Pekerja Seks Komersial di Kota Pekanbaru

B. Pekerja Seks Komersial di Kota Pekanbaru

Pekerja seks komersial yang beroperasi dikota pekanbaru merupakan satu persoalan asusila yang termasuk dalam lingkaran prostitusi diwilayah kota pekanbaru, mereka dikenal oleh masyarakat sebagai sampah yang mengotori kehidupan yang beradap dan norma yang baik. Pekerja Seks Komersial menjadi salah satu persoalan permasalahan yang amat serius karena berhubungan dengan citra kota Pekanbaru, dimana kota pekanbaru yang merupakan ibukota provinsi Riau yang mayoritas penduduknya berbangsa melayu dan beragama Islam. Bahkan kota Pekanbaru dikenal dengan nama lain sebagai kota Bertuah. Karena kota Pekanbaru sudah banyak sarana pendidikan agama seperti Pesantren, TPA, dan lai sebagainya yang memang kurikulumnya lebih mengutamakan ajaran agama. 41 . Timbulnya pekerja seks komersial merupakan imbas dari kemajuan kota pekanbaru, ditambah lagi kota Pekanbaru sangat dekat negeri jiran Malaysia dan Singapore membuat para Pekerja Seks Komersial berdatangan kekota pekanbaru. Mereka pekerja seks komersial rata-rata berasal dari pulau jawa dan pulau batam menurut mereka datang kekota Pekanbaru karena dari tempat asalnya sulit mendapatkan pekerjaan khususnya yang datang dari pulau Jawa. Akan tetapi, ada Wawncara Langsung dengan bapak Yuliasman kepala Bagian hukum Pemerintah Daerah Kota Pekanbaru, Maret 2008 pula Pekerja Seks Komersial yang memang dari kota Pekanbaru sendiri, namun persaingan di kota Pekanbaru belum terlihat karena masih jarang tempat hiburan seperti Bar, Café, dan Diskotik. Hanya ada beberapa tempat hiburan malam yang banyak menarik perhatian seperti dikotik Ozon, Permata dan Mal Pekanbaru. 42 Beda halnya dengan kota Jakarta yang banyak sekali tempat-tempat hiburan seperti café-café, diskotik maupun bar. Pekanbaru yang merupakan ibukota provinsi Riau, masih belum terlihat banyak tempat-tempat hiburanseperti itu. Sehingga bagi para Pekerja Seks Komersial kota Pekanbaru adalah tempat yang mudah untuk mereka dalam mencari nafkahnya demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi bagi mereka suasana Pekanbaru berbeda dengan Jakarta,mereka para Pekerja Seks Komersil yang biasanya bekerja dicafe maupun bar harus siap ditempat yang baru yaitu dipinggiran pertokoan ataupun di jalanan. Seperti yang terdapat di jalan Arengka, jalan Paus, jalan Riau dan jalan Ponegoro. 43 Dari permasalahan diatas dapat digambarkan seperti apa para Pekerja Seks Komersial kota Pekanbaru dalam melakukan kegiatannay. Pekerja Seks Komersial yang beroperasi diwilayah pekanbaru biasanya keluar dan duduk di pinggiran pertokoan jalan Arengka, Paus dan Ponegoro pada pukul 22.00 hingga subuh hari Pengamatan langsung penulis di Mal Pekanbaru, Maret 2008 Pengamatan penulis di jalan Arengka, paus dan Ponegoro, Maret 2008 sampai mereka mendapatkan klien, ini bagi para pekerja seks komersial jalanan. Sedangkan para Pekerja Seks Komersial yang mangkal dicafe maupun warung remang-remang dalam melakukan kegiatanya tidak jauh beda dengan para pekerja seks jalanan, hanya saja jam kerjanya sedikit berbeda kalau Pekerja Seks Komersial yang mangkal dicafe ataupun warung remang-remang mereka mulai bekerja sekitar pukul 21.00 hingga pukul 03.00 pagi atu bisa saja tergantung dengan tutupnya café tersebut. Setelah para pekerja seks komersial melakukan transaksinya, biasanya mereka langsung dibawa oleh laki-laki yang menginginkanya sesuai kesepakatan, ada yang dibawa kepenginapan atau hotel diwilayah kota Pekanbaru dan ada pula yang dibawa keluar kota seperti Sumatera Barat. 44 Berdasarkan wawancara penulis dengan Sisil bukan nama asli, pekerja seks komersial yang beroperasi dikota pekanbaru aktivitas mereka terhenti sebelum azan shubuh bekumandang, lalu mereka pulang kerumah dan kostnya masing-masing hingga malam hari kembali baru mereka bekerja lagi disekitar wilayah kota 44 Ibid pekanbaru tentunya baik dipinggiran pertokoan, warung remang-remang, cafr-café, dan lokalisasi. 45 C. Perda No.05 Tahun 2002 Pemda Kota Pekanbaru 1. Latar Belakang dan Landasan Perda Beragam perspektif masyarakat dalam menanggapi keberadan serata kehadiran pekerja seks komesial diwilayah kota Pekanbaru, dalam mencegah merebaknya serta menjamurnya Pekerja Seks Komersial diwilayah kota Pekanbaru, pemerintah selalu berupaya dan berusaha memberantas para Pekerja Seks Komersial yang berkeliaran di kota Pekanbaru. Mulai dari penertiban, pembinaan serta penyuluhan. Akan tetapi tetap saja para Pekerja Seks Komersial melakukan kegiatan mereka seperti tidak menghiraukan penanganan yang sudah dilakukan oleh pemerintah kota Pekanbaru. Berdasarkan alasan tersebut diatas melalui pertimbangan walikota Pekanbaru: bahwa dengan telah disetujuinya rancangan peraturan daerah kota Pekanbaru tentang Ketertiban Umum, sesuai dengan surat keputusan dewan perwakilan rakyat daerah kota Pekanbaru Nomor 03KPTSDPRD2002 tentang persetujuan terhadap rancangan perturan daerah kota Pekanbaru bahwa dalam rangka menjamin Ketertiban Umum, baik untuk melindungi warga kota maupun prasarana kota yang berupa jalan- Wawancara Pribadi dengan Sisil PSK Kota Pekanbaru yang mangkal di Teleju, Maret 2008 jalan, jalur hijau dan tama-taman serta perlengkapan kota lainnya maka dianggap perlu untuk meninjau dan menyempurnakan ketentuan tentang Ketertiban Umum. Dan untuk mencapai tujuan tersebut datas perlu diatur dan ditetapkan dalam suatu peraturan daerah yang tersimpul dalam lembaran daerah kota Pekanbaru No 05 tahun 2002 tentang Ketertiban Umum. Sebagai landasan hukum dalam penetapan Perturan Daerah Kota Pekanbaru tentang Keteriban Umum adalah sebagai berikut: 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 tentang pembentukan Daerah Otonomi Kota Kecil dalam lingkungan Propinsi Sumatera Tengah Lembaran Negara Nomor 19 Tahun 1956 jo. Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 Lembaran Negara Nomor 112 Tahun 1058. 2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang jalan Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 83 3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76 4. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480 5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999tentang Pemerintahan Daerah Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60 6. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan Pertanggung Jawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah 7. Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan 46 2. Sistematika Perda Maraknya pelanggaran tentan Ketertiban Umum yang terjadi di kota Pekanbaru sekarang ini sudah sangat meresahkan masyarakat. Kepedulian pemerintah, khususnya untuk kota Pekanbaru dalam menangani masalah pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di wilayah kota Pekanbaru, adalah dengan cara mengeluarkan sebuah peraturan untuk mengakomodir keresahan masyarakat terhadap pelanggaran-pelanggaran tersebut, yaitu dengan mengundangkan PERDA No. 5 Tahun 2002 Tentang Ketertiban Umum. Peraturan daerah ini diharapkan mampu menekan jumlah pelanggaran yang terjadi di kota Pekanbaru yang di identik dengan dunia kejahatan kriminal, demi terciptanya ketentraman bagi masyarakat di lingkungan wilayah kota Pekanbaru. Lembaran Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2002 Seri D Nomor 5 Selanjutnya gambaran singkat bab demi bab Perda No. 5 Tahun 2002 Tentang Ketertiban Umum, Seperti maksudnya adalah sebagai berikut: BAB I terdiri dari 1 Pasal yang menerangkan Tentang Ketentuan Umum. BAB II terdiri dari pasal 2 sd pasal 8 yang menjelaskan tentang tertib jalan, jalur hijau, taman dan tempat umum. BAB III terdiri dari pasal 9 sd pasal 12 yang menjelaskan tentang tertib sungai, saluran air dan kolam. BAB IV terdiri dari pasal 13 sd pasal 18 yang mengatur tentang tertib keamanan lingkungan. BAB V terdiri dari pasal 19 sd 22 yang mengatur tentang tertib usaha tertentu. BAB VI terdiri dari pasal 23 sd 24 yang mengatur tentang tertib susila. BAB VII terdiri dari pasal 25 yang menerangkan tentang penyidikan. BAB VIII terdiri dari pasal 26 yang menerangkan tentang ketentuan pidana . BAB IX terdiri dari pasal 27 sd 29 yang menjelaskan tentang ketentuan penutup. 47 Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2002 Tentang Kertetiban Umum 3. Penanggulangan Pekerja Seks Komersial. Peraturan daerah ini Perda No 05 tahun 2002 tengtang Ketertiban Umum merupakan hasil peninjauan kembali dan penyempurnaan dari Peraturan Daerah Kotamadya Pekanbaru Nomor 5 tahun 1985 tentang Ketertiban Umum yang dirasa tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan keadaan kota Pekanbaru. Dasar pertimbangan dan penyempurnaan dari Peraturan Daerah mengenai Ketertiban Umum adalah merupakan salah satu syarat utama dalam menyukseskan pembangunan. Dengan undangkannya Peraturan Daerah No 05 tahun 2002 tentang ketertiban umum, upaya permerintah kota pekanbaru dalam penanggulangan pekerja seks komersial diwilayah kota Pekanbaru melalui peraturan daerh No 05 tahun 2002 diharapkan mampu untuk meminalisir para Pekerja Seks Komersial diwilayah Kota Pekanbaru Banyaknya Pekerja Seks Komersial yang berkeliaran di wilayah kota Pekanbaru membuat membuat warga masyarakat semakin resah dan mengganggu ketertiban umum. Sehingga pemerintah kota mengundangkan sebuah peraturan daerah yang mengatur tentnag ketertiban umum dan lebih khusus lagi mengatur tentang Tertib Susila. Dalam peraturan daerah kota Pekanbaru No. 5 Tahun 2002 terdapat UU mengatur tentang tertib Susila, yang tercantum dalam BAB VI pasal 23 yang memberikan wewenang kepada Walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk memerintahkan menutup sebuah rumah yang menurut keyakinan mereka merupakan tempat untuk melakukan perbuatan asusila perzinahan. Untuk lebih jelasnya pasal 23 berbunyi sebagai berikut: Selanjutnya dalam pasal 24 dilarang setiap orang melakukan atau menimbulkan persangkaan akan berbuat asusila atau perzinahan, masih terdapat pada pasal 24 setiap orang juga dilarang yang tingkah lakunya menimbulkan persangkaan akan baerbuat asusila untuk tidak berada di jalan, taman, dan tempat umum. 48 Setelah Perda diberlakukan, aparatur pemerintah daerah kota Pekanbaru yang tetdiri dari Dinas Sosial, SatPol PP, Polres dan Kajari serta masyarakat yang terkait dan peduli pada penanganan masalah PSK semua menyatukan persepsi dan komitmen bersama dalam penanggulangan tersebut, dan memiliki upaya penanggulangan yaitu, penanggulangan secara Preventif, secara Represif dan dan penanggulangan secara terpadu. Ibid Bab VI a. Penanggulangan secara Preventif Bentuk penanggulangan preventif terhadap pekerja seks komersial yang dilakukan oleh pemerintah daerah kota Pekanbaru dan instansi terkait yaitu dengan cara meningkatkan kegitan penertiban dan pembinaan dengan tujuan mempersempit ruang gerak para para pekerja seks komersial dalam melakukan transaksi seksnya. Ada tiga macam cara penertiban yang dilakukan oleh pemerintah kota pekanbaru dan instansi terkait antara lain: 1 Penertiban yang bersifat rutin Adalah jenis penertiban yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu serta daerah, tempat atau jalur-jalur tertentu seperti dijalan Arengka, di hotel Permata 2 Penertiban yang bersifat selektif Adalah jenis penertiban yang dilakukan melalui pemilihan waktu dan pemilihan tempat secara selektif pada tempat-tempat yang dianggap adanya praktek prostitusi dan untuk menutup tempat atau daerah yang tanpa izin membangun sarana tersebut 3 Penertiban yang bersifat insidensif Adalah penertiban yang dilakukan apabila ada msyarakat yang member laporan bahwa daerah yang di anggap tempat praktek prostitusi secara terselubung dan dapat menimbulkan efek yang kurang baik ditnngah masyarakat tersebut. 49 b. Penanggulangan secara Represif Bentuk upaya penangglangan secara represif adalah suatu tindakan penyelenggaraan keamanan dan ketertiban masyarakat terutama pada pelanggaran- pelanggaran yang menbutuhkan penenganan khusus, seperti pekerja seks komersial mereka yang terkana razia atau yang tertangkap tidak hanya dihukum dengan kurungan atau denda saja. Bagi mereka yang tertangkap, mereka akan dibawa kepengadilan dimana mereka akan disidangkan, dan mereka yang terbukti bersalah akan diancam dengan ancaman pidana kurungan paling lama 6 enam bulan atau denda sebesar-besarnya 5.000.000 yang lebih jelasnya terdapat dalam bab VIII pada pasal 26. Jika mereka tidak sanggup membayar denda maka mereka akan diberikan hukuman kurungan yang sesuai dengan perbutan mereka, selama mereka menjalani hukuman pihak pemerintak tidak hanyan sekadar mengurung akan tetapi mereka diberikan Hasil Wawancara dengan Bapak Hendra Satpol PP Kota Pekanbaru, Maret 2008 ketrampilan seperti menjahit, membuat kue dan lain sebagainya. Dan mereka yang membayar denda sesuai dengan pelanggaran yang mereka lakukan tidak langsung dilepas begitu saja tapi mereka juga diberikan penyuluhan serta ketrampilan yang sama dengan tujuan supaya mereka tidak mengulangi perbuatan mereka itu lagi. Dalam upaya penanggulangan Pekerja Seks Komersial ini juga dibantu oleh Polres kota Pekanbaru dengan tugas dan peranannya adalah membantu keamanan apabila dalam penertiban ada oknum-oknum yang membekengi tempat atau para Pekerja Seks Komersial yang beroperasi di kota Pekabaru. 50 c. Penanggulangan Terpadu Upaya yang dilakukan oleh pemerintah kota Pekanbaru adalah dengan membuat program kerja melalui APBD kota Pekanbaru untuk setiap tahun dilaksanakan penertiban yang dibantu dinas terkait lainnya, dan rencana kegitannya terprogram di dalam Dinas Sosial. Dalam menanggulangi Pekerja Seks Komersial Pemerintah kota Pekanbaru juga melakukan tindakan lain seperti operasi khusus dengan dengan melibatkan beberapa fungsi yang ada, disamping samping melakukan operasi rutin. Akan tetapi sebelum melakukan penertiban terlebih dahulu dilkukan pengamatan dan penyidikan Hasil Wawancara dengan Kepala Dinas Sosial Kota Pekanbaru, Maret 2008 oleh pihak yang berwewenang terhadap daerah-daerah yang dicurigai adanya indukasi tempat prostitusi rterselubung atau tempat umum lainnya. 51 Pemerintah Kota Pekanbaru dalam menanggalangu Pekerja Seks Komersial sangat tekun dalam melakukan pekerjaan yang sudah menjadi tanggung jawab mereka, itu terlihat para Satuan Polisi Pamong Praja SATPOL PP juga dibantu oleh Polres Kota Pekanbaru selalu menggelar patrol malam untuk mencari para Pekerja Seks Komersial yang mangkal di jalan-jalan, selain itu mereka juga melakukan penggrebekan di hotel-hotel dan café-café yang dicurigai melakukan transaksi seks. Ibid

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENANGGULANGAN