Fungsi pelaksanaan Tabuh Rah dan Tajen

39

D. Fungsi pelaksanaan Tabuh Rah dan Tajen

Tabuh Rah di Bali yang sudah menjadi tradisi berlangsung turun-temurun dimasyarakat dari sejak dahulu hingga kini, di samping juga secara filosofis mengadung arti yang penting bagi upacara-upacara di dalam agama Hindu. Tabuh Rah erat kaitannya denga bhutayajna. Bhutayajna berarti suatu korban suci kepada bhuta dan kala yang dalam pengertiannya adalah sesuatu kekuatan negatif yang timbul akibat terjadi ketidak harmonisan antara macrocosmos bhuana agung dengan microcosmos bhuana alit yang dapat dikatakan seperti makhluk halus yang selalu menggangu ketentraman hidup manusia. Bhuana agung dan bhuana alit yang terdiri dari lima unsur yaitu: pritiwi unsur zat padat, apah unsur zat cair, teja sinar atau panas, wayu udara, dan akasa ether. Jadi antara Panca Mahabhuta di dalam bhuana agung hendaknya senantiasa harmonis dengan Panca Mahabhuta di bhuana alit. Selanjutnya mengenai kala, lontar Kalatattwa menyebutkan, bahwa kala itu adalah putra Dewa Siwa yang lahir di laut. Karenanya Dewa Siwa itu disebut Mahakala yaitu, sebutan terhadap kekuatan Dewa Siwa yang maha hebat yang pada waktu melakukan pralina. Mahakala juga berarti energi yang maha besar. Di dalam lontar Kalatattwa itu juga disebutkan bahwa bhuta kala apabila diaci, ia tidak akan menggangu manusia melainkan membantunya di dalam kehidupan, sebab bhuta kala itu bukan hanya bersifat negatif saja melainkan juga bersifat positif. 40 Jadi dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa perlulah dijaga keharmonisan Panca Mahabhuta itu dengan salah satu cara mengadakan aci atau yajna. Jadi makna dari pada bhutayajna itu adalah usaha untuk mengharmoniskan perhubungan Panca Mahabhuta di bhuana agung dengan Panca Mahabhuta di bhuana alit. Dalam kitab Agastya Parwa menyatakan Bhutayajna itu sebagai berikut: “Bhuta yajna ngarania tawur muang sang kapujan ring tuwuh” “Bhutayajna itu adalah mengembalikan Unsur-unsur alam dan melestarikan tumbuh-tumbuhan ”. Itulah sesungguhnya inti dari bhutayajna menurut Agastya Parwa. Betapun besar atau kecilnya upacara bhutayajna hendaknya jangan sampai tidak memuat nilai universal dari bhutayajna tersebut. Dalam Sataphata Brahmana bagian dari Rgveda bhutayajna itu adalah persembahan pada bhuta. Sembah dalam Jawa kuna artinya menyayangi, menghormatimemuji, memohon, menyerahkan diri dan menyatukan diri. 17 Dalam agama Hindu, tubuh manusia itu dibentuk oleh zat yang sama dengan alam semesta, karena itu dikenal dengan istilah bhuana agung dan bhuana alit. Seseorang yang meninggal dunia, tubuhnya ditinggal pergi oleh roh sang atma. Maka, tubuh itu tak ubahnya sebagai benda rongsokan. Ibarat sampah, ia 17 I Ketut Wiana, M.Ag, Tri Hita karana menurut Konsep Hindu , Surabaya: Paramitha, 2007, h. 165. 41 harus segera dihanguskan, supaya berbaur dengan alam semeseta. Unsur-unsur di dalam tubuh bhuana alit sama seperti yang ada di jagat raya bhuana agung. 18 Pengharmonisan antara bhuana agung dan bhuana alit sebagai pencapaian ketentraman hidup lahir dan bathin. Menurut keterangan para “sulinggih” 19 yang mengatakan bahwa bhuana agung dan bhuana alit terdapat beberapa unsur yang dipersamakan misalnya: 1. Panca giri bhuana agung di India yaitu: Gunung Maliawan timur, Gunung Gandhamedhana selatan, Gunung Kailsa barat, Gunung Udaya Utara, Gunung Hilmawan tengah. 2. Panca giri bhuana agung di Bali yaitu: Gunung Lempuyang timur, Gunung Uluwatu selatan, Gunung Watukaru barat, Gunung Beratan utara, Gunung Agung tengah. 3. Panca giri bhuana alit ialah: jantung timur, hati selatan, limpa barat, empedu utara, dan kumpulan hati tengah. 4. Surya chandra atau matahari dan bulan di bhuana agung sedangkan di bhuana alit ialah mata kanan surya dan mata kiri chandra. Bhuta kala itu ada dimana-mana dan tidak pernah tidak ada. Bhuta kala yang riel ialah unsur-unsur yang menjadi alam semesta ini. Bhuta kala yang tidak riel misalnya nafsu, marah, pikiran jahat dan sebagainya termasuk pula akibat- 18 Putu setia, Menggugat Bali Menelusuri Perjalanan Budaya, Cet ke- 2. Jakarta: 1987, Pustaka Utama, h. 35. 19 Sulinggih atau juga biasa disebut sebagai Pedanda, yang berasal dari kata “Su”yang artinya; Baik dan “linggih” yang artinya; tempatposisiketrunanduduk. Jadi sulinggih adalah posisi seseorang yang sangat baik atau kedudukan manusia yang tertinggi pemimpin agama. 42 akibat yang ditimbulkan oleh bhuta kala yang riel, dan tidak riel. Karena itulah perlu diadakan pabyakala, yakni suatu korban suci kepada bhuta kala dengan maksud menjinakkan dan akhirnya “mempralina” 20 bhuta kala itu supaya menjadi dewa, dalam artian dari pengaruh negatif supaya berubah menjadi positif. Itulah sebabnya setiap mengadakan yajna, didahului oleh pabyakala atau bhutayajna diadakan lebih dahulu dengan maksud supaya tidak ada unsur-unsur negatif yang menggangu yajna itu sehingga tidak ada rintangan untuk menuju kesucian.

E. Implikasi sabung ayam Tabuh Rah dan Tajen terhadap masyarakat