ini dapat berupa kesempurnaan tugas, atau kesempurnaan
dalam memperoleh nilai-nilai dalam pembelajaran matematika. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, akan memperoleh hasil
yang lebih tinggi pula. Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi merupakan
salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar matematika. Besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung pada
intensitasnya. Klausmeier, menyatakan bahwa perbedaan dalam intensitas motivasi berprestasi need to achieve ditunjukkan dalam
berbagai tingkatan prestasi yang dicapai oleh berbagai individu. Pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar, tergantung
pada kondisi dalam lingkungan dan kondisi individu. Dalam hubungan ini Johnson menyatakan sebagai berikut.
The theory of achievment motivation … does notsay that there should be a general relationship between achievment motivation an academic
performance. On the contrary, it states that under certain conditions, there will be a strong relationship, under other conditions there will be
no relationship.
Siswa yang motivasi berprestasinya tinggi hanya akan mencapai prestasi akademis prestasi yang tinggi apabila:
33
Djaali,Prof,Dr,H.Psikologi Pendidikan.Bumi, Aksara:Jakarta.2008.hlm. 103
a. Rasa takutnya akan kegagalan lebih rendah daripada keinginannya untuk berhasil;
b.Tugas-tugas di dalam kelas cukup memberi tantangan, tidak terlalu mudah tetapi juga tidak terlalu sukar, sehingga memberi kesempatan
untuk berhasil.
B. Kerangka Berpikir