Sistem Kemasyarakatan Gambaran Umum Masyarakat Bali

17 suhu maksimum antara 29,8 – 33,4 derajat Celcius dan rata-rata suhu minimum antara 21,9 – 32,5 derajat Celcius. Temperatur tertinggi terjadi sekitar November dan terendah sekitar Juli dan kelembaban udara antara 73,3 hingga 82,1 . Penduduk Bali sebagaian besar memeluk agama Hindu. Khusus untuk Kota Denpasar persentase pemeluk Agama Hindu 67,94 , Islam 23,03 , Kristen 2,24 , Protestan dan 4,87 Budha 1,91 . Sejalan dengan mayoritas penduduk yang beragama Hindu, demikian halnya ketersediaan fasilitas peribadatan didominasi oleh Pura, dengan jumlah keseluruhan mencapai 457 buah Pura. Dari sejumlah tersebut 105 buah diantaranya merupakan Kahyangan Tiga , 3 buah merupakan Sad Dang Kahyangan fasilitas peribadatan lainnya berupa Mesjid 28 buah, Langgar 0 buah, Musholla 77 buah serta Gereja 73 buah. Vihara dan Kelenteng juga 9 buah. 2

3. Sistem Kemasyarakatan

Masyarakat Bali menganut sistem sosial yang mengikat yang terdiri atas empat sistem sosial, yaitu sistem klan dadia, sistem tingkatan kasta, sistem kemasyarakatan banjar, dan sistem kelompok dalam minat dan pekerjaan seka. Sistem dadia meliputi gabungan keluarga besar dari leluhur yang sama. Dalam hubungan ini, anggota keluarga secara berkala bertemu bersama pada suatu tempat untuk menyembah tuhan, di tempat sembahyangan di rumah 2 Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Denpasar, Kondisi Sosial Budaya Bali, http:www.denpasar.go.idmain.php?act=kon_sb Artikel ini diakses pada 06 November 2010. 18 sanggahpamarajan untuk keluarga dekat atau di pura untuk keluarga besar pura dadia atau paibonpamarajan agung. Pembagian kasta, asalnya dari Hindu didasarkan atas fungsinya di masayarakat, yakni Brahmana merupakan kasta tertinggi meliputi Pedanda bertanggung jawab atas upacara agama. Ksatriya meliputi raja, pejabat dan keluraganya, termasuk pemimpin irigasi atau kepala desa. Vaisya terlibat dalam wirausaha dan kegiatan kesejahteraan masyarakat, dan Sudra adalah para petani dan yang melaksanakan tugas buruh bagi kasta lainnya. Sistem sosial yang ketiga yang mengikat orang Bali adalah sistem banjar. Banjar sering dibedakan menjadi dua jenis yakni banjar adat dan banjar dinas. Banjar adat sering disebut banjar patus mempunyai tugas dan kewajiban khusus dalam kaitannya dengan upacara agama Hindu atau banjar suka-duka, sedangkan banjar dinas merupakan perpanjangan tangan dari organisasi pemerintahan negara di bawa desa dinas. Banjar adat merupakan organisasi di bawah pemerintahan desa adat yang kini berdasarkan Peraturan Daerah Bali Perda No.3 Tahun 2001 pasal 1 ayat 4, disebut dengan desa pakraman, yakni batasannya disebutkan sebagai berikut. “Desa pakraman adalah kesatuan masyarakat hukum adat di Provinsi Bali, yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyrakat umat Hindu secara turun-temurun, dalam ikatan kahyangan tiga, kahyanga desa yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri”. 19 Tiap-tiap masyarakat terbentuk oleh banyak kelompok, setiap kelompok terdiri atas individu-individu yang datang bersama-sama untuk kegiatan kerja sama dengan minat khusus. Kelompok ini disebut seka. Nama seka sesuai dengan kegiatan khususnya. Ada kelompok kerja, seperti: seka manyi untuk menanam padi, seka semal untuk menghalau tupai yang merusak buah kelapa, seka membeg untuk mengolah tanah, di samping ada kelompok yang berminat pada seni, misalnya seka gong gamelan, seka drama, seka barong yang bertanggung jawab atas pemeliharaan dan tarian barong, seka kecak kelompok penari kecak, malah ada kelompok peminum tuak atau seka tuak. Para pemuda, misalnya remaja yang belum menikah, juga merupakan anggota masyarakat khusus yang disebut seka taruna-taruni. Persamaan dan kerja sama anggota merupakan peraturan pertama kelompok itu.

B. Sejarah dan Latar Belakang Tradisi Tabuh Rah dan Tajen