20
2.1.3 Faktor-faktor Keterlibatan kerja
Faktor-faktor keterlibatan kerja dilihat dari sejauh mana karyawan ikut berpartisipasi dengan seluruh kemampuannya dengan meningkatkan kesuksesan
suatu organisasi atau perusahaan. Ada beberapa faktor yang dapat dipakai untuk melihat keterlibatan kerja karyawan, dimana faktor-faktor ini banyak digunakan
oleh para ahli untuk studi-studi keterlibatan kerja Menurut yaitu Schultz Schultz, 1990:
1 Karakteristik Pribadi a. Usia. Karyawan yang berusia lebih tua, biasanya akan lebih terlibat dalam
kerjanya daripada karyawan yang muda. Hal ini mungkin disebabkan pada karyawan yang lebih tua bertanggung jawab dalam menyelesaikan
tugasnya. b. Pendidikan. Mempengaruhi hubungan antara keterlibatan kerja dengan
partisipasi dalam pembuatan keputusan kelompok. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula keterlibatan kerja dalam
pembuatan keputusan kelompok. c. Jenis kelamin, pekerja laki-laki mempunyai keterlibatan kerja lebih tinggi
dibandingkan wanita. d. Masa kerja. Semakin lama individu bekerja akan semakin baik
penyesuaian dirinya terhadap unsur-unsur pekerjaan, sehingga akan semakin mudah kemungkinannya bagi individu memiliki keterlibatan
terhadap pekerjaan, daripada mempunyai masa kerja yang singkat.
21 e. Kebutuhan untuk berkembang. Keterlibatan kerja berhubungan dengan
keyakinan bahwa pekerjaan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu, kebutuhan tersebut adalah kebutuhan yang terpuaskan melalui
proses bekerja itu sendiri. 2 Karakteristik situasi kerja yang berperan dalam keterlibatan kerja yaitu situasi
kerja dalam hal ini karakteristiktipe pekerjaan dan karakteristik organisasi dapat mempengaruhi derajat keterlibatan kerja individu Sekaran Mowday
dalam Elloy, Everett Flyn, 1995 3 Karakteristik pekerjaan adalah pekerjaan yang dapat memuaskan kebutuhan
untuk berkembang. Karakteristik pekerjaan yang mempengaruhi keterlibatan kerja adalah:
a. Variasi keterampilan. Seseorang karyawan yang memiliki beragam keterampilan cenderung untuk mengaplikasikan pada pekerjaannya,
terutama pada pekerjaan yang memang membutuhkan banyak variasi keterampilan. Dengan mengaplikasikan keterampilan yang dimiliki berarti
karyawan itu lebih banyak terlibat pada pekerjaannya. b. Identitas tugas. Tugas yang dikerjakan sangat jelas permasalahannya baik
tugas umum secara keseluruhan maupun tugas-tugas spesifik sehingga membuat karyawan bekerja tanpa keraguan.
c. Pentingnya nilai tugas. Tugas atau pekerjaan yang telah dilakukan dengan baik akan berpengaruh kepada karyawan lain. Hal ini akan menimbulkan
keterlibatan karyawan menjadi lebih tinggi.
22 d. Otonomi. Karyawan diberi kepercayaan untuk turut serta dalam
pengambilan keputusan mengenai jadwal maupun program maka karyawan tersebut akan merasa memiliki kebebasan dalam bekerja dan
merasa bertanggung jawab terhadap tugas yang dikerjakan dan akan mempengaruhi keterlibatan kerja karyawan terhadap tugas yang
dikerjakan. e. Umpan balik. Merupakan sejauh mana pekerjaan sesuai dengan apa yang
diharapkan dan adanya informasi yang jelas mengenai efektifitas kinerja karyawan, dengan diberikan umpan balik karyawan merasa adanya
kerjasama yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. 4 Karakteristik organisasi seperti tingkah laku pemimpin dan proses
pengambilan keputusan berhubungan dengan keterlibatan kerja. Pemimpin yang dilihat penuh kepercayaan, inovatif, adil dan kohesif serta memberi
penguatan positif positive reinforcement pada bawahan ketika mereka memiliki performa yang baik dalam pekerjaannya, secara serempak
menstimulasi iklim yang dapat meningkatkan keterlibatan kerja Elloy, et.al 1995. Partisipasi dalam pengambilan keputusan juga berhubungan dengan
keterlibatan kerja, karyawan yang bekerja dalam kelompok memperlihatkan keterlibatan kerja jauh lebih kuat daripada mereka bekerja sendiri schultz
schultz, 1989.
23
2.2 IKLIM ORGANISASI 2.2.1 Definisi Iklim Organisasi