Komposisi Minyak Goreng Proses Menggoreng Faktor-faktor Pemanasan yang Dapat Menyebabkan kerusakan miyak

Tabel. 2.1 Syarat Mutu Minyak Goreng KRITERIA UJI SATUAN SYARAT Keadaan bau, warna dan rasa - Normal Air bb Maks 0.30 Asam lemak bebas dihitung sebagai asam laurat bb Maks 0.30 Bahan Makanan Tambahan Sesuai SNI. 022-M dan Permenkes No. 722MenkesPerIX88 Cemaran Logam : - Besi Fe - Tembaga Cu - Raksa Hg - Timbal Pb - Timah Sn - Seng Zn Mgkg Mgkg Mgkg Mgkg Mgkg Mgkg Maks 1.5 Maks 0.1 Maks 0.1 Maks 40.0 Maks0.005 Maks 40.0250.0 Arsen As bb Maks 0.1 Angka Peroksida mg 02gr Maks 1 Sumber : Departemen Perindustrian SNI 01-3741-1995 Dalam kemasan kaleng

2.1.5. Komposisi Minyak Goreng

Semua minyak tersusun atas unit-unit asam lemak. Jumlah asam lemak alami yang telah diketahui ada dua puluh jenis asam lemak yang berbeda. Tidak ada satu pun minyak atau lemak tersusun atas satu jenis asam lemak, jadi selalu dalam bentuk Universitas Sumatera Utara campurandari banyak asam lemak. Proporsi campuran perbedaan asam-asam lemak tersebut menyebabkan lemak dapat berbentuk cair atau padat, bersifat sehat atau membahayakan kesehatan, tahan simpan, atau mudah tengik. Tabel 2.2. Komposisi Beberapa Asam Lemak dalam Tiga Minyak Nabati Asam Lemak Jumlah Atom C Minyak Sawit Minyak Inti Sawit Minyak Kelapa Asam Lemak Jenuh Oktanoat 8 - 2-4 8 Dekanoat 10 - 3-7 7 Laurat 12 1 41-55 48 Miristat 14 1-2 14-19 17 Palmitat 16 32-47 6-10 9 Stearat 18 4-10 1-4 2 Asam Lemak Tidak Jenuh : Oleat 18 38-50 10-20 6 Linoleat 18 5-14 1-5 3 Linolenat 18 1 1-5 - Sumber : Majalah Sasaran No.4, 1996 Universitas Sumatera Utara

2.1.6. Proses Menggoreng

Menurut Ketaren 2005 menyebutkan bahwa sistem menggoreng bahan pangan ada 2 macam, yaitu system: gangsa pan frying dan menggoreng biasa deep frying. 1. Proses Gangsa Pan Frying Proses gangsa pan frying dapat menggunakan minyak dengan titik asap yang lebih rendah, karena suhu pemanasan umumnya lebih rendah dari suhu pemanasan pada system deep frying. Cirri khas dari proses gangsa ialah, bahan pangan yang digoreng tidak sampai terendam dalam minyak. 2. Menggoreng Biasa Deep Frying Pada proses penggorengan dengan system deep frying, bahan pangan yang digoreng terendam dalam minyak dan suhu minyak dapat mencapai 200- 205 C. Sistem menggoreng deep frying, yang umumnya digunakan masyarakat Indonesia, dan juga pemakaian berulang minyak goreng, akan mengubah asam lemak tidak jenuh menjadi asam lemak trans, yang dapat meningkatkan kolesterol jahat dan menurunkan kolesterol baik.

2.1.7. Faktor-faktor Pemanasan yang Dapat Menyebabkan kerusakan miyak

1. Lamanya minyak kontak dengan panas Berdasarkan penelitian terhadap minyak jagung, pada pemanasan 10-12 jam pertama, bilangan iod berkurang dengan kecepatan konstan, sedangkan jumlah oksigen dalam lemak bertambah dan selanjutnya menurun setelah pemanasan 4 jam kedua berikutnya. Kandungan persenyawaan karbonil bertambah dalam Universitas Sumatera Utara minyak selama prose pemanasan, kemudian berkurang sesuai dengan berkurangnya jumlah oksigen. 2. Suhu Pengaruh suhu terhadap keruskan minyak telah diselidiki dengan menggunakan minyak jagung yang dipanaskan selama 24 jam pada suhu 120 , 160 dan 200 c. Minyak dialiri udara pada 150mlmenitkilo. Minyak yang dipanaskan pada suhu 160 dan 200 c menghasilkan bilangan peroksida lebih rendah dibandingkan dengan pemanasan pada suhu 120 C. Hal ini merupakan indikasi bahwa persenyawan peroksida bersifat tidak stabil terhadap panas. Kenaikan nilai kekentalan dan indek bias paling besar pada suhu 200 c, karena pada suhu tersebut jumlah senyawa polimer yang terbentuk relative cukup besar. 3. Akselerator Oksidasi Kecepatan aerasi juga memengang peranan penting dalam menentukan perubahan-perubahan selama oksidasi thermal. Nilai kekentalan naik secara proporsional dengan kecepatan aerasi, sedangkan bilangan iod semakin menurun dengan bertambahnya kecepatan aerasi. Konsentrasi persenyawaan karbonil akan bertambahn dengan penurunan kecepatan aerasi. Senyawa karbonil dalam lemak-lemak yang telah dipanaskan dapat berfungsi sebagai pro-oksidan atau sebagai akselerator pada proses oksidasi. Universitas Sumatera Utara 2.2. Minyak Goreng Berulang Kali 2.2.1. Pengertian Minyak Goreng Berulang Kali Minyak goreng berulang kali atau yang lebih dikenal dengan minyak jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya, dapat di gunakan kembali untuk keperluaran kuliner, akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan.Wikipedia, 2009 Dan bila dilihat dari segi bahaya penggunaanya, menurut penelitian yang dilakukan oleh Artika tahun 2009 menyebutkan bahwa minyak goreng berulang kali supaya tidak digunakan lebih dari 2 kali. Hal ini berkaitan dengan peningkatan kandungan asam lemak trans yang mulai mengalami peningkatan pada saat penggunaan yang kedua.

2.2.2 Akibat Penggunaan Minyak Goreng Berulang-kali

Menurut Ketaren 2005, tanda awal dari kerusakan minyak goreng adalah terbentuknya akrolein pada minyak goreng. Akrolein ini menyebabkan rasa gatal pada tenggorokan pada saat mengkonsumsi makanan yang digoreng menggunakan minyak goreng berulang kali. Akrolein terbentuk dari hidrasi gliserol yang membentuk aldehida tidak jenuh atau akrolein. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Menggunakan Minyak Goreng di Desa Orika Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2004

1 41 84

Karakteristik, Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penjual Gorengan tentang Penggunaan Minyak Goreng di Kawasan Kampus USU Medan pada Tahun 2011.

7 70 85

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Risiko Kehamilan Remaja di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.

2 38 69

Sikap Dan Tindakan Ibu Tentang Pemberian Pendidikan Seks Pada Remaja Putri Di Desa Tanjung Selamat Deli Serdang Tahun 2008

0 30 50

Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Tentang Penggunaan Dan Bahaya Insektisida Pada Rumah Tangga Dengan Keluhan Kesehatan Di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

5 38 91

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009

3 76 66

Hubungan Karakteristik Pengetahuan dan Sikap pada Ibu Rumah Tangga dan Pedagang dengan Penggunaan Kantong Plastik di Pasar Tradisional Firdaus Kecamatan Medan Tembung Tahun 2014

9 115 129

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGGUNAAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Rumah Tangga Dengan Penggunaan Garam Beryodium Di Desa Selo, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM DI Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Rumah Tangga Dengan Penggunaan Garam Beryodium Di Desa Selo, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.

0 2 12

PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG KOLESTEROL DAN PENGGUNAAN MINYAK JELANTAH (

1 1 8