Analisis dan evaluasi hubungan antar variabel dari model utaut terhadap penerapan KTP elektronik dengan menggunakan regresi berganda: studi kasus Kota Tangerang Selatan
(STUDI KASUS KOTA TANGERANG SELATAN)
Disusun Oleh:
MOCHAMMAD RIKZA LUTHFI ARIEF NIM: 107093003129
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
(STUDI KASUS KOTA TANGERANG SELATAN)
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
MOCHAMMAD RIKZA LUTHFI ARIEF NIM: 107093003129
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(3)
(4)
(5)
BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN.
Jakarta, 28 April 2014
MOCHAMMAD RIKZA LUTHFI ARIEF 107093003129
(6)
v
bimbingan Qurrotul Aini dan Meinarini Catur Utami.
Dalam perkembangan teknologi yang semakin maju, para pengguna informasi dituntut untuk mengikuti kemajuan yang telah berkembang pesat. Salah satu program yang mulai diterapkan sekarang ini oleh Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia terutama di Kota Tangerang Selatan dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat adalah berupa penerapan program Kartu Tanda Penduduk Elektronik atau disebut juga e-KTP. E-KTP adalah kartu tanda penduduk elektronik yaitu, alat teknologi komunikasi pada era modern ini yang sangat popular di seluruh dunia. Karena sekarang e-KTP telah terimplementasikan di semua tempat dan dimanfaatkan oleh masyarakat, hal tersebut menjadi dasar pentingnya untuk dilakukan penelitian mengenai evaluasi penerapan E-KTP yang telah berjalan saat ini, dengan menggunakan model Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) yang sudah dimodifikasi, dengan kriteria performance expectancy, facilitating conditions, perceive credibility dan anxiety. Dan untuk menentukan pengaruhnya menggunakan regresi berganda yang diolah dengan SPSS 16.0, dan telah melewati uji validitas dan reliabilitas hingga 11,7% pengaruh dari semua varian. Dan yang paling dominan mempengaruhi intention to use (niat untuk menggunakan) adalah perveived credibility (kredibilitas yang dirasakan), karena memiliki 5,8% dengan nilai 0,021 lebih kecil dari nilai yang ditetapkan (0.05).
Kata Kunci : e-KTP, Regresi Berganda, Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT).
Bab I-V + 99 Halaman + xxiii Halaman + 12 Gambar + 24 Tabel + Pustaka + Lampiran
(7)
vi
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan laporan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada suri tauladan kita Rasulullah Muhammad SAW.
Penyusunan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memenuhi kelulusan pada Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Program Reguler Program Studi Sistem Informasi. Dengan judul skripsi ini adalah “Analisis dan Evaluasi Hubungan Antar Variabel Dari Model UTAUT Terhadap Penerapan KTP Elektronik Dengan Menggunakan Regresi Berganda (Studi Kasus Kota Tangerang Selatan)”.
Dalam penyusunan skripsi ini, telah banyak bimbingan dan bantuan yang didapatkan baik dari segi moral maupun segi material dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak DR. Agus Salim, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Zulfiandri, MMSI, selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
(8)
vii
4. Kedua dosen pembimbing, Ibu Qurrotul Aini, MT, selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Meinarini Catur Utami, MT selaku Dosen Pembimbing II yang secara bijaksana dan kooperatif telah memberikan bimbingan, bantuan, serta dukungan baik secara moral maupun teknis dan selalu meluangkan waktu untuk dapat bertukar pikiran serta memberikan pemikiran dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.
5. Kedua Orang Tua Tercinta, Ayahanda Abdul Wadud dan Ibunda Titin Mulyati yang telah memberikan kasih sayang, cinta, semangat serta dukungan luar biasa dan doa yang tak pernah lepas ditujukan untuk penulis. Serta Kakakku Dian Purnamawati, Laili Fuji Widyawati dan adikku Zaki Ari Setiawan yang selalu memberikan keceriaan dan motivasi. 6. Terima kasih sahabat-sahabatku anak-anak Komplek Jamban Community, keluarga besar komplek MABAD yang selalu dapat menghilangkan penat yang ada ketika sedang dirundung masalah.
7. Teman-teman kelas seperjuangan, SIB angkatan 2007. Dan SIK 2007 Terimakasih untuk kebersamaan dan kerjasama yang terjalin begitu hangat dan baik, kalian semua begitu hebat.
8. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini, maaf jika saya tidak bisa menyebutkan satu per satu
(9)
viii
yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Peneliti juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.
Wassalammualaikum Warohmatullaahi Wabarokatuh
Jakarta, 28 April 2014
Mochammad Rikza Luthfi Arief NIM : 107093003129
(10)
ix
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Batasan Masalah ... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 5
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
1.6 Metode Penelitian ... 6
1.6.1 Pengumpulan Data ... 6
1.6.2 Analisis Data ... 7
1.7 Sistematika Penulisan ... 7
(11)
x
2.2.2 Standar Evaluasi ... 14
2.3 The Unified Theory of Acceptance and Use of Technologi (UTAUT) ... 15
2.4 User Acceptance ... 20
2.4.1 Faktor Keberhasilan Penerapan Teknologi ... 21
2.5 Konsep Dasar Software ... 22
2.5.1 Jenis-Jenis Software ... 23
2.5.2 Kualitas Software ... 23
2.6 Kependudukan ... 24
2.7 Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) ... 25
2.8 KTP Elektronik ... 26
2.9 Populasi Dan Sampel ... 31
2.9.1 Teknik Pengambilan Sampel ... 31
2.9.2 Teknik Menentukan Ukuran Sampel ... 34
2.10 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35
2.10.1 Uji Validitas... 35
2.10.2 Uji Reliabilitas ... 37
2.11 Regresi Linier Berganda ... 39
2.11.1 Asumsi-Asumsi Model Regresi Linier Berganda ... 41
2.11.2 Uji Hipotesis ... 41
(12)
xi
3.1.1 Studi Literatur ... 46
3.1.2 Observasi ... 51
3.1.3 Wawancara ... 51
3.2 Metode Analisis Data ... 52
3.2.1 Model UTAUT ... 52
3.2.2 Pembuatan Kuesioner ... 53
3.2.3 Pengumpulan Sampel dan Pelaksanaan Kuesioner ... 53
3.2.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 53
3.2.5 Uji Hipotesis Regresi Berganda ... 54
3.3 Kerangka Penelitian... 54
BAB 4 Evaluasi KTP Elektronik ... 56
4.1 Gambaran Umum Tangerang Selatan ... 56
4.1.1 Sejarah Kota Tangerang Selatan ... 56
4.1.2 Visi dan Misi ... 59
4.1.3 Logo ... 60
4.1.4 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kota Tangerang Selatan 65 4.2 Pembuatan Kuesioner ... 65
4.3 Pengumpulan Sampel dan Pelaksanaan kuesioner ... 65
4.3.1 Grafik Hasil dari Kuesioner ... 67
(13)
xii
Variabel Dependen ... 91
BAB 5 PENUTUP ... 93
5.1 Kesimpulan ... 93
5.2 Saran ... 94
(14)
xiii
Tabel 3.1 Penelitian Sejenis ... 47
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Tangsel yang telah memiliki e-KTP ... 66
Tabel 4.2 Tabel Penolong PE1 ... 76
Tabel 4.3 Hasil Validitas ... 81
Tabel 4.4 Hasil perhitungan reliabilitas dengan SPSS 16.0 ... 86
Tabel 4.5 ANOVAb ... 87
Tabel 4.6 Coefficientsa ... 89
Tabel 4.7 Model Summaryb ... 91
(15)
xii
Gambar 2.2 Model Penelitian (Loo dkk., 2011) ... 18
Gambar 2.3 E-KTP ... 30
Gambar 2.4 Kategori Sampel (Siregar, 2013) ... 32
Gambar 2.5 Rumus Teknik Solvin ... 35
Gambar 2.6 Pendekatan Isac Michel …...35
Gambar 2.7 Teknik Korelasi Product Moment....36
Gambar 2.8 Teknik Alpha Cronbach…...…...37
Gambar 2.9 Teknik Alpha Cronbach…...38
Gambar 2.10 Teknik Alpha Cronbach...39
Gambar 2.10 Teknik Alpha Cronbach...39
Gambar 2.11 Rumus Regrsi Linier Berganda...40
Gambar 3.1 Model UTAUT (Loo dkk., 2011) ... 52
Gambar 3.2 Kerangka Penelitian ... 55
Gambar 4.1 Logo Kota Tangerang Selatan ... 60
Gambar 4.2 Grafik jawaban dari variabel Performance expectancy ... 68
Gambar 4.3 Grafik jawaban dari variabel socialinfluence ... 69
Gambar 4.4 Grafik jawaban dari variabel facilitatingconditions ... 70
Gambar 4.5 Grafik jawaban dari variabel Anxiety ... 71
Gambar 4.6 Grafik jawaban dari variabel Perceive Credibility ... 73
(16)
1 1.1 Latar Belakang
Salah satu program yang mulai diterapkan sekarang ini oleh Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat adalah berupa penerapan program Kartu Tanda Penduduk Elektronik atau disebut juga e-KTP. E-KTP adalah kartu tanda penduduk elektronik yaitu alat teknologi komunikasi pada era modern ini yang sangat popular di seluruh dunia.
E-KTP merupakan sistem kependudukan terbaru yang sudah diterapkan oleh Indonesia, hal ini sesuai dengan amanat dari Undang-Undang (UU) nomor 23 tahun 2006 dan serangkaian peraturan lainnya seperti peraturan UU nomor 35 tahun 2010 yang menyatakan aturan tata cara dan implementasi teknis dari e-KTP yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip. Selain itu, undang-undang ini juga diperkuat dengan Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2009 tentang penerapan KTP berbasis NIK secara nasional.
Program e-KTP dilatarbelakangi oleh sistem pembuatan KTP konvensional di Indonesia yang memungkinkan seseorang dapat memiliki lebih dari satu KTP. Hal ini disebabkan belum adanya basis data terpadu yang menghimpun data penduduk dari seluruh Indonesia. Fakta tersebut memberi peluang bagi penduduk yang ingin berbuat curang terhadap negara dengan menduplikasi KTP-nya.
(17)
Program e-KTP ini dijalankan oleh sebuah konsorsium yang berisikan beberapa instansi ternama di Indonesia, yaitu: Perum Percetakan Negara RI (PNRI), PT. Sandipala Arthaputra, PT. Quadra Solution, SUCOFINDO, LEN. Oleh karena e-KTP telah terimplementasikan di semua tempat dan dimanfaatkan oleh masyarakat, hal tersebut menjadi dasar pentingnya untuk dilakukan penelitian mengenai evaluasi implementasi E-KTP yang telah berjalan saat ini dari para user atau semua yang terkait dalam program tersebut.
Banyak model untuk mengevaluasi penerimaan pengguna (user acceptance) suatu teknologi baru, dan yang peneliti rasa sesuai dan paling efektif adalah model UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Use of Technology) yang merupakan salah satu model penerimaan teknologi yang dikembangkan oleh Venkatesh, Morris dan beberapa peneliti lain. Model UTAUT ini sebenarnya merupakan sintesis atau penggabungan dari pada elemen-elemen yang terdapat dalam 8 model penerimaan teknologi terkemuka lainnya dengan tujuan untuk memperoleh kesatuan pandangan mengenai user
atau pengguna dari sebuah teknologi (Venkatesh dkk, 2003).
Terdapat berbagai penelitian yang membahas mengenai e-KTP ataupun
user acceptance yang menggunakan model UTAUT baik di dalam maupun di luar negeri. Penelitian tersebut di antaranya Galih Abiyasa dkk (2011) yang meneliti tentang e-KTP di Kecamatan Padang Selatan Kota Padang. Penelitian ini lebih berfokus pada pemodelan sistem jaringan yang diterapkan sistem e-KTP.
Penelitian berikutnya adalah Indriani (2012) yang meneliti tentang efek moderasi dari usia dan jenis kelamin dalam penerimaan e-KTP di Yogyakarta.
(18)
Dalam penelitiannya dilakukan pengujian efek moderasi yang dilakukan pada usia dan jenis kelamin lalu menentukan berbagai faktor yang berpengaruh dengan menggunakan model UTAUT yang sudah dimodifikasi oleh penelitian sebelumnya yaitu model penelitian Loo dkk (2009) mengenai user acceptance
penggunaan smart ID card di Malaysia, dengan model UTAUT yang sudah dimodifikasi dari model UTAUT yang telah dikembangkan Vankatesh dkk. Dengan menambahkan beberapa determinan yang dianggap mendukung dalam penelitiannya yaitu Intention to use, Performance expectancy, Social influence, facilitating conditions, Perceived credibility, dan anxiety. dan menghilangkan beberapa moderatornya yaitu Efford expectancy, gender, age, voluntariness, dan
Experience.
Selanjutnya pada tahun 2011, Yulianti dan Wuri, meneliti tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan pengguna (user acceptance) dalam menggunakan sistem ERP dengan mendasarkan pada model UTAUT. Nasir (2013), juga melakukan penelitian yang mengevaluasi penerimaan teknologi informasi mahasiswa di Palembang, di dalam penelitiannya juga menggunakan model UTAUT sebagai model penerimaan teknologi informasinya. Dan Raditya (2011) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan teknologi
e-procurement dengan model UTAUT pada panitia pengadaan instansi pemerintah Jawa Tengah. Dari hasil penelitiannya ternyata faktor pengguna teknologi e-procurement dipengaruhi oleh persepsi manfaat, ekspektasi usaha dan dukungan dari lingkungan yang mempengaruhi.
(19)
Dilihat dari latar belakang yang ada, maka penulis melakukan penelitian tentang “Analisis dan Evaluasi Hubungan antar Variabel dari Model UTAUT terhadap Penerapan KTP Elektronik dengan Menggunakan Regresi Berganda (Studi Kasus Kota Tangerang Selatan)”.
1.2 Rumusan Masalah
Setelah melihat dari latar belakang sebelumnya, maka peneliti merumuskan beberapa masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu:
1. Variabel di UTAUT apa saja yang berpengaruh dalam penerapan e-KTP?
2. Variabel apa yang paling berpengaruh dalam penerapan e-KTP dan berapa besar pengaruh masing-masing variabel?
3. Bagaimana cara menentukan besar pengaruh dari setiap variabel UTAUT dalam penerapan e-KTP?
1.3 Batasan Masalah
Dari perumusan masalah tersebut, maka penulis memberi batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Penelitian hanya di Kota Tangerang Selatan, Banten, yang di dalamnya terdapat 7 (tujuh) Kecamatan, yaitu Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pamulang, Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Serpong, Kecamatan Serpong Utara, dan Kecamatan Setu.
(20)
2. Peneliti menganalisis dan mengevaluasi hanya dari sudut pandang user acceptance.
3. Peneliti menganalisis dan mengevaluasi e-KTP menggunakan model UTAUT.
4. Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas lalu melakukan pengujian regresi berganda untuk mengukur pengaruh antar variabel yang terdapat dalam konstruksi UTAUT menggunakan SPSS 16.0.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis dan mengevaluasi user acceptance penerapan e-KTP, sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini untuk menghasilkan:
1. Mengetahui Variabel di UTAUT apa saja yang berpengaruh dalam penerapan e-KTP.
2. Menentukan besar pengaruh dari setiap variabel UTAUT dalam penerapan e-KTP.
3. Mendapatkan hasil dari pengaruh masing-masing variabel dan variabel apa yang paling berpengaruh dalam penerapan e-KTP.
1.5 Manfaat Penelitian
(21)
1. Memberikan informasi untuk daerah Tangerang Selatan maupun untuk daerah lain mengenai hasil kinerja sistem e-KTP yang sedang berjalan. 2. Memberikan masukan dan kontribusi bagi pelaksanaan e-KTP
selanjutnya baik untuk daerah Tangerang Selatan maupun untuk daerah lain.
3. Menjadikan referensi pada peneliti berikutnya di bidang yang sama.
1.6 Metode Penelitian
Dalam memperoleh dan mengumpulkan data yang akurat dalam penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan beberapa metode sebagai sarana untuk membantu serta memudahkan peneliti dalam menyusun laporan.
1.6.1 Pengumpulan Data a. Studi Literatur
Metode pengumpulan data dengan cara menganalisis penelitian sejenis untuk mencari kelebihan dan kekurangan terhadap penelitian yang peneliti lakukan sekarang dari penelitian yang sudah ada.
b. Observasi
Observasi merupakan teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan mengamati langsung objek datanya. Pada tahap pengamatan langsung ini peneliti melakukan pengamatan langsung ke Kantor Dinas Catatan Sipil Tangerang Selatan.
(22)
Peneliti melakukan wawancara kepada pihak yang berkompeten pada program e-KTP untuk mendapatkan penjelasan dari masalah-masalah yang sebelumnya kurang jelas dan untuk menyakinkan bahwa data yang diperoleh/dikumpulkan benar-benar akurat.
1.6.2 Analisis Data
Peneliti menggunakan model UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Use of Technology) untuk menjelaskan penerimaan pengguna (user acceptance) dalam bidang sistem informasi yang dikembangkan oleh Vankatesh, dkk. UTAUT dianggap sukses oleh penelitian sebelumnya karena UTAUT merupakan pengembangan dan penggabungan dari delapan model sebelumnya yang menjadi alat ukur user acceptance. Lalu pembuatan kuesioner berdasarkan metode UTAUT, setelah itu pengumpulan sampel dan pelaksanaan kuesioner. Dan untuk mengolah data dari hasil kuesioner peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas lalu melakukan pengujian regresi linier berganda untuk mengukur pengaruh antar variabel yang terdapat dalam konstruksi UTAUT dengan bantuan SPSS Versi 16.0.
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan laporan skripsi ini sistematika penulisan terdiri atas 5 (lima) bab. Adapun uraian masing-masing bab tersebut adalah:
(23)
Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas tentang teori-teori umum dan khusus yang didapatkan dari berbagai sumber yang dapat dipercaya yang dipakai sebagai landasan dalam penulisan skripsi ini serta dibahas pula hal-hal lain yang berkaitan dengan sistem informasi dan model analisis yang peneliti gunakan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metode yang dipakai dalam pencarian data maupun metode untuk analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini.
BAB IV EVALUASI E-KTP
Bab ini merupakan inti dari penelitian ini yang membahas hasil penelitian yang telah diperoleh dan melaporkan hasilnya untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah yang telah dibuat sebelumnya.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dalam penyusunan skripsi yang menjelaskan tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis dan saran-saran untuk pengembangan penelitian di masa yang akan datang.
(24)
9 2.1 Analisis
Analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda- tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu (Komaruddin, 2001).
Adapun pengertian lain, analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan (Kemendiknas, 2002).
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu pokok menjadi bagian–bagian atau komponen sehingga dapat diketahui ciri atau tanda tiap bagian, kemudian hubungan satu sama lain serta fungsi masing–masing bagian dari keseluruhan.
2.2 Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa
(25)
Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu
evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (Echols dan Shadily, 2000).
Artinya:
Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-nya serta
orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Ayat 105 dalam surat At Taubah menerangkan bahwa kita semua dalam bekerja akan selalu ada yang memperhatikan dengan menilai (mengevaluasi) kita. Adapun menurut pengertian istilah “evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan” (Yunanda, 2009).
Pemahaman mengenai pengertian evaluasi dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Menurut Stufflebeam dalam Lababa (2008), evaluasi adalah “the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives," Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan. Masih dalam Lababa (2008), Worthen dan Sanders mendefinisikan
(26)
“evaluasi sebagai usaha mencari sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu”.
Tague-Sutclife (1996), mengartikan evaluasi sebagai "a systematic process of determining the extent to which instructional objective are achieved by pupils". Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tuiuan yang jelas.
Dari definisi evaluasi sebagainya dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, selanjutnya menyajikan informasi dalam rangka pengambilan keputusan terhadap implementasi dan efektifitas suatu program. Evaluasi meliputi mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan. Hubungan antara pengukuran dan penilaian saling berkaitan.
Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran atau kriteria tertentu (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung arti, mengambil keputusan terhadap sesuatu yang berdasarkan pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya, dan penilaian bersifat kualitatif. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Arikunto (2009) bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran (bersifat kuantitatif), menilai adalah mengambil suatu
(27)
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (bersifat kualitatif), dan evaluasi meliputi kedua langkah tersebut sebelumnya.
Pendapat lain mengenai evaluasi disampaikan oleh Arikunto dan Cepi (2008), bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. Sedangkan Uzer (2003), mengatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang ditempuh seseorang untuk memperoleh informasi yang berguna untuk menentukan mana dari dua hal atau lebih yang merupakan alternatif yang diinginkan, karena penentuan atau keputusan semacam ini tidak diambil secara acak, maka alternatif-alternatif itu harus diberi nilai relatif, karenanya pemberian nilai itu harus memerlukan pertimbangan yang rasional berdasarkan informasi untuk proses pengambilan keputusan
Menurut Djaali dan Pudji (2008), evaluasi dapat juga diartikan sebagai
“proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan
yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek yang
dievaluasi”. Sedangkan Ahmad (2007), mengatakan bahwa “evaluasi diartikan
sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (ketentuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, obyek,dll.) berdasarkan kriteria tertentu
(28)
dengan kriteria, evaluator dapat langsung membandingkan dengan kriteria namun dapat pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian baru membandingkannya dengan kriteria.
Dengan demikian evaluasi tidak selalu melalui proses mengukur baru melakukan proses menilai tetapi dapat pula evaluasi langsung melalui penilaian saja. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Crawford (2000), mengartikan penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui/menguji apakah suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan. Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan beberapa ahli, dapat ditarik benang merah tentang evaluasi yakni merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut.
Oleh karena itu dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat di
dalamnya yaitu efektifitas dan efisiensi. “Efektifitas merupakan perbandingan
antara output dan input nya sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input
untuk menghasilkan output lewat suatu proses” (Sudharsono dalam Lababa,
2008). Jadi evaluasi bukan merupakan hal baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula.
(29)
Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan, demikian juga dengan evaluasi. Menurut Arikunto (2002), ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen.
Menurut Crawford (2000), tujuan dan fungsi evaluasi adalah:
a. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan.
b. Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap prilaku hasil. c. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan.
d. Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan.
Pada dasarnya tujuan akhir evaluasi adalah untuk memberikan bahan-bahan pertimbangan untuk menentukan/membuat kebijakan tertentu, yang diawali dengan suatu proses pengumpulan data yang sistematis.
2.2.2 Standar Evaluasi
Standar yang dipakai untuk mengevaluasi suatu kegiatan tertentu dapat dilihat dari tiga aspek utama (Umar, 2002), yaitu:
a. Utility (manfaat)
Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan atas program yang sedang berjalan.
b. Accuracy (akurat)
(30)
c. Feasibility (layak)
Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara layak.
2.3 The Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) Dari penelitian sebelumnya Technology Acceptance Model atau yang biasanya dikenal dengan istilah TAM (Davis, 1989) telah menghasilkan sebuah metodologi user acceptance dari sebuah sistem informasi. Untuk meningkatkan tingkat kepercayaan, beberapa studi empiris pun telah dilakukan. Pada tahun 2000 Venkatesh dan Davis mengeluarkan metodologi tentang user acceptance selanjutnya yang merupakan generasi selanjutnya dari TAM yakni TAM 2. Dan tahun 2003 Venkatesh, Morris dan beberapa peneliti lain mengeluarkan sebuah ide metodologi user acceptance yang lain yakni yang disebut dengan istilah UTAUT.
UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Use of Technology) merupakan salah satu model penerimaan teknologi terkini yang dikembangkan oleh Venkatesh, Morris dan beberapa peneliti lain. Metodologi UTAUT ini sebenarnya merupakan sintesis atau penggabungan dari pada elemen-elemen yang terdapat dalam 8 model penerimaan teknologi terkemuka lainnya dengan tujuan untuk memperoleh kesatuan pandangan mengenai user atau pengguna. Delapan model yang dijadikan sebagai acuan metodologi UTAUT adalah:
(31)
Theory Acceptance Model (TAM) Motivational Model (MM)
Theory of Planned Behaviour (TPB) Combined TAM and TPB
Model of PC Utilization (MPTU) Innovation Diffusion Theory (IDT) Social Cognitive Theory (SCT)
UTAUT terbukti lebih berhasil dibandingkan kedelapan teori yang lain dalam menjelaskan hingga 70 persen varian pengguna. Mereka menemukan empat konstruksi utama yang memainkan peran penting sebagai determinan langsung dari niat untuk berperilaku (behavioral intention) dan perilaku untuk menggunakan suatu teknologi (use behavior)yaitu :
a. performance expectancy
Tingkat kepercayaan seorang individu pada sejauh mana penggunaan sistem akan menolong ia untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan kinerja di pekerjaannya.
b. effort expectancy
Tingkat kemudahan terkait dengan penggunaan sistem. c. social influence
Tingkat dimana seorang individu merasa bahwa orang-orang yang penting baginya percaya sebaiknya dia menggunakan sistem baru.
(32)
Tingkat kepercayaan seorang individu terhadap ketersediaan infrastruktur teknik dan organisasional untuk mendukung penggunaan sistem
Di samping itu terdapat pula empat moderator yang diposisikan untuk memoderasi dampak dari empat konstruksi utama pada behavioral intention dan
use behavior yaitu:
a. Jenis kelamin (gender) b. Usia (age)
c. Kesukarelaan (voluntariness) d. Pengalaman (Experience)
Berikut adalah gambar tentang keterkaitan antara masing-masing determinan dan moderator pendukung terhadap behavioral intention dan use behavior dalam konstruksi UTAUT:
Gambar 2.1 Model UTAUT (Venkatesh dkk, 2003)
(33)
Adapula Loo dkk (2011) yang melakukan penelitian mengenai user acceptance penggunaan smart ID card dengan memodifikasi UTAUT.
Gambar 2.2 Model UTAUT (Loo dkk, 2011)
Intention to use merupakan variabel yang digunakan dengan mengadopsi variabel behavioral intention (Venkatesh dkk, 2003). Pada penelitiannya intention to use didefinisikan sebagai kemungkinan pemegang e-NID menggunakan e-NID.
Performance expectancy merupakan determinan langsung yang mempengaruhi intention to use (Vankates dkk, 2003). Performance expectancy
didefinisikan sebagai persepsi pemilik e-NID yang akan membantu pemegang kartu dalam kehidupan sehari-hari (Loo dkk, 2009).
Efford expectancy tidak digunakan dalam penelitian ini meskipun variabel
(34)
(Venkatesh dkk, 2003) karena dianggap tidak ada kesulitan dalam penggunaan e-NID dimana pemegang kartu hanya perlu memberikan kartu kepada pihak yang berwenang saat dibutuhkan (Loo dkk, 2011).
Social influence merupakan determinan langsung yang mempengaruhi
intention to use (Venkatesh dkk, 2003). Social influence didefinisikan sebagai tekanan sosial yang mempengaruhi intention to use pada e-NID (Loo dkk, 2009).
Meskipun facilitating conditions bukan merupakan determinan langsung dari behavioral intention pada penelitian Venkatesh dkk (2003), facilitating conditions diajukan sebagai determinan langsung pada penelitian ini karena terbukti berpengaruh positif terhadap intention to use (Loo dkk, 2011).
Facilitating conditions didefinisikan sebagai tingkatan dimana user percaya bahwa infrastruktur teknis dan organisasi ada untuk mendukung penggunaan sistem (Venkatesh dkk, 2003).
Perceived credibility bukan merupakan determinan pada model UTAUT yang dikembangkan oleh Venkatesh dkk (2003). Namun perceived credibility
perlu ditambahkan karena perceived credibility telah terbukti secara empiris mempengaruhi user acceptance (Wang dkk, 2003). Perceived credibility yang didefinisikan oleh Wang dkk, (2003) meliputi keamanan dan privasi karena kredibilitas penyedia layanan elektronik untuk menjamin keamanan dan privasi mempengaruhi pengguna untuk menggunakan layanan elektronik tersebut. Sehingga, perceived credibility didefinisikan sebagai persepsi dari pemegang e-NID bahwa e-e-NID tersebut aman (sulit untuk dipalsukan) dan dapat menghindari
(35)
pelanggaran privasi (menghindari kebocoran informasi sensitif pada pihak ketiga tanpa ijin) (Loo dkk, 2009).
Meskipun anxiety tidak dimasukkan dalam model UTAUT yang disusun oleh Venkatesh dkk (2003), namun anxiety terbukti menjadi determinan langsung dari intention to use pada penggunaan e- NID (Loo dkk, 2011). Anxiety
didefinisikan emosi negatif yang timbul ketika menggunakan e-NID (Loo dkk, 2009).
2.4 User Acceptance
User acceptance dapat didefinisikan sebagai keinginan sebuah grup user
dalam memanfaatkan Teknologi Informasi (TI) yang didesain untuk membantu pekerjaan mereka (Dillon, 2001).
Namun, praktek kerja saat ini, serta pasar yang besar untuk bersantai dan pendidikan aplikasi teknologi informasi telah memungkinkan kebijaksanaan yang lebih besar di antara pengguna sehingga meningkatkan kebutuhan untuk menentukan dinamika penerimaan. Dan juga pentingnya dengan tidak sembarangan memperkerjakan orang, salah satunya dapat dipercaya seperti yang tertera pada surat Al Qashas ayat 26
(36)
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapaku ambilah ia sebagai
orang yang bekerja, karena sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil untuk bekerja (tugaskan) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.
Untuk tujuan ini masuk akal untuk mempertimbangkan bukti karakteristik diterima (atau ditolak) teknologi terpisah dari bukti karakteristik menerima (atau menolak) pengguna, sebelum meninjau interaksi dari kedua faktor ini dalam model saat penerimaan.
2.4.1 Faktor Keberhasilan Penerapan Teknologi
Penerapan teknologi merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan untuk mempercepat pemanfaatan teknologi dari pencipta atau pemilik kepada pengguna teknologi. Menerapkan teknologi berarti menjadikan teknologi itu sebagai bagian dari pengoperasian fungsi-fungsi pengguna teknologi, menjadikan teknologi itu diketahui, dapat di jangkau dan difungsikan di lingkungan yang membutuhkan. Dalam menerapkan, mengembangkan dan menyebar luaskan teknologi, sebelumnya perlu dilakukan studi kelayakan untuk menilai aspek kelayakan teknis, kelayakan ekonomis, kelayakan sosial budaya dan lingkungan serta standarisasi teknologinya (Angkasa, 2003).
Sudarmo (2005), merinci kinerja atau keberhasilan teknologi diukur dari empat faktor yang merupakan tolak ukur untuk mengevaluasi teknologi, faktor tersebut adalah:
a. Kelayakan teknis, teknologi harus menghasilkan nilai tambah, mempunyai fitur atau kemampuan beragam untuk memenuhi keperluan
(37)
yang makin beragam, hemat dalam menggunakan sumberdaya termasuk energi, awet, dan faktor teknis lainnya.
b. Faktor ekonomis, teknologi teknologi harus menghasilkan produktivitas ekonomi atau keuntungan finansial. Salah satu cara untuk mengevaluasi produktivitas teknologi adalah menghitung rasio output rupiah dibandingkan dengan input rupiah. Teknologi yang tidak menghasilkan keuntungan, disebut non-pervorming, tidak berkinerja. Teknologi yang
non-pervorming biasanya tidak sustainable, tidak berkelanjutan perkembangannya.
c. Faktor ketiga, teknologi harus dapat diterima masyarakat pengguna (user). Teknologi dapat diterima karena memang diperlukan dan bermanfaat bagi pengguna, disenangi, mudah dipakai, dapat dibeli dengan harga terjangkau, serta tidak bertentangan dengan budaya dan kebiasaan masyarakat pengguna.
d. Faktor keempat, teknologi harus serasi dengan lingkungan, faktor ini akan menentukan sustainability keberadaan teknologi di tengah masyarakat pengguna.
2.5 Konsep Dasar Software
Software adalah sebuah produk yang dibangun secara profesional dan terdapat dukungan jangka panjang yang berisi informasi tentang arsitektur, cakupan, isi (program) dan dokumentasi dalam bentuk kertas maupun data digital (Pressman, 2006).
(38)
2.5.1 Jenis-Jenis Software
Menurut O’Brien (2001), Software komputer terdiri atas 2 jenis program utama yaitu :
a. System software yang mengontrol dan mendukung operasi sistem komputer selama melakukan berbagai tugas pemrosesan informasi.
b. Aplikasi software yang menunjukan hasil dari penggunaan khusus atau aplikasi dari komputer untuk mempertemukan kebutuhan pemrosesan informasi dari pengguna.
2.5.2 Kualitas Software
Kualitas software atau software quality menurut Pressman, (1997),
“software quality is defined as conformance to explicitly stated functional and
performance requirement, explicitly documented developmented developments standard, and implicit chacteristics that are expected of all professionally
developed software”. Maksudnya kualitas software dedefinisikan sebagai
penyesuaian dengan eksplisit harus dinyatakan fungsional dan kinerja persyaratan, standar eksplisit didokumentasikan perkembangannya dan karakteristik implisit yang diharapkan dari semua perangkat lunak dikembangkan secara profesional.
Berikut adalah beberapa faktor pengukuran software quality:
a. Correctness, yaitu tingkat dimana suatu program memenuhi spesifikasinya dan memenuhi tujuan dari user.
b. Reability, yaitu tingkat dimana suatu program dapat melakukan fungsi yang diharapkan dengan ketelitian yang diperlukan.
(39)
c. Efficiency, jumlah sumber daya komputer dan kode yang dibutuhkan oleh suatu program untuk melaksanakan fungsinya.
d. Integrity, tingkat pengendalian terhadap akses ke software atau data oleh orang yang tidak berwenang.
e. Useability, yaitu usaha yang dibutuhkan untuk mempelajari, mengoprasikan, menyiapkan input dan menginterpretasi output dari suatu program.
f. Maintainability, usaha yang dibutuhkan untuk menempatkan dan menentukan error dalam program.
g. Testability, usaha yang dibutuhkan untuk menguji suatu program untuk menjamin bahwa program itu menjalankan fungsi yang diharapkan.
h. Portability, usaha yang dibutuhkan untuk mentransfer program dari suatu lingkungan sistem hardware atau software ke yang lainnya.
i. Reusability, tingkat dimana suatu program (bagian dari suatu program) dapat digunakan kembali dalam aplikasi lain.
j. Interoperability, usaha yang dibutuhkan untuk menghubungkan suatu sistem ke sistem lain.
2.6 Kependudukan
Kependudukan atau demografi berasal dari kata yunani demos-penduduk dan grafien-tulisan atau dapat diartikan tulisan tentang kependudukan adalah studi ilmiah tentang jumlah, persebaran dan komposisi kependudukan serta bagaimana
(40)
ketiga faktor tersebut berubah dari waktu ke waktu. Ilmu demografi juga ada yang bersifat kuantitatif dan ada yang bersifat kualitatif.
Dalam mempelajari demografi tiga komponen terpenting yang perlu diperhatikan adalah cacah kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan migrasi. Sedangkan dua faktor penunjang lainnya yang penting ialah mobilitas sosial dan tingkat perkawinan. Ketiga komponen pokok dan dua faktor penunjang kemudian digunakan sebagai variabel (perubah) yang dapat menerangkan hal ihwal tentang jumlah dan distribusi penduduk pada tempat tertentu, tentang pertumbuhan masa lampau dan persebarannya. Tentang hubungan antara perkembangan penduduk dengan berbagai variabel (perubah) sosial, dan tentang prediksi pertumbuhan penduduk di mana mendatang dan berbagai kemungkinan akibat-akibatnya berbagai macam informasi tentang kependudukan sangant berguna bagi berbagai pihak di dalam masyarakat.
2.7 Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)
SIAK adalah Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, yaitu suatu sistem informasi yang disusun berdasarkan prosedur-prosedur dan memakai standarisasi khusus yang bertujuan menata sistem administrasi kependudukan sehingga tercapai tertib administrasi di bidang kependudukan. Administrasi kependudukan meliputi pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
Tujuan adanya SIAK adalah:
(41)
b. Database kependudukan dapat diintegrasikan untuk kepentingan lain (statistik, pajak, imigrasi, dan lain-lain),
c. Sistem SIAK terintegrasi (RT/RW, Kelurahan, Kecamatan, Pendaftaran Penduduk, Catatan Sipil, dan lain-lain),
d. Standarisasi Nasional
1. Nomor Pengenal Tunggal (NIK)
2. Blangko Standar Nasional (KK, KTP, Buku, Registrasi, Akta Capil) 3. formulir-formulir Standar Nasional (termasuk kodefikasinya)
Implementasi SIAK online, yang telah diatur dalam Keputusan Presiden (Keppres) No 88/2004 tentang pengelolaan kependudukan dan permendagri No 18/2005 tentang administrasi kependudukan.
Pada hakekatnya bahwa upaya tertib dokumen kependudukan atau tertib administrasi kependudukan tidak sekedar pengawasan terhadap pengadaan blangko-blangko yang dipersyaratkan dalam penerbitan dokumen, tapi hendaknya harus tersistem, konkrit dan pragmatis. Artinya mudah dipahami oleh penduduk dan diyakini bermakna secara hukum berfungsi melindungi, mengakui atau mengesahkan status kependudukan atau peristiwa vital (vital event) yang dialami penduduk, sehingga dibutuhkan oleh penduduk karena dapat memudahkan atau melancarkan urusannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain dokumen kependudukan memiliki insentif/benefit bagi penduduk atau pemegang dokumen.
(42)
E-KTP atau KTP Elektronik adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem keamanan/pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada database kependudukan nasional.
Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup. nomor NIK yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya (Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Adminduk).
Proyek e-KTP dilatar belakangi oleh sistem pembuatan KTP konvensional di Indonesia yang memungkinkan seseorang dapat memiliki lebih dari satu KTP. Hal ini disebabkan belum adanya basis data terpadu yang menghimpun data penduduk dari seluruh Indonesia. Fakta tersebut memberi peluang penduduk yang ingin berbuat curang terhadap negara dengan menduplikasi KTP-nya. Beberapa di antaranya digunakan untuk hal-hal berikut:
1. Menghindari pajak
2. Memudahkan pembuatan paspor yang tidak dapat dibuat di seluruh kota 3. Mengamankan korupsi
4. Menyembunyikan identitas (misalnya oleh para teroris)
Penggunaan sidik jari e-KTP lebih canggih dari yang selama ini telah diterapkan untuk SIM (Surat Izin Mengemudi). Sidik jari tidak sekedar dicetak
(43)
dalam bentuk gambar (format jpeg) seperti di SIM, tetapi juga dapat dikenali melalui chip yang terpasang di kartu. Data yang disimpan di kartu tersebut telah dienkripsi dengan algoritma kriptografi tertentu. Proses pengambilan sidik jari dari penduduk sampai dapat dikenali dari chip kartu adalah sidik jari yang direkam dari setiap wajib KTP adalah seluruh jari (berjumlah sepuluh), tetapi yang dimasukkan datanya dalam chip hanya dua jari, yaitu jempol dan telunjuk kanan.
Bantuan bagi rakyat miskin bisa disampaikan dengan efektif dan mengurangi/menghilangkan penyalahgunaan identitas, perbankan bisa memanfaatkannya untuk verifikasi calon nasabah atau pengajuan kredit, pemilu bisa berjalan lebih jujur dan adil karena data kependudukan sudah valid, dan berbagai manfaat yang lain.
Kartu identitas elektronik telah banyak digunakan di negara-negara di Eropa antara lain Austria, Belgia, Estonia, Italia, Finlandia, Serbia, Spanyol dan Swedia, di Timur Tengah yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir dan Maroko, dan di Asia yaitu India dan China.
Gamawan Fauzi selaku Menteri Dalam Negeri membeberkan keunggulan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) yang akan diterapkan di Indonesia, dibandingkan dengan e-KTP yang diterapkan di RRC dan India. Gamawan menyebut, e-KTP di Indonesia lebih komprehensif.
Di RRC, Kartu e-ID tidak dilengkapi dengan biometrik atau rekaman sidik jari. Di sana, e-ID hanya dilengkapi dengan chip yang berisi data perorangan yang terbatas. Sedang di India, sistem yang digunakan untuk pengelolaan data
(44)
kependudukan adalah sistem UID (unique Identification), yang di Indonesia namanya NIK (Nomor Induk Kependudukan).
E-KTP bukan semata kartu penduduk dengan smart card berisi data nama, foto, dan data kependudukan lainnya. Komponen teknologinya tidak hanya teknologi chip dan smart card. Itu baru satu sisi saja. Tetapi di sisi lain, ada teknologi biometrik yang mampu membersihkan database kependudukan, sedemikian hingga data yang direkam di dalam chip tersebut adalah tunggal. Apakah ini saja cukup ? Masih belum. Apa gunanya data penduduk yang valid direkam dalam chip kalau masih bisa di hack. Karena itu ada teknologi security yang melindungi data tersebut.
Autentikasi Kartu Identitas (e-ID) telah menggunakan biometrik yaitu verifikasi dan validasi sistem melalui pengenalan karakteristik fisik atau tingkah laku manusia. Ada banyak jenis pengamanan dengan cara ini, antara lain sidik jari (fingerprint), retina mata, DNA, bentuk wajah, dan bentuk gigi. Pada e-KTP, yang digunakan adalah sidik jari. Sidik jari dipilih sebagai autentikasi untuk e-KTP karena alasan berikut:
1. Biaya paling murah, lebih ekonomis daripada biometrik yang lain,
2. Bentuk dapat dijaga tidak berubah karena gurat-gurat sidik jari akan kembali ke bentuk semula walaupun kulit tergores,
3. Unik, tidak ada kemungkinan sama walaupun orang kembar.
E-KTP dilindungi dengan keamanan pencetakan seperti relief text,
microtext, filter image, invisible ink dan warna yang berpendar di bawah sinar
(45)
standar internasional NISTIR 7123 dan Machine Readable Travel Documents
ICAO 9303 serta EU Passport Specification 2006. Bentuk KTP elektronik sesuai dengan ISO 7810 dengan form factor ukuran kartu kredit yaitu 53,98 mm x 85,60 mm.
Struktur e-KTP terdiri atas sembilan layer yang akan meningkatkan pengamanan dari KTP konvensional. Chip ditanam di antara plastik putih dan transparan pada dua layer teratas (dilihat dari depan). Chip ini memiliki antena didalamnya yang akan mengeluarkan gelombang jika digesek. Gelombang inilah yang akan dikenali oleh alat pendeteksi e-KTP sehingga dapat diketahui apakah KTP tersebut berada di tangan orang yang benar atau tidak.
Gambar 2.3 e-KTP
Untuk menciptakan e-KTP terdiri atas sembilan layer, tahap pembuatannya cukup banyak:
(46)
2. Pick and pressure, yaitu menempatkan chip di kartu
3. Implanter, yaitu pemasangan antenna (pola melingkar berulang menyerupai spiral)
4. Printing, yaitu pencetakan kartu
5. Spot welding, yaitu pengepresan kartu dengan aliran listrik 6. Laminating, yaitu penutupan kartu dengan plastik pengaman
2.9 Populasi dan Sampel
Populasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “population” yang berarti
jumlah penduduk. Dalam metode penelitian, kata populasi amat popular dipakai untuk menyebutkan serumpun/sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa sikap hidup dan sebagainya. Sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2006).
Jenis populasi terbagi dua, yaitu:
1. Populasi finit, artinya jumlah individu ditentukan.
2. Populasi infinit, artinya jumlah individu tidak terhingga atau tidak diketahui dengan pasti.
Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data, di mana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menetukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi.
(47)
2.9.1 Teknik Pengambilan Sampel
Dalam pengambilan sampel dari suatu populasi dapat dibedakan menjadi dua kategori teknik pengambilan sampel, seperti yang terdapat dalam Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Kategori Sampel (Siregar, 2013)
a. Probability Sampling
Merupakan metode sampling yang setiap anggota populasi memiliki peluang sama untuk terpilih sebagai sampel.
1. Sampel Random Sederhana (Simple random sampling)
Simple random sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota yang ada dalam suatu populasi untuk dijadikan sampel.
2. Strata sampel (stratified sampling) Kategori Sampling
Probability Sampling Nonprobability Sampling
1. Simple Random Sampling 2. Stratified Sampling
Proporsinal
Disproporsional 3. Cluster Sampling 4. Double Sampling
1. Convenience Sampling 2. Purposive Sampling 3. Judgement Sampling 4. Quota Sampling 5. Snowball Sampling
(48)
stratified sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan populasi yang memiliki strata atau tingkatan dan setiap tingkatan memiliki karakteristik sendiri. Karena jumlah populasi pada setiap strata tidak sama, maka dalam pelaksanaanya dibagi dua jenis, yaitu:
a. Proporsional, jumlah sampel yang diambil dari setiap strata sebanding, sesuai dengan proporsi ukurannya.
b. Disproporsional, jumlah sampel yang diambil dari setiap strata jumlahnya sama tidak sebanding dengan jumlah populasi dengan proporsi sampel di setiap strata.
c. Cluster sampling, teknik penarikan sampel dengan menggunaka metode ini adalah populasi dibagi dulu atas kelompok berdasarkan area atau cluster, lalu beberapa cluster dipilih sebagai sampel dari
cluster tersebut bisa diambil seluruhnya atau sebagian saja untuk dijadikan sampel, anggota populasi di setiap cluster tidak perlu homogen. Sampel ditarik dengan teknik kombinasi antara stratified sampling dan cluster sampling.
d. Sampel ganda (double sample), double sample sering juga disebut dengan istilah sequential sampling (sampel berjenjang) dan
multiphase-sampling (sampel multi tahap).
b. Non probability Sampling
Non probability Sampling, setiap unsur yang terdapat dalam populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan probabilitas anggota tertentu untuk terpilih tidak diketahui. Pemilihan unit
(49)
sampling didasarkan pada pertimbangan atau penilaian subjektif dan tidak pada penggunaan teori probabilitas.
1. Convenience sampling
Convenience sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja, anggota populasi yang ditemui peneliti dan bersedia menjadi responden untuk dijadikan sampel atau peneliti memilih orang-orang yang terdekat saja.
2. Purposive sampling
Merupakan metode penetapan responden untuk dijadikan sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu.
3. Quota sampling
Merupakan metode penetapan sampel dengan menentukan quota terlebih dahulu pada masing-masing kelompok, sebelum quota masing-masing kelompok terpenuhi maka penelitian belum dianggap selesai.
4. Snowball sampling
Adalah teknik pengambilan sampel yang pada mulanya jumlahnya kecil tapi makin lama makin banyak, berhenti sampai informasi yang didapatkan dinilai telah cukup. Teknik ini baik untuk diterapkan jika calon responden sulit untuk identifikasi.
2.9.2 Teknik Menentukan Ukuran Sampel
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam menetukan ukuran sampel dari suatu populasi, antara lain (Siregar, 2013):
(50)
a. Teknik Solvin
(2.5)
Keterangan:
N = besarnya populasi
n = besarnya sampel
= Perkiraan tingkat kesalahan.
b. Jumlah Populasi Tidak Diketahui
Pendekatan Isac Michel
( ) (2.6)
Keterangan: = sampel
= proporsi populasi = 1- p
= tingkat kepercayaan/signifikan = margin of error
2.10 Uji Validitas dan Reliabilitas 2.10.1 Uji validitas
(51)
Menurut Azwar (2003), validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsiukurnya.
Uji validitas dengan mengukur korelasi antara variabel dengan total skor variabel. Cara mengukur validitas konstruk salah satunya yaitu dengan mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi “product moment” (Singarimbun, dkk 1989),
yakni :
√ (2.7)
Keterangan:
r = Korelasi product momen n = Jumlah responde
X = Skor pertanyaan (jawaban responden) Y = Skor total seluruh pertanyaan
XY = Skor pertanyaan dikali skor total
Kriteria validasi suatu pertanyaan dapat ditentukan jika:
r hitung > r table, maka pertanyaan yang diajukan dinyatakan valid. r hitung < r table, maka pertanyaan yang diajukan dinyatakan tidak
valid.
Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberi hasil ukur
(52)
yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sebaliknya tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah (Azwar, 2003). Suatu item skala
dikatakan valid apabila korelasi Pearson yang didapatkan ≥ 0,3 (Hasan, 2002).
Adapun perhitungan validitas skala penelitian ini dilakukan dengan bantuan komputer melalui program apikasi SPSS versi 16.0.
2.10.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas diartikan sebagai stabilitas bilamana tes itu diujikan dan hasilnya diadakan analisis reliabilitas dengan menggunakan kriteria internal dalam tes tersebut. Cara untuk mengetahui koefisien reliabilitas ini adalah dengan beberapa rumus yang seluruhnya cukup menggunakan satu tes dengan sekali uji. Untuk menentukan koefisien reliabilitas tes menggunakan teknik Alpha Cronbach
(Suherman, 2003). Tahapan perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach, yaitu :
a. Membuat tabel penolong
b. Menghitung nilai varian setiap butir pertanyaan
∑ ∑
(2.8)
c. Menghitung total nilai varian
Menjumlahkan seluruh hasil yang didapat dari perhitungan nilai varian setiap butir pertanyaan.
(53)
∑ ∑
(2.9)
e. Menghitung nilai reliabilitas instrumen
(2.10)
Keterangan:
= Jumlah sampel
= Jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan ∑ = Total jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan
= Varian total
= Jumlah varian butir = Jumlah butir pertanyaan
= Koefisien reliabilitas instrumen
Menurut Azwar (2003) reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata
reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability, atau dengan kata lain reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah (Azwar, 2003).
(54)
Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekatiangka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2000). Adapun norma reliabilitas yang dijelaskan oleh Guilford di antaranya:
Tabel 2.1 Kriteria Reliabilitas (Azwar, 2000)
Kriteria Koefisien Reliabilitas
Sangat Reliabel > 0,9
Reliabel 0,7 – 0,9
Cukup Reliabel 0,4 – 0,7 Kurang Reliabel 0,2 – 0,4 Tidak Reliabel < 0,2
Pada penelitian ini, pengukuran uji reliabilitas skala menggunakan uji
Statistic Alpha Cronbach dengan menggunakan program aplikasi SPSS versi 16.0.
2.11 Regresi Linier Berganda
Analisis regresi merupakan salah satu teknik analisis data dalam statistika yang seringkali digunakan untuk mengkaji hubungan antara beberapa variabel dan
(55)
pertama kali dikemukakan oleh Sir Francis Galton (1822-1911), seorang antropolog dan ahli meteorologi terkenal dari Inggris. Dalam makalahnya yang
berjudul “Regression towards mediocrity in hereditary stature”, yang dimuat
dalam Journal of the Anthropological Institute, volume 15, hal. 246-263, tahun 1885. Galton menjelaskan bahwa biji keturunan tidak cenderung menyerupai biji induknya dalam hal besarnya, namun lebih medioker (lebih mendekati rata-rata) lebih kecil daripada induknya kalau induknya besar dan lebih besar daripada induknya kalau induknya sangat kecil (Draper dan Smith, 1992). Dalam mengkaji hubungan antara beberapa variabel menggunakan analisis regresi, terlebih dahulu peneliti menentukan satu variabel yang disebut dengan variabel tidak bebas dan satu atau lebih variabel bebas. Jika ingin dikaji hubungan atau pengaruh satu variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, maka model regresi yang digunakan adalah model regresi linier sederhana. Kemudian Jika ingin dikaji hubungan atau pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, maka model regresi yang digunakan adalah model regresi linier berganda (multiple linear regression model). Kemudian untuk mendapatkan model regresi linier sederhana maupun model regresi linier berganda dapat diperoleh dengan melakukan estimasi terhadap parameter-parameternya menggunakan metode tertentu.
Rumus regresi linier berganda
(2.11)
Keterangan :
(56)
= Variabel bebas pertama = Variabel bebas kedua = Variabel bebas ketiga = Variabel bebas
dan serta = konstanta
2.11.1 Asumsi-Asumsi Model Regresi Linier Berganda
Menurut Gujarati (2003) asumsi-asumsi pada model regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
1. Model regresinya adalah linier dalam parameter. 2. Nilai rata-rata dari error adalah nol.
3. Variansi dari error adalah konstan (homoskedastik). 4. Tidak terjadi autokorelasi pada error.
5. Tidak terjadi multikolinieritas pada variabel bebas. 6. Error berdistribusi normal.
2.11.2 Uji Hipotesis
Istilah hipotesis berasal dari bahasa Yunani yang memmpunyai dua kata
“hupo” (sementara) dan “thesis” (pernyataan atau teori). Karena hipotesis
merupakan pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya, maka perlu diuji kebenrannya. Kemudian para ahli menafsirkan arti hipotesis adalah dugaan terhadap hubungan antara dua variabel atau lebih. Atas dasar definisi tersebut
(57)
dapat diartikan bahwa hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji kebenarannya.
Menurut bentuknya hipotesis dibagi menjadi tiga:
a. Hipotesis penelitian/kerja (Ha)
Hipotesis penelitian merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji. Dalam hipotesis ini, peneliti menganggap benar hipotesisnya, yang kemudian akan dibuktikan secara empiris melalui pengujian hipotesis dengan mempergunakan data yang diperoleh selama melakukan penelitian.
b. Hipotesis operasional (Ho)
Hipotesis operasional merupakan hipotesis yang bersifat objektif. Artinya peneliti merumuskan hipotesis tidak semata-mata berdasarkan anggapan dasarnya, tetapi juga berdasarkan objektifitasnya, bahwa hipotesis penelitian yang dibuat belum tentu benar setelah diuji dengan menggunakan data yang ada. Untuk itu peneliti melakukan hipotesis pembanding yang bersifat objektif dan netral atau secara teknis disebut hippotesis nol (Ho). Hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis yang menyatak ketidak benaran dari suatu fenomena, atau menyatakan tidak ada hubungan antara dua variabel atau lebih.
Ho digunakan untuk memberikan keseimbangan pada hipotesis penelitian, karena pada peneliti meyakini dalam pengujian nanti benar atau salahnya hipotesis penelitian tergantung dari bukti-bukti yang diperoleh selama
(58)
melakukan penelitian. Contohnya, tidak ada hubungan antara tingkat pengangguran dengan tingkat kriminalitas.
c. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik merupakan jenis hipotesis yang dirumuskan dalam bentuk notasi statistik. Hipotesis ini dirumuskan berdasarkan pengamatan peneliti terhadap populasi dalam bentuk angka-angka (kuantitatif). Misalnya : Ho;r=0 atau Ha;p=0.
Jenis Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Deskriptif
Hipoptesis deskriptif, yaitu hipotesis yang tidak membandingkan dan menghubungkan dengan variabel lain, atau hipotesis yang dirumuskan untuk menggambarkan suatu fenomena, atau hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan taksiran.
2. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif adalah hipotesis yang dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang bersifat membedakan atau membandingkan antara satu dengan data lainnya.
3. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif adalah hipotesis yang dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang bersifat hubungan/pengaruh. Sedangkan menurut sifat hubungannya, hipotesis ini dibagi 3 jenis, yaitu:
(59)
a. Hipotesis hubungan Simetris
Adalah hipotesis yang menyatakan hubungan bersifat kebersamaan antara dua variabel atau lebih, tetapi tidak menunjukan hubungan sebab akibat.
b. Hipotesis hubungan sebab akibat
Adalah hipotesis yang menyatakan hubungan yang bersifat sebab akibat antara dua variabel atau lebih.
c. Hipotesis hubungan interaktif
Adalah hipotesis hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat saling mempengaruhi.
2.12 SPSS (Statistical Program for Social Science)
Menurut Rahayu (2004), SPSS (Statistical Program for Social Science) merupakan paket program aplikasi computer untuk menganalisis data statistic, terutama analisis statistic untuk ilmu-ilmu sosial. Paket program SPSS dapat memakai hamper dari seluruh tipe file data dan menggunakannya untuk membuat laporan berbentuk tabulasi, chart (grafik), plot (diagram) dari berbagai distribusi, statistika diskriptif dan analisis statistic yang kompleks.
SPSS pertama kali dikembangkan sekitar tahun 1960 sebagai perangkat lunak untuk sistem statistik pada komputer mainframe oleh Norman H. Nie, C. Hadlay dan Dale Bent dari Stanford University. Pada tahun 1984 dikeluarkan SPSS/PC+ untuk personal computer (PC), sedangkan untuk versi windows,
(60)
sampai tahun 1999, SPSS mengakuisisi beberapa perusahaan sehingga menambah daya saingnya.
Dari berbagai ragam perangkat lunak yang ada, SPSS dapat dijadikan pilihan karena banyak fasilitas yang dapat menangani berbagai persoalan statistik, tampilannya user friendly, dan merupakan terobosan baru berkaitan dengan perkembangan teknologi informasi khususnya e-business. Dalam hal ini SPSS telah dilengkapi dengan fasilitas OLAP (Online Analytical Processing).
Pada tahun 2000, SPSS banyak digunakan dalam memberikan solusi analisis atas keinginan pelanggan karena dapat memprediksikan apa yang mereka inginkan untuk dikerjakan. SPSS dapat memberikan solusi dalam berbagai bidang, diantaranya yaitu analisis pemasaran, pelanggan dan data operasional, telekomunikasi, kesehatan, perbankan, lembaga keuangan, asuransi, ritel, penelitian pemasaran, sektor publik dan barang-barang konsumtif.
(61)
46
Metode yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas dua metode, yang pertama metode pengumpulan data yaitu melakukan studi literatur dengan melihat penelitian sejenis untuk mencari kelebihan terhadap penelitian yang peneliti lakukan sekarang dari penelitian yang sudah ada. Lalu observasi melakukan pengamatan secara langsung terhadap seluruh Kecamatan di Kota Tangerang Selatan yang menjadi tempat penelitian, dan melakukan wawancara terhadap orang yang bergerak dalam program e-KTP. Kedua, metode analisis data menggunakan model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology
(UTAUT). Lalu pembuatan kuesioner berdasarkan metode UTAUT, setelah itu pengumpulan sampel dan pelaksanaan kuesioner. Untuk mengolah data dari hasil kuesioner peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas lalu melakukan pengujian regresi linear untuk mengukur pengaruh antar variabel yang terdapat dalam konstruksi UTAUT.
3.1 Metode Pengumpulan Data 3.1.1 Studi Literatur
Penulis membaca dan memahami penelitian-penelitian yang berhubungan dengan penelitian. Adapun peneliti membaca 3 buku referensi, 10 jurnal, 11 link. Studi literatur adalah studi yang dilakukan dengan menggunakan literatur sebagai objek kajiannya. Tujuan dilaksanakan studi literatur adalah sebagai sumber
(62)
informasi dan pembanding pada penelitian yang akan dibuat. Sumber-sumber yang dapat dijadikan studi literatur antara lain buku, jurnal dan artikel yang terkait dengan penelitian yang akan di teliti
Adapun sumber literatur yang digunakan sebagai sumber informasi seperti yang terdapat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.1 Penelitian Sejenis 1 Peneliti Novan Raditya.
Judul Penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Teknologi E-Procurement Dengan Pendekatan Model UnifiedTheory Of Acceptance And Use Of Technology (UTAUT) (Studi Kasus Pada Panitia Pengadaan Instansi Pemerintah Jawa Tengah).
Tahun Penelitian 2011.
Model Penelitian Unified Theory Of Acceptance And Use Of Technology (UTAUT).
Tool Partial Least Square (PLS).
Kelebihan Data yang dihasilkan termasuk lengkap.
Kekurangan Tool yang digunakan bukan spss sehingga tidak umum untuk penelitian lain.
Hasil Melihat dari kelebihan dan kekurangan menurut saya Tool yang harus digunakan adalah spss agar
(63)
umum untuk penelitian lain.
2 Peneliti Muhammad Nasir.
Judul Penelitian Evaluasi Penerimaan Teknologi Informasi Mahasiswa Di Palembang Menggunakan Model UTAUT.
Tahun Penelitian 2013.
Model Penelitian Unified Theory Of Acceptance And Use Of Technology (UTAUT).
Tool SPSSversi 17.0
Kelebihan Penelitian yang dilakukan mudah dipahami dan pantas untuk dijadikan studi literature bagi penelitian lain.
Kekurangan Karena terlalu mudah dipahami sehingga penelitiannya terkesan terlalu simpel.
Hasil Melihat dari kelebihan dan kekurangan menurut saya permasalahan yang di angkat dalam penelitian terlalu simpel.
3 Peneliti Agung Nugroho Saputro
Judul Penelitian ANALISIS PERSEPSI PENERAPAN SISTEM INFORMASI PADA PT. UPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM)
(64)
Tahun Penelitian 2010.
Model Penelitian TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM)
Tool SPSS
Kelebihan Penelitian nya lebih cepat dalam pengerjaannya karena menggunakan metode TAM.
Kekurangan Masih menggunakan model TAM yang dirasa kurang lengkap dalam menjelaskan penerimaan pengguna teknologi informasi.
Hasil Melihat dari kelebihan dan kekurangan menurut saya meskipun lebih cepat dalam pengerjaannya tapi metode yang digunakan dirasa kurang lengkap dalam menjelaskan pengguna teknologi informasi.
4 Peneliti Sutanto Halim Pranata
Judul Penelitian ANALISIS HUBUNGAN MULTI CHANNEL LEARNING DENGAN INDEKS PRESTASI MAHASISWA MENGGUNAKAN VARIABEL UTAUT DAN ANALISIS LINTASAN (STUDI KASUS : BINA NUSANTARA)
Tahun Penelitian 2008
Model Penelitian Unified Theory Of Acceptance And Use Of Technology (UTAUT).
(65)
Tool SPSS
Kelebihan Pengolahan data simpel dan cepat.
Kekurangan Kurang pengelompokan dalam variabel UTAUT. Hasil Melihat dari kelebihan dan kekurangan menurut
sayadalam pengolahan data termasuk simpel dan cepat tapi kurang pengelompokan dalam variable UTAUT.
5 Peneliti Tri Suci Gandawati
Judul Penelitian ANALISIS PROSES ADOPSI ELECTRONIC
PAYMENT SYSTEM DENGAN
MENGGUNAKAN UTAUT MODEL
(Studi pada Sistem Pembayaran Online Kaspay di Kaskus)
Tahun Penelitian 2012.
Model Penelitian Unified Theory Of Acceptance And Use Of Technology (UTAUT).
Tool SPSS
Kelebihan Penjelasan hasil olahan data tergolong lengkap. Kekurangan Variabel tidak dimodifikasi.
Hasil Melihat dari kelebihan dan kekurangan menurut saya penjelasan hasil olahan data tergolong lengkap tapi variabel tidak dimodifikasi.
(66)
3.1.2 Observasi
Dalam tahap ini dilakukan peninjauan langsung pada bulan Juni 2013 pada 7 Kecamatan di Kota Tangerang Selatan dalam rangka untuk pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, adapun hasil observasi yang didapat:
1. Peneliti dapat mengetahui sistem yang berjalan tentang bagaimana proses perekaman hingga pembagian KTP Elektronik di seluruh kecamatan yang ada di Kota Tangerang Selatan.
2. Peneliti dapat mengetahui permasalahan terkait dengan belum ada yang bisa memberikan hasil evaluasi sejauh mana user acceptance dapat menerima dan memahami teknologi E-KTP hingga dapat mengetahui tingkat kesuksesan program E-KTP di Indonesia.
3.1.3 Wawancara
Metode ini dilakukan untuk membantu mencari informasi yang berkaitan dengan jalannya pogram E-KTP di Kota Tangerang Selatan. Dalam hal ini wawancara dilakukan pada bulan Agustus 2013 kepada Novy Achmad Haryadi Tamher, SH. Selaku KASI pengolahan data dan jaringan komunikasi di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang Selatan. Dari hasil wawancara tersebut, dikumpulkan data penduduk dan informasi berupa cara kerja aplikasi E-KTP serta fungsi-fungsi E-E-KTP, dan juga permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan perekaman E-KTP.
(67)
3.2.1 Model UTAUT
Model UTAUT yang digunakan dalam penelitian ini adalah model UTAUT yang telah dimodifikasi, karena dianggap sesuai dengan penelitian kali ini.
Gambar 3.1 Model UTAUT
Penelitian ini tidak menggunakan variabel moderator yaitu jenis kelamin (gender) dan usia (age), karena e-KTP wajib dimiliki laki-laki dan perempuan mulai umur 17 tahun, sedangkan experience dan voluntariness of use tidak digunakan karena e-KTP baru diterapkan pertama kali dan e-KTP merupakan program dari pemerintah sehingga pemilik e-KTP berada dalam kondisi yang setara dalam experience dan voluntariness of use.
(68)
3.2.2 Pembuatan Kuesioner
Pada penelitian ini terdapat 19 pertanyaan yang dibuat berdasarkan model UTAUT. Pertanyaan disesuaikan dengan variabel-variabel yang terdapat dalam metode UTAUT.
3.2.3 Pengumpulan Sampel dan pelaksanaan kuesioner
Peneliti melakukan pengamatan langsung lalu menyebarkan kuesioner kepada objek yang diteliti dan dalam melakukan penyebaran kuesioner peneliti menggunakan teknik cluster sampling dan convience sampling lalu untuk mengetahui jumlah sampel yang tepat peneliti menggunakan persamaan 2.1.
3.2.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Sebelum masuk pengujian regresi berganda peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas, untuk mendapatkan data yang yang valid dan reliable sehingga bisa diolah untuk langkah selanjutnya, yaitu uji regresi berganda.
Dalam pengujian validitas digunakan taraf signifikan 0.05, artinya suatu item dikatakan valid apabila berkorelasi signifikan terhadap skor total. Sedangkan reabilitas pada penelitian ini peneliti menggunakan rumus Alpha Cronbach
sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab 2. Namun demikian agar lebih memudahkan dan menghindari human error maka dipergunakanlah perangkat lunak SPSS 16.0.
(69)
Peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda dan penghitungannya dibantu dengan menggunakan software SPSS 16.0. Teknik analisis regresi berganda ini dapat digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari performance expectancy, social influence, facilitating conditions,
dan perceived credibility terhadap intention to use.
3.3 Kerangka Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan pada sub bab sebelumnya, maka dapat dibuat suatu rangkaian kerangka konseptual yang akan digunakan sebagai penuntun, alur pikir dan dasar dari penelitian. Kerangka penelitian tersebut ditunjukan Gambar 3.2.
(70)
(71)
(72)
56
4.1 Gambaran umum Kota Tangerang Selatan 4.1.1 Sejarah Kota Tangerang Selatan
Provinsi Banten yang memiliki luas wilayah ± 9.662,92 km² dengan penduduk pada tahun 2007 berjumlah 9.245.075 jiwa, terdiri atas 4 (empat) kabupaten dan 3 (tiga) kota, perlu memacu peningkatan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka memperkukuh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kabupaten Tangerang yang mempunyai luas wilayah ± 1.159,05 km² dengan penduduk pada tahun 2007 berjumlah 3.315.584 jiwa, terdiri atas 36 (tiga puluh enam) kecamatan. Kabupaten tersebut memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk mendukung peningkatan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Dengan luas wilayah dan besarnya jumlah penduduk seperti tersebut, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat belum sepenuhnya terjangkau.Kondisi demikian perlu diatasi dengan memperpendek rentang kendali pemerintahan melalui pembentukan daerah otonom baru sehingga pelayanan publik dapat ditingkatkan guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Dengan memperhatikan aspirasi masyarakat yang dituangkan dalam Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 28 Tahun 2006 tanggal 27 Desember 2006 tentang persetujuan pembentukan Kota Tangerang Selatan, Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
(73)
Tangerang Nomor 13 tahun 2007 tanggal 4 Mei 2007 tentang persetujuan Penetapan Batas Wilayah dan Belanja Operasional dan Pemiliharaan kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Surat Bupati Tangerang Nomor 135/088 Binwil/2007 tanggal 30 Januari 2007 perihal Persetujuan Pembentukan Daerah, Keputusan Bupati Tangerang Nomor 130/Kep.149-Huk/2007 tanggal 19 Februari 2007 tentang Persetujuan Pembentukan Kota Tangerang Selatan, Surat Bupati Tangerang Nomor 137/530 Binwil-2007 tanggal 15 Maret 2007 perihal Usul Pembentukan Daerah Otonom, Keputusan Bupati Tangerang Nomor 130/Kep.239-Huk/2007 tanggal 7 Mei 2007 tentang Belanja Operasional dan Pemiliharaan untuk Pemerintahan Kota Tangerang Selatan, Keputusan Bupati Tangerang Nomor 130/Kep.380-Huk/2007 tanggal 6 Agustus 2007 tentang Penetapan Batas Wilayah Kota Tangerang Selatan, Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 23 Januari 2007 tentang Persetujuan ditetapkannya Ex Kantor Kewedanaan Ciputat menjadi Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Selatan, Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten Nomor 161.1/Kep-DPRD/18/2007 tanggal 21 Mei 2007 tentang Persetujuan Pembentukan Kota Tangerang Selatan, Surat Gubernur Banten Nomor 135/1436-Pem/2007 tanggal 25 Mei 2007 perihal Usulan Pembentukan Kota Tangerang Selatan, Keputusan Gubernur Banten Nomor 125.3/Kep.353-Huk/2007 tanggal 25 Mei 2007 tentang Persetujuan Pembentukan Kota Tangerang Selatan, Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 tahun 2007 tanggal 4 Mei 2007 tentang Persetujuan Penetapan Batas Wilayah dan Belanja Operasional dan Pemiliharaan
(74)
Kepada Kota Tangerang Selatan, Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten Nomor 161.1/Kep-DPRD/09/2008 tanggal 7 Juli 2008 tentang Persetujuan Pemberian Bantuan Dana Untuk Penyelenggaraan Pemerintahan Calon Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten Nomor 161.1/Kep-DPRD/10/2008 tanggal 7 Juli 2008 tentang Persetujuan Pemberian Bantuan Dana Untuk Penyelenggaraan Pemilihan Umum Pertama Walikota dan Wakil Walikota Calon Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten Nomor 161.1/Kep-DPRD/11/2008 tanggal 7 Juli 2008 tentang Persetujuan Nama Calon Kota, Batas Wilayah Kota dan Cakupan Wilayah Kota Calon Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten Nomor 161.1/Kep-DPRD/12/2008 tanggal 7 Juli 2008 tentang Persetujuan Penggunaan Gedung Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Serpong Kabupaten Tangerang Untuk Fasilitas Kantor Calon Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, dan Keputusan Gubernur Banten Nomor 011/Kep.301-No. 4935 (Penjelasan Atas Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 188) Huk/2008 tanggal 17 Juli 2008 tentang Persetujuan Penggunaan Gedung Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Serpong Kabupaten Tangerang Untuk Fasilitas Kantor Calon Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten.
Berdasarkan hal tersebut Pemerintah telah melakukan pengkajian secara mendalam dan menyeluruh mengenai kelayakan pembentukan daerah dan berkesimpulan bahwa perlu dibentuk Kota Tangerang Selatan. Pembentukan Kota Tangerang Selatan yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang, terdiri
(75)
atas 7 (tujuh) kecamatan, yaitu Kecamatan Serpong, Kecamatan Serpong Utara, Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pamulang, dan Kecamatan Setu. Kota Tangerang Selatan memiliki luas wilayah keseluruhan ± 147,19 km² dengan penduduk pada tahun 2007 berjumlah ± 918.783 jiwa.
Dengan terbentuknya Kota Tangerang Selatan sebagai daerah otonom, Pemerintah Provinsi Banten berkewajiban membantu dan memfasilitasi terbentuknya kelembagaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan perangkat daerah yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, serta membantu dan memfasilitasi pelaksanaan pemindahan personel, pengalihan aset dan dokumen untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan publik dan mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat di Kota Tangerang Selatan.
Dalam melaksanakan otonomi daerah, Kota Tangerang Selatan perlu melakukan berbagai upaya peningkatan kemampuan ekonomi, penyiapan sarana dan prasarana pemerintahan, pemberdayaan dan peningkatan sumber daya manusia, serta pengelolaan sumber daya alam sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4.1.2 Visi dan Misi a. Visi
“TERWUJUDNYA KOTA MANDIRI, DAMAI, ASRI DAN SEJAHTERA”
(1)
75 0,1888 0,2242 0,2647 0,2919 0,3678
76 0,1876 0,2227 0,2630 0,2900 0,3655
77 0,1864 0,2213 0,2613 0,2882 0,3633
78 0,1852 0,2199 0,2597 0,2864 0,3611
79 0,1841 0,2185 0,2581 0,2847 0,3589
80 0,1829 0,2172 0,2565 0,2830 0,3568
81 0,1818 0,2159 0,2550 0,2813 0,3547
82 0,1807 0,2146 0,2535 0,2796 0,3527
83 0,1796 0,2133 0,2520 0,2780 0,3507
84 0,1786 0,2120 0,2505 0,2764 0,3487
85 0,1775 0,2108 0,2491 0,2748 0,3468
86 0,1765 0,2096 0,2477 0,2732 0,3449
87 0,1755 0,2084 0,2463 0,2717 0,3430
88 0,1745 0,2072 0,2449 0,2702 0,3412
89 0,1735 0,2061 0,2435 0,2687 0,3393
90 0,1726 0,2050 0,2422 0,2673 0,3375
91 0,1716 0,2039 0,2409 0,2659 0,3358
92 0,1707 0,2028 0,2396 0,2645 0,3341
93 0,1698 0,2017 0,2384 0,2631 0,3323
94 0,1689 0,2006 0,2371 0,2617 0,3307
95 0,1680 0,1996 0,2359 0,2604 0,3290
96 0,1671 0,1986 0,2347 0,2591 0,3274
97 0,1663 0,1975 0,2335 0,2578 0,3258
98 0,1654 0,1966 0,2324 0,2565 0,3242
99 0,1646 0,1956 0,2312 0,2552 0,3226
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)