Analisis The Unified Theory of Acceptance and Use of Technology UTAUT

“evaluasi sebagai usaha mencari sesuatu yang berharga worth. Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu”. Tague-Sutclife 1996, mengartikan evaluasi sebagai a systematic process of determining the extent to which instructional objective are achieved by pupils. Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tuiuan yang jelas. Dari definisi evaluasi sebagainya dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, selanjutnya menyajikan informasi dalam rangka pengambilan keputusan terhadap implementasi dan efektifitas suatu program. Evaluasi meliputi mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan. Hubungan antara pengukuran dan penilaian saling berkaitan. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran atau kriteria tertentu meter, kilogram, takaran dan sebagainya, pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung arti, mengambil keputusan terhadap sesuatu yang berdasarkan pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya, dan penilaian bersifat kualitatif. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Arikunto 2009 bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran bersifat kuantitatif, menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk bersifat kualitatif, dan evaluasi meliputi kedua langkah tersebut sebelumnya. Pendapat lain mengenai evaluasi disampaikan oleh Arikunto dan Cepi 2008, bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. Sedangkan Uzer 2003, mengatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang ditempuh seseorang untuk memperoleh informasi yang berguna untuk menentukan mana dari dua hal atau lebih yang merupakan alternatif yang diinginkan, karena penentuan atau keputusan semacam ini tidak diambil secara acak, maka alternatif-alternatif itu harus diberi nilai relatif, karenanya pemberian nilai itu harus memerlukan pertimbangan yang rasional berdasarkan informasi untuk proses pengambilan keputusan Menurut Djaali dan Pudji 2008, evaluasi dapat juga diartikan sebagai “proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek yang dievaluasi”. Sedangkan Ahmad 2007, mengatakan bahwa “evaluasi diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu ketentuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, obyek,dll. berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian”. Untuk menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkan dengan kriteria, evaluator dapat langsung membandingkan dengan kriteria namun dapat pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian baru membandingkannya dengan kriteria. Dengan demikian evaluasi tidak selalu melalui proses mengukur baru melakukan proses menilai tetapi dapat pula evaluasi langsung melalui penilaian saja. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Crawford 2000, mengartikan penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahuimenguji apakah suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan. Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan beberapa ahli, dapat ditarik benang merah tentang evaluasi yakni merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut. Oleh karena itu dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat di dalamnya yaitu efektifitas dan efisiensi. “Efektifitas merupakan perbandingan antara output dan input nya sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk menghasilkan output lewat suatu proses” Sudharsono dalam Lababa, 2008. Jadi evaluasi bukan merupakan hal baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula.

2.2.1 Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan, demikian juga dengan evaluasi. Menurut Arikunto 2002, ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen. Menurut Crawford 2000, tujuan dan fungsi evaluasi adalah: a. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan. b. Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap prilaku hasil. c. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan. d. Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan. Pada dasarnya tujuan akhir evaluasi adalah untuk memberikan bahan- bahan pertimbangan untuk menentukanmembuat kebijakan tertentu, yang diawali dengan suatu proses pengumpulan data yang sistematis.

2.2.2 Standar Evaluasi

Standar yang dipakai untuk mengevaluasi suatu kegiatan tertentu dapat dilihat dari tiga aspek utama Umar, 2002, yaitu: a. Utility manfaat Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan atas program yang sedang berjalan. b. Accuracy akurat Informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat ketepatan tinggi. c. Feasibility layak Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara layak.

2.3 The Unified Theory of Acceptance and Use of Technology UTAUT

Dari penelitian sebelumnya Technology Acceptance Model atau yang biasanya dikenal dengan istilah TAM Davis, 1989 telah menghasilkan sebuah metodologi user acceptance dari sebuah sistem informasi. Untuk meningkatkan tingkat kepercayaan, beberapa studi empiris pun telah dilakukan. Pada tahun 2000 Venkatesh dan Davis mengeluarkan metodologi tentang user acceptance selanjutnya yang merupakan generasi selanjutnya dari TAM yakni TAM 2. Dan tahun 2003 Venkatesh, Morris dan beberapa peneliti lain mengeluarkan sebuah ide metodologi user acceptance yang lain yakni yang disebut dengan istilah UTAUT. UTAUT Unified Theory of Acceptance and Use of Technology merupakan salah satu model penerimaan teknologi terkini yang dikembangkan oleh Venkatesh, Morris dan beberapa peneliti lain. Metodologi UTAUT ini sebenarnya merupakan sintesis atau penggabungan dari pada elemen-elemen yang terdapat dalam 8 model penerimaan teknologi terkemuka lainnya dengan tujuan untuk memperoleh kesatuan pandangan mengenai user atau pengguna. Delapan model yang dijadikan sebagai acuan metodologi UTAUT adalah:  Theory Reasoned Action TRA  Theory Acceptance Model TAM  Motivational Model MM  Theory of Planned Behaviour TPB  Combined TAM and TPB  Model of PC Utilization MPTU  Innovation Diffusion Theory IDT  Social Cognitive Theory SCT UTAUT terbukti lebih berhasil dibandingkan kedelapan teori yang lain dalam menjelaskan hingga 70 persen varian pengguna. Mereka menemukan empat konstruksi utama yang memainkan peran penting sebagai determinan langsung dari niat untuk berperilaku behavioral intention dan perilaku untuk menggunakan suatu teknologi use behavior yaitu : a. performance expectancy Tingkat kepercayaan seorang individu pada sejauh mana penggunaan sistem akan menolong ia untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan kinerja di pekerjaannya. b. effort expectancy Tingkat kemudahan terkait dengan penggunaan sistem. c. social influence Tingkat dimana seorang individu merasa bahwa orang-orang yang penting baginya percaya sebaiknya dia menggunakan sistem baru. d. facilitating conditions. Tingkat kepercayaan seorang individu terhadap ketersediaan infrastruktur teknik dan organisasional untuk mendukung penggunaan sistem Di samping itu terdapat pula empat moderator yang diposisikan untuk memoderasi dampak dari empat konstruksi utama pada behavioral intention dan use behavior yaitu: a. Jenis kelamin gender b. Usia age c. Kesukarelaan voluntariness d. Pengalaman Experience Berikut adalah gambar tentang keterkaitan antara masing-masing determinan dan moderator pendukung terhadap behavioral intention dan use behavior dalam konstruksi UTAUT: Gambar 2.1 Model UTAUT Venkatesh dkk, 2003 Adapula Loo dkk 2011 yang melakukan penelitian mengenai user acceptance penggunaan smart ID card dengan memodifikasi UTAUT. Gambar 2.2 Model UTAUT Loo dkk, 2011 Intention to use merupakan variabel yang digunakan dengan mengadopsi variabel behavioral intention Venkatesh dkk, 2003. Pada penelitiannya intention to use didefinisikan sebagai kemungkinan pemegang e-NID menggunakan e-NID. Performance expectancy merupakan determinan langsung yang mempengaruhi intention to use Vankates dkk, 2003. Performance expectancy didefinisikan sebagai persepsi pemilik e-NID yang akan membantu pemegang kartu dalam kehidupan sehari-hari Loo dkk, 2009. Efford expectancy tidak digunakan dalam penelitian ini meskipun variabel efford expectancy merupakan determinan utama dari behavioral intention Venkatesh dkk, 2003 karena dianggap tidak ada kesulitan dalam penggunaan e- NID dimana pemegang kartu hanya perlu memberikan kartu kepada pihak yang berwenang saat dibutuhkan Loo dkk, 2011. Social influence merupakan determinan langsung yang mempengaruhi intention to use Venkatesh dkk, 2003. Social influence didefinisikan sebagai tekanan sosial yang mempengaruhi intention to use pada e-NID Loo dkk, 2009. Meskipun facilitating conditions bukan merupakan determinan langsung dari behavioral intention pada penelitian Venkatesh dkk 2003, facilitating conditions diajukan sebagai determinan langsung pada penelitian ini karena terbukti berpengaruh positif terhadap intention to use Loo dkk, 2011. Facilitating conditions didefinisikan sebagai tingkatan dimana user percaya bahwa infrastruktur teknis dan organisasi ada untuk mendukung penggunaan sistem Venkatesh dkk, 2003. Perceived credibility bukan merupakan determinan pada model UTAUT yang dikembangkan oleh Venkatesh dkk 2003. Namun perceived credibility perlu ditambahkan karena perceived credibility telah terbukti secara empiris mempengaruhi user acceptance Wang dkk, 2003. Perceived credibility yang didefinisikan oleh Wang dkk, 2003 meliputi keamanan dan privasi karena kredibilitas penyedia layanan elektronik untuk menjamin keamanan dan privasi mempengaruhi pengguna untuk menggunakan layanan elektronik tersebut. Sehingga, perceived credibility didefinisikan sebagai persepsi dari pemegang e- NID bahwa e-NID tersebut aman sulit untuk dipalsukan dan dapat menghindari pelanggaran privasi menghindari kebocoran informasi sensitif pada pihak ketiga tanpa ijin Loo dkk, 2009. Meskipun anxiety tidak dimasukkan dalam model UTAUT yang disusun oleh Venkatesh dkk 2003, namun anxiety terbukti menjadi determinan langsung dari intention to use pada penggunaan e- NID Loo dkk, 2011. Anxiety didefinisikan emosi negatif yang timbul ketika menggunakan e-NID Loo dkk, 2009.

2.4 User Acceptance

User acceptance dapat didefinisikan sebagai keinginan sebuah grup user dalam memanfaatkan Teknologi Informasi TI yang didesain untuk membantu pekerjaan mereka Dillon, 2001. Namun, praktek kerja saat ini, serta pasar yang besar untuk bersantai dan pendidikan aplikasi teknologi informasi telah memungkinkan kebijaksanaan yang lebih besar di antara pengguna sehingga meningkatkan kebutuhan untuk menentukan dinamika penerimaan. Dan juga pentingnya dengan tidak sembarangan memperkerjakan orang, salah satunya dapat dipercaya seperti yang tertera pada surat Al Qashas ayat 26 Artinya: Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapaku ambilah ia sebagai orang yang bekerja, karena sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil untuk bekerja tugaskan adalah orang yang kuat lagi dapat dip ercaya”. Untuk tujuan ini masuk akal untuk mempertimbangkan bukti karakteristik diterima atau ditolak teknologi terpisah dari bukti karakteristik menerima atau menolak pengguna, sebelum meninjau interaksi dari kedua faktor ini dalam model saat penerimaan.

2.4.1 Faktor Keberhasilan Penerapan Teknologi

Penerapan teknologi merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan untuk mempercepat pemanfaatan teknologi dari pencipta atau pemilik kepada pengguna teknologi. Menerapkan teknologi berarti menjadikan teknologi itu sebagai bagian dari pengoperasian fungsi-fungsi pengguna teknologi, menjadikan teknologi itu diketahui, dapat di jangkau dan difungsikan di lingkungan yang membutuhkan. Dalam menerapkan, mengembangkan dan menyebar luaskan teknologi, sebelumnya perlu dilakukan studi kelayakan untuk menilai aspek kelayakan teknis, kelayakan ekonomis, kelayakan sosial budaya dan lingkungan serta standarisasi teknologinya Angkasa, 2003. Sudarmo 2005, merinci kinerja atau keberhasilan teknologi diukur dari empat faktor yang merupakan tolak ukur untuk mengevaluasi teknologi, faktor tersebut adalah: a. Kelayakan teknis, teknologi harus menghasilkan nilai tambah, mempunyai fitur atau kemampuan beragam untuk memenuhi keperluan yang makin beragam, hemat dalam menggunakan sumberdaya termasuk energi, awet, dan faktor teknis lainnya. b. Faktor ekonomis, teknologi teknologi harus menghasilkan produktivitas ekonomi atau keuntungan finansial. Salah satu cara untuk mengevaluasi produktivitas teknologi adalah menghitung rasio output rupiah dibandingkan dengan input rupiah. Teknologi yang tidak menghasilkan keuntungan, disebut non-pervorming, tidak berkinerja. Teknologi yang non-pervorming biasanya tidak sustainable, tidak berkelanjutan perkembangannya. c. Faktor ketiga, teknologi harus dapat diterima masyarakat pengguna user. Teknologi dapat diterima karena memang diperlukan dan bermanfaat bagi pengguna, disenangi, mudah dipakai, dapat dibeli dengan harga terjangkau, serta tidak bertentangan dengan budaya dan kebiasaan masyarakat pengguna. d. Faktor keempat, teknologi harus serasi dengan lingkungan, faktor ini akan menentukan sustainability keberadaan teknologi di tengah masyarakat pengguna.

2.5 Konsep Dasar

Software Software adalah sebuah produk yang dibangun secara profesional dan terdapat dukungan jangka panjang yang berisi informasi tentang arsitektur, cakupan, isi program dan dokumentasi dalam bentuk kertas maupun data digital Pressman, 2006.