Keimanan dan Ketakwaan Cara Menanggulangi Pemanasan Global dalam Al-Qur’an

hal tersebut adalah manifestasi bagian luar dari sebuah krisis tersembunyi yang bersifat spiritual. 18 Menurut penulis, berdasar uraian ayat-ayat al-Qur’an ada beberapa solusi yang ditawarkan al-Qur’an untuk mengatasi pemanasan global yaitu iman dan takwa, tidak melampaui batas, sadar lingkungan dan pengelolaan yang berkelanjutan.

1. Keimanan dan Ketakwaan

⌧ ⌧ ☺ ⌧ ☺ “Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. QS. al-A’raf: 96. Agama Islam mempunyai pandangan konsep yang sangat jelas tentang hubungan manusia dengan alam ini. Islam merupakan agama yang memandang lingkungan sebagai bagian tak terpisahkan dari keimanan seseorang terhadap Tuhan. Dengan kata lain, perilaku manusia terhadap alam lingkungannya merupakan manifestasi dari keimanan seseorang. Keimanan kepada Allah membebaskan manusia dari ketundukan kepada hawa nafsu dan penghambaan diri kepada manusia. Keimanan menjadikan 18 Al Gore, Bumi dalam Keseimbangan Ekologi dan Semangat Manusia. Penerjemah Hira Jhamtani, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994, h. xli seseorang selalu merasa aman dan optimis, dan ini mengantarkanya hidup tenang dan dapat berkonsentrasi dalam usahanya. Oleh sebab itulah keimanan selalu ditekankan dalam segala hal. 19 Adapun ketakwaan kepada Allah, maka ia adalah kesadaran yang bertanggung jawab yang memelihara manusia dari kecerobohan ketidakadilan dan keangkuhan. Ia merupakan pendorong gerak dan pendorong hidup. Ia mengarahkan manusia dengan hati-hati sehingga tidak bertindak sewenang- wenang tidak ceroboh dan tidak melampaui batas. Ketakwaan penduduk suatu negeri menjadikan mereka bekerjasama dalam kebaikan dan tolong-menolong dalam mengelola bumi serta menikmatinya bersama. Semakin kokoh kerjasama dan semakin tenang jiwa, maka semakin banyak pula yang diraih dari alam raya ini lafatahnâ ‘alaihim barakâtîn min al-samâ wa al-ardi. 20 Permasalahan yang menyangkut lingkungan sangat komplek serta multi dimensi. Oleh karena itu nilai-nilai agama ad-diin yang juga bersifat multi- dimensi bisa digunakan sebagai landasan berpijak dalam upaya penyelamatan lingkungan. Selama perspektif ini tidak dirubah dan tidak memberikan upaya pada dimensi spiritual lingkungan, tidak akan banyak harapan untuk mengembangkan lingkungan hidup. Manusia harus kembali pada akar spiritualnya. Hanya dengan pendekatan inilah pemanasan global bisa diatasi. Inilah nilai penting untuk kembali kepada keimanan dan ketakwaan. 21 19 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…, Volume V, cet. 1, h. 182 20 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…, Volume V, cet. 1, h. 183 21 Sayyed Mohsen Miri, Prinsip-Prinsip Islam dan Filsafat Mula Sudra sebagai Basis Etis dan Kosmologis Lingkungan Hidup, dalam M. Mangunwijaya, dkk, ed, Menanam Sebelum KIamat: Islam, Ekologi, dan Gerakan Lingkungan Hidup, Jakarta: ICAS, 2009, h. 26 Pemanasan global dan kerusakan lingkungan serta ketidakseimbangan ekosistem di planet bumi khususnya, itu merupakan dampak atau ekses dari pikiran, sikap, dan perbuatan manusia yang berlaku sewenang-wenang dan di luar batas kewajaran terhadap bumi berikut segenap penghuni dan sumber dayanya lihat: Q.s. 30: 41. Dalam konteks ini menurut Ziauddin Sardar bahwa akar krisis ekologi adalah bersifat aksiomatik, yakni terletak pada kepercayaan dan struktur nilai yang membentuk hubungan manusia dengan alam, dengan yang lain, dan dengan gaya hidup. 22 Suatu contoh misalnya, tidak mungkin orang yang teguh imanya melakukan penambangan liar illegal logging karena hal demikian adalah prilaku yang jelas dilarang oleh agama, belum lagi efeknya sangat besar bagi lingkungan, seperti banjir, longsor dan berkurangnya absorber yang dapat menyerap karbon dioksida. Orang yang beriman sejatinya tidak akan pernah melakukan tindakan- tindakan yang bersifat destruktif. Pemanasan global dan bencana alam dalam berbagai jenis dan macamnya dijadikan sebagai bentuk peringatan agar manusia yang telah berbuat kerusakan dan kejahatan ekologis itu merasakan akibatnya. Sebagai peringatan terakhir, Sang Pencipta berharap manusia mau kembali ke jalan Allah dan menetapi segala ketentuan dan ketetapan regularitas-Nya di alam semesta. ⌧ ☺ ⌧ 22 Sayyed Mohsen Miri, Prinsip-Prinsip Islam…, h. 26. “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar”. QS. al-Rûm 30:41. Dan dalam surat al-An’âm:ayat 42 Allah SWT Berfirman, ⌧ ☺ “Katakanlah: Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu. Q.S. al-An’âm 06:11 ⌧ ⌧ ⌧ ⌧ ☺ ⌧ “Maka Apakah mereka tiada Mengadakan perjalanan di muka bumi lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. adalah orang-orang yang sebelum mereka itu lebih hebat kekuatannya dan lebih banyak bekas-bekas mereka di muka bumi, Maka apa yang mereka usahakan itu tidak dapat menolong mereka”. Q.S. al-Mu’min 40:82. Keimanan merupakan fundamen utama sebagai solusi atas pemanasan global. Karena dengan keimanan hawa nafsu dapat dikendalikan. Tidak mungkin orang yang teguh imanya melakukan tindakan-tindakan merusak yang berimbas pada terjadinya pemanasan global .

2. Sadar Lingkungan.