Cara Menanggulangi Pemanasan Global

gigitan nyamuk, yaitu malaria dan demam berdarah dengue, sangat sensitif terhadap perubahan iklim. 41

D. Cara Menanggulangi Pemanasan Global

Krisis pemanasan global harus segera diatasi. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global tersebut. Namun tentunya akan lebih efektif jika warga bumi bersama-sama aktif dan berpartisipasi secara serius untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Tetapi pemerintahlah yang tetap mempunyai tanggung jawab lebih besar untuk menyelesaikan persoalan krisis global ini. Pada uraian di atas telah dijelaskan bahwa pemanasan global diakibatkan oleh naiknya kadar gas karbondioksida CO 2 , yang kemudian membentuk GRK gas rumah kaca. Peningkatan CO 2 ini disebabkan oleh banyaknya penggunaan bahan bakar fosil baik untuk kepentingan industry, transportasi maupun kebutuhan lainya. Maka untuk mengatasi krisis pemanasan global salah satunya adalah dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia terus meningkat dari tahun ke tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah- langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan. Arne Naess 1993 salah seorang penganjur ekosentrisme dan deep 41 Ela Laelasari Minsarwati, Antisipasi Dampak Pemanasan Global Terhadap Kesehatan Masyarakat di Indonesia. H. 57. ecology pernah menyatakan bahwa krisis lingkungan yang terjadi dewasa ini hanya bisa diatasi dengan merubah secara fundamental dan radikal cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam lingkungannya. Tindakan praktis dan teknis penyelamatan lingkungan dengan bantuan sain dan teknologi ternyata bukan merupakan solusi yang tepat. Yang dibutuhkan adalah perubahan perilaku dan gaya hidup yang bukan hanya orang perorang, akan tetapi harus menjadi semacam budaya masyarakat secara luas. Dengan kata lain dibutuhkan perubahan pemahaman baru tentang hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya yang akan bisa melandasi perilaku manusia terhadap alam. 42 Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan menginjeksikan gas tersebut ke sumur- sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan. Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan. 43 Selain itu, Negara-negara internasional juga telah membuat suatu 42 A.Sonny Kerap, Etika Lingkungan, Jakarta:Kompas, 2006, H. xiv. 43 Pemanasan Global, artikel diakses pada 11 Februari 2010 dari http:id.wikipedia.orgwikiPemanasan_global pertujuan untuk menangani masalah pemanasan global ini. Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Salah satu amandement dari kesepakatan internasional itu adalah protocol Kyoto. Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim UNFCCC United Nation Framework Convention on Climate Changes, sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisipengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global. Konvensi Perubahan Iklim disepakati oleh kepala pemerintahan 154 negara dalam KTT Bumi di Rio de Janeiro, Juni 1992. Setelah setiap negara selesai meratifikasikannya, mulailah konvensi diberlakukan sejak 1994. Mandat Protokol Kyoto, dalam tahun 2008-2012, negara industri harus menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca 5,2 persen di bawah tingkat tahun 1990. Untuk ini dikembangkan CDM Clean Development Mechanism serta dana bantuan negara maju kepada negara berkembang melalui Global Environment Facility GEF. Hingga tahun 2004 GEF mengeluarkan 1,8 miliar dollar AS, di antaranya China menerima 438 juta dollar AS dan Indonesia 30 juta dollar AS. Menurut Oxfam, dana yang dibutuhkan bagi negara berkembang sekitar 50 miliar dollar AS setahun. Dari semua negara industri, AS dan Australia yang tidak ikut Protokol Kyoto karena tidak mau terikat secara hukum pada sasaran pembatasan emisi CO2 sehingga kira-kira 40 persen emisi negara industri tidak masuk Protokol Kyoto. 44 Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat. Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi. Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya sebesar 88 milyar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses industri yang lebih efisien. 45 44 Emil Salim, Jalan Bali Setelah Protokol Kyoto, artikel diakses pada 11 Februari 2010 dari r.idtropikatropika.php?catid 45 Ela Laelasari Minsarwati, Antisipasi Dampak Pemanasan Global Terhadap Kesehatan Masyarakat di Indonesia. h. 61.

BAB III PENANGGULANGAN PEMANASAN GLOBAL