Gambaran Umum Kota Pekanbaru

BAB III PERDA NO 05 TAHUN 2002 PEMDA KOTA PEKAN BARU DALAM

MENANGGULANGIN PEKERJA SEKS KOMERSIAL

A. Gambaran Umum Kota Pekanbaru

Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan yang pada saat itu dipimpin oleh seorang Kepala Suku disebut Batin. Daerah yang mulanya sebagai ladang, lambat laun menjadi perkampungan. Kemudian perkampungan Senapelan berpindah ke tempat pemukiman baru yang kemudian disebut Dusun Payung Sekaki yang terletak di tepi muara sungai Siak. Nama payung sekaki begiti dikenal pada masanya melainkan senapelan. Perkembangan Senapelan berhubungan erat dengan perkembangan kerajaan Siak Sri Indrapura, semenjak Sultan Abdul Amaludin Syah menetap di Senapelan, beliau membangun istnanya di Kampung Bukit berdekatan dengan perkampungan Senapelan. Diperkirakan istana tersebut terletak di sekitar Mesjid Raya sekarang, Sultan Abdul Jalil Amaludin Syah mempunyai inisiatif untuk membuat Pekan di Senapelan tetapi tidak berkembang. Usaha yang telah di rintis tersebut kemudian dilanjutkan oleh putranya Raja Muda Muhammad Alidi tempat baru yaitu sekitar pelabuhan sekarang. Selanjutnya pada hari selasa tanggal Rajab 1204 H atau tanggal 23 Juni 1784 M berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku yaitu Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar dan Kampar Negeri Senapelan diganti namanya menjadi “Pekan Baharu”yang pada masa sekarang diperingati sebagai hari jadi kota Pekanbaru. Mulai saat itu sebutan Senapelan sudah ditinggalkan dan mulai populer sebutan “Pekan Baharu” yang dalam bahasa sehari-hari disebut PEKANBARU. 36 Perkembangan selanjutnya tentang pemerintahan di kota Pekanbaru selalu mengalami perubahan, antara lain sebagai berikut: 1. SK Kerajaan Besluit van Her Inlanche Zelf Bestuur van Siak No. 1 tanggal 19 Oktober 1919, Pekanbaru bagian dari Kerajaan Siak yang disebut District 2. Tahun 1931 Pekanbaru masuk wilayah Kampar Kiri dikepalai oleh seorang Controleur bekedudukan di Pekanbaru 3. Tanggal 8 Maret 1942 Pekanbaru dikepalai oleh seorang Gubernur Militer disebut Gukung, Distrik menjadi Gun dikepalai oleh Gunco 4. Ketetapan Gubernur Sumatera di Medan tanggal 17 Mei 1946 No. 103 Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang disebut Haminte atau kota b Badan Pemerintah Daerah Kota Pekanbaru Tahun 2008 5. UU No 1 tahun 1948 Kabupatetn Pekanbaru diganti dengan Kabuten Kampar, Kota Pekanbaru duberi status Kota Kecil 6. UU No. 8 tahun 1956 menyempurnakan status Kota Pekanbaru sebagai Kota Kecil 7. UU No. 1 tahun 1957 status Pekanbaru menjadi Kota Praja 8. Kepmendagri No. Desember 52I44-25 tanggal 20 Januari 1959 Pekanbaru menjadi ibu kota Provinsi Riau 9. UU No. 18 tahun 1965 resmi pemakaian sebutan Kotamadya 10. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah sebutan Kotamadya berubah menjadi Kota 37 Berdasarkan undang-undang tersebut kota pekabaru dalam rangka fungsi kotanya sesuai dengan potensi memenuhi kebutuhan masa-masa mendatang, terutama untuk sarana dan prasarana fisik kota,serta kesatuan perenacanaan, pembinaan wilayah penduduk maka wilayah kota pekanbaru terbagi menjadi 12 dua belas Kecamatan dan 58 lima puluh delapan kelurahan. 38 Ibid Ibid Pembangunan Kota Pekanbaru terlihat berjalan perlahan tapi pasti, kondisi ini dapat dilihat dari Pekanbaru tempo dulu yang merupakan dusun kecil berada di pinggiran, kini telah disulap menjadi kota besar. Perkembangan kota mulai pesat sejak tahun 2005 hingga 2007 lalu Dari sekian banyak peningkatan tentunya ada permasalahan yang terjadi selama tahun berjalan tersebut. Dari data yang diterima ada sebelas kendala yang kiranya perlu diperbaiki pemerintah pada 2008 ini. Kendala tersebut di antaranya laju pertumbuhan penduduk akibat arus imigrasi yang relatif cukup tinggi. Jumlah penduduk Pekanbaru menurut data statistik pada akhir tahun 2005 telah mencapai 754.467 jiwa. Sampai dengan tahun 2007 jumlah penduduk di kota bertuah sudah mencapai 799 ribu jiwa lebih. Masih dari data statistik selama lima tahun terakhir terjadi peningkatan sebesar 4,31 persen. Pertambahan jumlah penduduk tersebut didorong arus migrasi karena besarnya harapan yang terlihat oleh pendatang terhadap pesatnya perkembangan Kota Pekanbaru. Dengan jumlah sebesar itu dapat diartikan, maka kepadatan penduduk Pekanbaru saat ini adalah sebesar 1.139 jiwa per kilo meter persegi. Akibat yang ditimbulkan tidak lain adalah dalam peningkatan pelayanan, pengadaan fasilitas sosial dan fasilitas umum. Laju pertumbuhan penduduk tersebut menimbulkan juga meningkatnya jumlah pengangguran, kemiskinan dan pemukiman kumuh serta timbulnya rawan sosial. 39 Salah satu dampak negatif dari pertambahan jumlah penduduk tersebut secara tidak langsung berdampak juga pada jumlah masyarakat miskin di Pekanbaru. Menurut data Balitbang Provinsi Riau tahun 2005 jumlah penduduk miskin tercatat sebesar 7,33 persen. Jumlah tersebut menurun dibandingkan dengan angka kemiskinan 2004 sebesar 10,88 persen. Sampai dengan tahun 2007 angka kemiskinan di Pekanbaru masih berkisar dinilai tujuh persen. Permasalahan lainnya, disebabkan keterbatasan dana APBD masih banyak usulan masyarakat yang belum tertampung, walaupun sudah disampaikan dalam Musrenbangda. Selanjutnya permasalahan tahunan yang selalu saja terjadi yakni banjir. Pembenahan titik rawan banjir secara menyeluruh belum dapat ditangani. Hal ini disebabkan besarnya kebutuhan biaya untuk menanggulanginya Belum kondusifnya keamanan dan ketentraman masyarakat akhir ini disebabkan tingkat kriminalitas yang terus meningkat. Kondisi ini bisa dilihat dari banyaknya terjadi perampokan, pencurian dengan kekerasan, narkoba dan seks bebas. 40 Koran Riau Pos 24 Maret 2008 Ibid

B. Pekerja Seks Komersial di Kota Pekanbaru