Peran pekerja sosial Yayasan Akur Kurnia dalam menanggulangi perilaku Anak Jalanan Jakarta Timur

(1)

JAKARTA TIMUR

LUTFI ZAHRUDIN NIM: 106054002045

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434H/2013M


(2)

(3)

(4)

(5)

Lutfi Zahrudin

Peran Pekerja Sosial Yayasan Akur Kurnia Dalam Menanggulangi Perilaku Anak Jalanan Jakarta Timur

Penanggulangan perilaku anak jalanan yang dilaksanakan di Yayasan Akur Kurnia merupakan upaya untuk membantu anak-anak jalanan yang sedang menjalani lika-liku kehidupan yang penuh dengan problema hidup dan mencegah terjadinya masalah pada anak jalanan serta menciptakan suatu kondisi yang baik. adapun penanggulangan perilaku menggunakan kegiatan yaitu kegiatan imbingan keagamaan melalaui MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa), Pendidikan Non Formal dan Kegiatan Kreatifitas. Kegiatan bimbingan keagamaan dan pendidikan non formal bertujuan untuk memperbaiki perilaku terhadap kepribadian anak jalanan dan juga untuk menambah wawasan mereka yang berupa ilmu pengetahuan, sedangkan kegiatan keterampilan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak jalanan dalam berbagai jenis keterampilan usaha atau kerja guna menunjang kebutuhan masa depannya, agar mereka bisa hidup mandiri serta mereka tidak lagi turun dan berkeliaran dijalanan.

Program penanggulangan perilaku anak jalanan di Yayasan Akur Kurnia berjalan sesuai yang diinginkan, dalam arti semua unsur yang terkait dalam proses penanggulangan telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan, walaupun tentunya masih terdapat kekurangan seperti kurangnya minat dan kesadaran dari anak jalanan, kurangnya buku-buku yang bernafaskan Islam yang ada di yayasan tersebut yang menyebabkan pengetahuan keagamaan mereka menjadi kurang luas, kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap kegiatan bimbingan agama Islam, adanya keterbatasan dana.

Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang digunakan untuk memahami prinsip-prinsip umum yang mendasari gejala-gejala yang menjadi pusat perhatian penelitian dan hekekat hubungan antara gejala-gejala tersebut dengan aspek-aspek kehidupan warga masyarakat yeng diteliti.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Program penanggulangan yang dilakukan para pekerja sosial tersebut dapat membentuk perilaku anak kearah yang lebih baik. Anak dapat lebih bertanggungjawab dengan tugas yang diberikan, anak dapat membuat suatu karya yang bermanfaat. (2) Terjadi kesesuain antara harapan anak jalanan dan masyarakat terhadap program penanggulangan perilaku menyimpang bahwa program tersebut adalah program yang diinginkan. Membentuk citra anak jalanan tidak cenderung buruk di pandangan masyarakat serta berperilaku sesuai dengan tuntunan agama dan norma-norma sosial yang berlaku.


(6)

Alhamdulillah, segala Puji serta Syukur milik Allah atas nikmat dan karunia-Nya yang tak terhitung dengan apapun sehingga penulisan skripsi ini bisa selesai walaupun jauh dari sempurna, dan tak lupa Shalawat serta salam kita curahkan kepada seorang manusia pilihan yaitu baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa ajaran Islam dari zaman kegelapan sampai zaman terang benderang.

Banyak kesulitan dan hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun banyak bantuan yang diberikan oleh dosen pembimbing, dosen fakultas, dosen jurusan, orang tua serta teman sehingga selesainya penulisan skripsi ini yang berjudul “

Peran Pekerja Sosial Yayasan Akur Kurnia Dalam

Menanggulangi Perilaku Anak Jalanan Jakarta Timur

”. Maka dengan kesempatan yang baik ini sudah patut dan sepantasnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Nurul Hidayati, M. Pd, selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar dan banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sampai selesai.


(7)

Islam dan Bapak M. Hudri, M. Ag selaku Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, dan seluruh staf juga dosen di lingkungan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis.

5. Kepala Bagian Tata Usaha, Sulamah Susilawati, SE, MM, beserta stafnya yang membantu penulis dalam hal administratif.

6. Pimpinan Perputakaan Dakwah beserta stafnya serta Perpustakaan Utama beserta stafnya juga yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam mencari data- data yang diperlukan penulis.

7. Ayahanda H. A. Wahid dan Almarhumah Ummi Hj. Djahro yang telah sabar dan terus memberikan semangat, perhatian dan cintanya yang tidak pernah putus sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini, Mudah- mudahan Allah selalu melindungi dan menjaga setiap langkahnya.

8. Sri Wahyuni S, Pd, Wanita yang selalu setia mendampingi dan selalu ada di saat suka dan duka yang tidak pernah menyerah dengan sikap keras yang penulis miliki.

9. Kakakku tercinta Dahlia, Wahyuni, Wantini, Hasan , Husin, M. Yusuf dan adeku Ruri yang telah memberikan semangat yang tidak pernah menyerah kepada penulis

10. Satuan Detasemen Zeni Tempur 3 khususnya buat Pak H. Hasani dan Mas Triadi Guntoro yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

Yayasan Akur Kurnia, juga buat Mpo Karlina yang telah banyak membantu mencari data-data yang diperlukan penulis.

12. Anak jalanan yang ada di Yasayasan Akur Kurnia yang bersedia di teliti penulis guna menyempurnakan penulisan skripsi ini.

13. Teman seperjuangan di Jurusan PMI angkatan 2006 Yoza ,Fadhol, Akew, Ari, Ihsan, Sarifuddin, Kurnia Adji, Fauzi, Nana, Teh Mila, Lia, Yanis, Pipit, Bule, dan yang lain yang tidak saya sebutkan namanya sukses buat anda semua.

14. Sahabatku M. Suandi, Julian M.H, M. Zuhri yang telah meluangkan waktunya untuk diskusi dalam penulisan skripsi ini.

15. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil, penulis mohon maaf karena tidak dapat menyebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT, memberikan balasan yang berlipat ganda dan menjadi Amal shaleh di akhirat nanti. Selain dari itu, penulis juga berdo’a agar skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnnya dan pembaca umumnya.

Jakarta, Juni 2013 Penulis


(9)

(10)

(11)

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan yang telah dilakukan selama ini oleh pemerintah Indonesia telah menghasilkan kemajuan dibeberapa sektor. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan yang telah dilaksanakan tersebut menghasilkan beberapa dampak negatif, salah satunya adalah terciptanya kesenjangan sosial ekonomi dalam masyarakat Indonesia.Kesenjangan sosial ekonomi tersebut menghasilkan permasalahan-permasalahan sosial ekonomi, baik itu di pedesaan ataupun di perkotaan. Permasalahan yang muncul diperkotaan salah satunya ialah munculnya fenomena anak jalanan. Fenomena anak jalanan ini terdapat di kota-kota besar di Indonesia.

Kemiskinan membawa kemunduran secara signifikan khususnya bagi anak. Kehidupan yang layak sukar untuk diraih pada kondisi miskin. Kemiskinan sering menjadi lingkaran setan yang serius bagi hidup anak-anak. Bahkan, mereka pun akan kehilangan akses untuk mendapatkan penghidupan yang layak yang pada gilirannya akan semakin menambah beban kepada orang lain.

Kemiskinan perlu mendapatkan perhatian serius. Negara ini tidak mempunyai data yang pasti mengenai populasi anak miskin. Namun jika porsentase penduduk miskin mencapai 39 persen atau sekitar 40 juta dari keseluruhan penduduk artinya jumlah anak-anak miskin akan lebih banyak


(13)

lagi. Kemiskinan anak terpapar dalam informasi besarnya anak-anak terlantar, anak-anak gelandangan, putus sekolah, gizi buruk, prostitusi anak, anak diperdagangkan dan anak dipekerjakan.

Anak-anak yang dipaksa masuk ke dunia kerja, anak jalanan dan mereka yang diperdagangkan adalah potret telanjang anak-anak miskin. Tetapi negara ini memiliki Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dan meratifkasi KHA pada tahun 1990 namun implementasinya cenderung memprihatinkan. Upaya pengentasan kemiskinan belum mampu menyentuh akar permasalahan kemiskinan sehingga anak ikut dibebaskan. Padahal dampak buruk yang diderita anak karena kemiskinan jauh lebih memprihatinkan.

Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan waktu sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan atau tempat umum lainya.Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan karena anak jalanan menghadapi situasi di mana hak-hak sebagai anak kurang terpenuhi, baik dari aspek pendidikan, kelangsungan hidup, tumbuh kembang dan pelindungan.

Dijalanan anak-anak berinteraksi dengan nilai dan normayang jauh berbeda dengan apa yang ada dilingkungan keluarga dan sekolah. Keberadaan yang tidak menentu tersebut pada akhirnya sangat potensial untuk melakukan tindakan kriminal, menganggu lalu lintas, membuat bising penumpang, menganggu pemandangan dan keindahan taman. Mereka bekerja apa saja asal


(14)

menghasilkan uang, seperti pengamen jalanan, tukang koran, ojek payung sampai pada pemulung.

Dengan penghasilan jauh dari standar umum minimal, keberadaan mereka telah menimbulkan persoalan lain dalam bentuk tidak adanya tempat tinggal karena biaya biaya kontrakan yang sangat tinggi, hal tersebut dikarenakan mereka tidak memiliki keterampilan serta produktifitas kerja yang tinggi yang dapat diharapkan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup yang layak.

Dengan adanya keinginan yang besar untuk mengembangkan sisi positif dari anak-anak jalanan yang memiliki semangat kerja yang tinggi untuk bekerja tetapi produktivitas mereka rendah sehingga perlu diadakannya pembinaan metal, keterampilan dan spiritual yang akan mereka butuhkan untuk mencapai hidup yang layak walaupun hanya memiliki motivasi dan produktivitas yang tinggi. Dalam suatu ayat ada yang dimaksudkan bahwa nasib seseorang hakikatnya tergantung pada orang itu sendiri (sesuai dengan

do’a dan usahanya).

Sesuai dengan firman Allah yang terdapat di dalam Al-Qur’an Surat Ar-Radd ayat 11 yang berbunyi:

ا رِّغي

ىَّح

اممْ قب

ْنمرْمأ َّلاَّإ َّلالرِّغ

هّ ظفْحي

هفّْخ

ْنم

هْيدي

نّْب

ْنم

تابِقعم

هل

لا

1

}۱۱{

ْنم

هّ د

ْنم

ام ْم ل

هل

َدرم

هَّلامْ قبء ساّف

دارأ

ا إ

ْم سفّْأب

ام

Artinya:“Bagi manusia, ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya, di depan dan dibelakangnya, mereka menjaganya dengan

1


(15)

perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan bagi suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-sekali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia..”(QS. Ar-Ra·d : 11).

Dalam ayat itu dimaksudkan bahwa nasib seseorang hakikatnya tergantung pada orang itu sendiri (sesuai dengan do’a dan usahanya).”

Laporan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia memberitakan bahwa fenomena anak jalanan semakin meningkat dari segi kualitas maupun kuantitas. Penelitian mengungkapkan bahwa sebagian besar anak jalanan berasal dari keluarga tidak mampu, sehingga mereka harus bekerja mencari uang untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Anak jalanan adalah anak-anak berusia dibawah 18 tahun, sebagian besar waktunya dihabiskan di tempa-tempat umum untuk mencari nafkah atau berkeliaran, penampilan mereka biasanya kumal, kotor serta tidak terawat dan memiliki hubungan yang kurang dekat dengan keluarga.

Penjelasan Departemen Sosial, hidup sebagai anak jalanan dan mengembara di jalan membuat mereka memiliki berbagai masalah sosial diantaranya ialah korban eksploitasi pekerjaan, rawan kecelakaan lalu lintas, ditangkap petugas, terlibat kriminal, konflik dengan anak lain, perlakuan yang salah dalam seks terhadap anak, diperjualbelikan, dan lain-lain. Kondisi inilah yang menyebabkan anak jalanan mengalami masalah umum dalam bentuk kekerasan yang berakibat fisik ataupun gangguan emosional dan pelaksanaan


(16)

peran sosial lainnya2.Berdasarkan grafik yang dilihat, Jumlah anak jalanan yang berada di wilayah Jakarta Timur berjumlah 7.300 anak3.

Anak jalanan adalah memiliki karakteristik sosial seperti warna kulit yang kusam, penampilan yang tidak rapih serta kotor, jumlah anak jalanan lebih banyak laki-laki pada usia 16 sampai 18 tahun dan pada perempuan pada usia 13 sampai 15 tahun, berada ditempat-tempat keramaian dan banyak makanan, sangat rentan mengalami tindak kekerasan dari lingkungan bekerja, berasal dari keluarga yang kurang mampu dengan pendidikan kepala keluarga hanya sampai SD, memiliki hubungan yang kurang baik dengan keluarga, orang tua bukan merupakan orang terdekat bagi anak jalanan, dan penyebab terjadinya anak jalanan dapat dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan faktor ekonomi, keluarga, dan iseng. Anak jalanan in tersebar ke beberapa daerah, antara lain PGC, Pasar Induk, Kampung Gedong, dan Pasar Kramat Jati.

Untuk mengurangi perkembangan anak-anak jalanan yang semakin cepat maka perlu diadakannya sebuah komunitas atau yayasan yang dimana yayasan tersebut mampu menangani atau peduli terhadap masalah anak-anak jalanan. Seperti halnya Lembaga Swadaya Masyarakat yang lebih dikenal dengan LSM yang mempunyai konsep pemberdayaan anak-anak jalanan. Dimana konsep tersebut merupakan konsep pengembangan masyarakat yang dirancang sebaik mungkin untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif yang berdasarkan inisiatif masyarakat. Dengan meliputi berbagai kegiatan pembangunan ditingkat distrik, baik

2

Departemen Sosial RI.Modul Pelayanan Sosial Anak Jalanan. Jakarta: 2006. h. 2

3


(17)

dilakukan oleh pemerintah atau lembaga non pemerintah, pengembangan masyarakat harus dilakukan melalui gerakan-gerakan yang kooperatif dan harus berhubungan dengan pemerintah lokal terdekat.

Membahas masalah peran pekerja sosial yang terdapat di Yayasan Akur Kurnia terhadap penanggulangan perilaku anak jalanan yang memiliki tanggung jawab terhadap pencegahan akan perkembangan anak jalanan yang ada di Jakarta. Dengan berorientasi pada program penanggulangan perilaku anak jalanan khususnya dalam menangani perilaku anak jalanan.

Kerasnya kehidupan sehingga banyak orang-orang yang menjadi gelandangan atau orang-orang yang tidak memiliki rumah (Tuna Wisma) yang ada, di Jakarta. Berangkat dari berbagai fenomena getir di sekitar tempatnya bekerja itulah, pria kelahiran Serang, 25 September 1955 berinisiatif mendirikan Yayasan Akur Kurnia (YAK).

Yayasan ini didirikan karena keprihatinanya yang mendalam atas berbagai peristiwa memilukan. Hobinya bersepakbola membuat H. Otong Suryana lebih mudah untuk melakukan interaksi dengan anak-anak pengemis dan gelandangan sekitar pasar. Dari kegiatan latihan sepakbola, H. Otong Suryana mulai menarik simpati anak-anak.Mereka diajaknya berbicara dari hati ke hati. Dari situ ia juga memahami problematika dan emosi anak anak asuhnya. Sehingga akhirnya, Yayasan Akur Kurnia menjadi sebagai media untuk membina anak anak gepeng (gelandangan pengemis) di sekitar Pasar Induk Kramat Jati.


(18)

Mengingat pentingnya peran pekerja sosial terhadap penanggulangan perilaku anak jalanan ini. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Peran Pekerja Sosial Yayasan Akur Kurnia Dalam

Menaggulangi Perilaku Anak Jalanan Jakarta Timur.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Peranan pekerja sosial merupakan salah satu profesi yang tugasnya membantu individu, kelompok ataupun sehingga memungkinkan mereka mencapai tujuan yang diinginkan.

Melihat betapa besarnya tugas dan tanggung jawab pekerja sosial, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dan pengkajian tentang bagaimana peranan pekerja sosial khususnya terhadap penanggulangan perilaku anak jalanan Jakarta Timur. Pembatasan masalah ini difokuskan untuk anak jalanan pada masalah yang diteliti, yaitu tentang peranan Yayasan Akur Kurnia dalam mennggulangi perilaku anak jalanan yang bersifat menyimpang, dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga dan masalah financial penulis.

2. Perumusan Masalah

Dilihat dari kegiatan yang dilakukan oleh para pekerja social Yayasan Akur Kurnia terhadap penanggulangan perilaku anak jalanan yang terdapat di Jakarta. Maka berdasarkan pembahasan di atas maka masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :


(19)

1. Bagaimana peran Yayasan Akur Kurnia dalam menaggulangi Perilaku Anak jalanan?

2. Apa harapan anak jalanan terhadap program penanggulangananak jalanan di Yayasan Akur Kurnia?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan uraian pada latar belakang di atas, batasan masalah dan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peran Yayasan Akur Kurnia dalam menaggulangi Perilaku Anak jalanan.

2. Untuk mengetahui harapan anak jalanan terhadap program penanggulangananak jalanandi Yayasan Akur Kurnia.

D. Manfaat Penelitian

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan akan ada banyak hal positif yang dapat diambil dari penelitian peran pekerja sosial Yayasan Akur Kurnia terhadap penanggulangan perilaku anak jalanan di Jakarta Timur.

1. Bagi Penulis

Merupakan pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh di perkuliahan dan menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang bagaimanaperan pekerja sosial Yayasan Akur Kurnia serta dapat menganalisa tentang bagaimana sistem pekerja Yayasan Akur Kurnia terhadap penanggulangan perilaku anak jalanan di Jakarta Timur apakah sudah efektif atau belum.


(20)

2. Bagi Yayasan

Sebagai bahan masukan, bagi Yayasan Akur Kurnia dalam membentuk serta mengembangkan khususnya dalam merancang program-program yang digunakan dalam penanggulangan perilaku anak jalanan sehingga perilaku anak jalanan berguna dan menjadi lebih baik kedepannya.

3. Bagi Pembaca

Laporan ini bisa dijadikan sebagai informasi bagi pihak yang berkompeten terhadap masalah yang penulis bahas saat ini laporan ini sekaligus sebagai perbandingan dari laporan yang sejenis yang pernah dibuat sebelumnya dan penulis berharap agar laporan ini juga dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan sebagai pedoman untuk mengetahui baik buruknya manajemen di suatu yayasan dan sebagai sumbangan pemikiran sebagai referensi tambahan mengenai standarisasi peran pekerja sosial.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas itulah yang menjadi tujuan dari kualitatif. Dalam penelitian ini,


(21)

penggunaan pendekatan kualitatif mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan metode diskriptif.4

Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data besifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna dari pada generalisasi.

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Whitney dalam Moh. Nazir bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interprestasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena yang harus melibatkan peneliti untuk terjun langsung ke tempat kejadian untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan tentang peranan yayasan terhadap program penanggulangan anak jalanan..5

2. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Yayasan Akur Kurnia yang beralamat di Jalan H.Sidih No.57 RT. 004 Rw. 07 Kelurahan Kampung Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur 13540. Yayasan Akur

4

Lexy J moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h. 131

5


(22)

Kurnia adalah salah satu lembaga yang menangani pemberdayaan anak jalanan, adapun alasan memilih lokasi penelitian itu didasari oleh pertimbangan sebagai berikut:

1) Lokasi penelitian mudah dijangkau.

2) Yayasan Akur Kurnia adalah lembaga yang independen mempunyai hubungan kerjasama dengan beberapa instansi. Yayasan ini dapat memperdayakan anak jalanan melalui berbagai program pendidikan dan lainnya.

3) Orientasi program menitikberatkan pada pengembangan dan pemberdayaan potensi anak jalanan yang ada di sekitar yayasan.

4) Yayasan Akur Kurnia memberikan pemberdayaan melalui pendidikan dan juga pembinaan keagamaan Islam dalam rangka memperbaiki perilaku menyimpang anak jalanan.

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai 25 September2012 sampai dengan 25 Maret 2013.Penulis melakukan penelitian langsung ke Yayasan Akur Kurnia Kramat Jati Jakarta Timur.


(23)

Tabel 1.

Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Waktu Pelaksanaan

Sep Okt Nov Des Jan feb Mar Apr Mei

1 Persiapan √

2 Observasi √ √ √ √ √

3 Dokumentasi √ √

4 Wawancara √

5 Konsultasi √ √ √ √ √

3. Penetapan Subjek dan objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah pengurus yayasan yang melaksanakan program penaggulangan perilaku anak jalanan. Dalam pemilihan subjek dalam penelitian kualitatif responden ini dipilih secara sengaja, setelah sebelumnya membuat tipologi berdasarkan latar belakang subjek penelitian, yang terpenting dalam pendekatan.

Berdasarkan pada konteks tersebut, maka penulis memilih subjek penelitian sebagai data primer utama, maka penulis memilih responden:


(24)

Tabel 2.

Subjek Penelitian Utama

No Responden Status

Alat Bantu Penelitian

1 H. Otong. S, S. Hum Kepala Yayasan Akur Kurnia Wawancara

2 Ustad M. Suhandi Masyarakat Wawancara

3 Ustad Julian, S. Pd Masyarakat Wawancara

4 Ustad Hasan Masyarakat Wawancara

5 Dodi, S. Pd Pengurus Yayasan Akur Kurnia Wawancara

Dalam pemilihan Subjek Penelitian, peneliti memilih responden petama karena beliau adalah Kepala Yayasan Akur Kurnia. Di mana beliau tahu betul akan seluruh program kegiatan yang ada di Kepala Yayasan Akur Kurnia. Kemudian Responden kedua sampai keempat penulis memilih masyarakat untuk mengetahui kesesuaian yang ada di Yayasan dan harapan masyarakat sekitar tentang anak jalanan.Responden kelima, penulis memilih dikarenakan salah satu pekerja social yang berperan untuk menjalankan program yang ada di Yayasan Akur Kurnia.

Wawancara tersebut dilakukan di Yayasan Akur Kurnia kurang lebih 30 menit mulai pukul 10.00-12.00 WIB untuk satu responden. Peneliti melakukan wawancara dua kali sekaligus melakukan observasi lapangan terhadap program yang dibuat oleh yayasan.


(25)

Untuk data primer pendukung, penulis mewawancarai 3 (tiga) orang anak jalanan binaan Yayasan Akur Kurnia, untuk memperolehnya penulis mengambil sampel berdasarkan usia dan tempat tinggalnya. Dilakukan satu kali wawancara kepada anak jalanan dan wawancara tersebut dilakukan ketika mereka sedang istirahat setelah mengikuti program dari Yayasan Akur Kurnia. Adapun informasi yang akan diperoleh adalah mengenai Program Penanggulangan Perilaku Anak Jalanan melalui Pembinaan Keagamaan.

Tabel 2.

Subjek Penelitian Pendukung

No Responden Status

Alat Bantu Penelitian

1 Akbar Pemulung Wawancara

2

Nanda Prasetya Pengamen Wawancara

3

Suryadi Pengamen Wawancara

b. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitin ini adalah Yayasan Akur Kurnia. Dalam Yayasan Akur Kurnia peneliti dapat mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang dihadapi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat, menganalisa dan menyajikan alternative tindakan yang rasional dalam mengakses Sistem sumber yang ada untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan individu-individu, kelompok-kelompok


(26)

dan masyarakat terutama anak jalanan yang dijadikan sumber permasalahan.

4. Sumber Data

Yang di maksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Dalam penelitian ini, yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut:

a. Data primer adalah data yang diberi secara langsung dari partisipan atau sasaran peneliti, adalah pelaksana program terdiri dari pengurus yayasan dan siswa binaan.

b. Data Sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang teriri dari surat-surat pribadi, not, buku harian, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa buletin, publikasi dari berbagai organisasi, hasil-hasil studi, hasil survey, studi histories, dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini memperkuat penemuan dan melengkapi inormasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan pengurus yayasan dan anak jalanan.

5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk mendapatkan kabsahan data maka peneliti menggunakan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data,6 yaitu:

6

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991), h. 175


(27)

a. Teknik pemeriksaan derajat kepercayaan (crebebility), yaitu kriterium ini dapat menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Triangulasi), yaitu hal ini dicapai dengan cara:

1) Membandingkan dokumen dari Yayasan Perlindungan Anak Jalanan dengan wawancara anak jalanan.

2) Membandingkan antara jabatan yang diberikan oleh pekerja sosial dengan jawaban masyarakat dan anak jalanan terhadap program penanggulangan perilaku anak jalanan.

b. Kriterium kepastian, menurut Scriven (dalam Lexy, 1991) yaitu masih

ada unsur „kualitas’ yang melekat pada objektivitas. Hal itu digali dari pengertian bahwa jika sesuatu itu objektif, berarti dapat dipercaya, faktual dan dapat dipastikan.7 Dalam penelitian ini, peneliti dapat membuktikan data-data ini terpercaya yaitu dengan data-data yang didapat dari hasil wawancara terhadap subjek penelitian. Adapun dari segi faktual adalah melihat program yang diteliti, yaitu Program Penanggulangan Perilaku Anak jalanan yang dilaksanakan di Yayasan Akur Kurnia dengan pembinaan keagamaan. Dalam hal ini peneliti dapat memastikan, bahwa kepastian Program Penanggulangan Perilaku Anak jalanan melalui hasil wawancara terhadap subjek penelitian.

7


(28)

6. Instrumen Penelitian dan Alat Bantu Penelitian

Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data, dalam penelitian kualitatif-naturalistik, peneliti akan lebih banyak menjadi instrumen, karena dalam penelitian kualitatif peneliti menjadi key-instrument. Menurut Suharsimi Arikunto, instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.8

Selain itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data seperti tape recorder, video kaset, atau kamera. Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi.

Peneliti menggunakan handphone sebagai alat perekam untuk merangkum data-data yang diperoleh dari subjek penelitian. Untuk memperoleh gambar penulis mengunakan kamera dan video untuk mengakuratkan data yang dibutuhkan.

7. Tekhnik Pengambilan Data

Tekhnik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Wawancara (interview)

Wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawanncara (interviewer) untuk memperoleh informasi

8

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 134


(29)

dari terwawancara (interviewer).9 Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara ini peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

Tahapan awal dari proses wawancara tersebut adalah peneliti mewawancarai Kepala Yayasan Akur Kuria untuk mengetahui semua program kegiatan penanggulangan anak jalanan di Yayasan Akur Kurnia. Tahapan kedua setelah memperoleh data dari responden pertama penulis menemui masyarakat untuk memperoleh data tentang kegiatan dan harapan masyarakat terhadap anak jalanan. Tahapan terakhir penulis mewawancarai pekerja sosial untuk mengetahui cara apa yang digunakan untuk melaksanakan program tersebut.

Wawancara selanjutnya untuk mengetahui harapan anak jalanan terhadap program yang yayasan lakukan, peneliti mewawancarai beberapa anak jalanan untuk diminti penjelasan program yang mereka terima.

b. Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

9


(30)

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peratura-peraturan dan sebagainnya.10

Dokumen yang digunakan adalah buku panduan dari Yayasan, rangkuman hasil penelitian serta hasil wawancara. Dokumen dan arsip mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan fokus penelitian merupakan salah satu sumber data yang penting dalam penelitian. Apabila dibutuhkan dalam penelitian ini maka penulis menggunakan dokumen-dokumen berbentuk gambar dan tulisan untuk melengkapi data-data pada penelitian ini. Dan tidak lupa peneliti melampirkan bagian foto, gambar, dan data anak jalanan untuk melengkapi bukti pada penelitian ini hal itu dilakukan untuk menambahkan segala bentuk wawasan penulis untuk penelitian ini, sehingga mampu mempertajam analisis penulis dalam menjawab permasalahan ini yang di cantumkan dilampiran skriupsi ini.

8. Analisa data

Teknik analisis penelitian ini adalah kualitatif. Aplikasi penelitian kualitatif dalam penelitian ilmu sosial dilakukan dengan langkah-langkah yaitu merumuskan masalah sebagai fokus penelitian kebidangan, mengumpulkan data lapangan, menganalisis data, merumuskan hasil studi, dan menyusun rekomendasi untuk perbaikan kinerja dalam bidang ini.11

10Ibid

, h. 157

11

Sudarwan Darmin, Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian Untuk Mahasiswa Dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan, Dan Humaniora, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 51


(31)

Penelitian kualitatif ini merupakan paradigma penelitian yang menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang holistis, kompleks, dan rinci. Penelitian yang menggunakan pendekatan induksi yang mempunyai tujuan penyusunan konstruksi teori atau hipotesismelalui pengungkapan fakta.

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.12

Proses analisis data dilakukan pada waktu bersamaan dengan proses pengumpulan data berlangsung. Analisis data dilakukan melalui tiga alur, yakni : 1. Reduksi data, 2. Penyajian data, 3. Penarikan kesimpulan ataupun verifikasi.

a. Reduksi data (Data reduction)

Tahap mereduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila

12


(32)

diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.13

Dalam tahap ini penulis mengumpulkan data melalui wawancara kepada Kepala Yayasan dan para pekerja social dan merekamnya melalui alat rekaman berupa handphone. Setelah proses wawancara tersebut selesai penulis merangkum dengan memilih dan memasukkan data yang sekiranya diperlukan dalam proses penulisan.

Tujuan dalam teknik ini digunakan agar mampu menyimpulkan segala bentuk permasalahan dan membatasi segala lingkup permasalahan dengan cara mendiskusikannya terlebih dahulu sebelum mengambil kesimpulan. Untuk itu segala reduksi bertujuan untuk mendapatkan data yang spesifik dan jelas untuk memperkuat data penulis.

b. Penyajian data (Data display)

Pada penelitian kualitatif ini penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.14

Penelitian ini berupa deskripsi untuk menggambarkan jelas akar permasalahan pada penelitian ini sehingga akan memudahkan peneliti

13

Ibid, h. 92

14


(33)

untuk membaca bagian data yang sulit dimengerti sedangkan eksplanasi bertujuan bagaimana menjelaskan kronologi penelitian yang telah didapatkan dan akhirnya digunakan menjadi data yang tepat untuk penelitian ini. Kesemuanya itu dinarasikan sedemikian rupa supaya mudah dilihat dan dimengerti/dipahami.

c. Penarikan kesimpulan (Conclusion drawing)

Penarikan kesimpulan ini menjelaskan bagaimanadari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami apa arti dari berbagai hal yang ditemukan dengan mulai melakukan pencatatan pola-pola sistematis penelitian, pencatatan-pencatatan data wawancara yang telah didapatkandari beberapa informan, konfigurasi-konfigurasi, menggunakan alur sebab-akibat dan menarasikan dari literatur referensi buku sosial dan politik. Hal itu akan diverifikasi dengan temuan-temuan data selanjutnya dan akhirnya sampai pada penarikan kesimpulan akhir yang merupakan bagian akhir dari penelitian penulis dalam menganalisis suatu masalah yang lebih spesifik dan tepat dengan teori-teori yang sesuai.

F. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan pustaka, peneliti mengambil judul tersebut terispirasi dari buku yang berjudul “Pendidikan Non Formal dalam Upaya Peningkatan Ekonomi Anak Jalanan Oleh Yayasan Pesantren Islam BSC Al-Futuwwah

Daerah Cipete Utara” yang ditulis oleh Mursalih. Dalam buku ini penulis tertarik karena lembaga penelitian memberikan pendidikan non formal


(34)

menjadikan anak jalanan menjadi terampil dan mandiri, agar anak tersebut dapat mendirikan usaha mandiri sebagai profesi agar anak jalanan tidak kembali ke jalan.

Anak jalanan terdahulu belum begitu merajalela dibandingkan dengan anak jalanan sekarang. Para Yayasan yang berkecimpung dalam hal social lebih banyak memberikan inovasi dalam pemberdayaan anak jalanan. Seperti pembekalan bakat atau kreatifitas, atau biasa disebut lapangan pekerjaan. Sehingga anak jalanan tidak kembali ke jalan.

Oleh Karena itu, penulis menjadikan tinjauan pustaka untuk melanjutkan penulisan mengenai peran pekerja social di yayasan dalam menanggulangi perilaku anak jalanan yang pastinya memberikan banyak program yang lebih efektif untuk ank-anak jalanan saat ini.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penelitian skripsi ini, maka penulis membuat sistematika penulisan dalam beberapa bab, yaitu:

BAB I Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,

pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian yang terdiri meliputi Jenis dan Pendekatan Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian, Subjek dan Objek Penelitian, Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data, Instrumen Penelitian dan Alat Bantu Penelitian, Teknik Pengambilan Data, dan Teknik Analisa Data, Tinjauan Pustaka serta sistematika penulisan.


(35)

BAB II Tinjauan Teoritis terdiri dari kerangka teori yang menjelaskan tentang pengertian peran, definisi pekerja sosial yang terdiri dari pekerja sosial dan kode etik pekerja sosial, definisi perilaku, definisi anak jalanan yang terdiri dari anak jalanan, ciri-ciri anak jalanan, fenomena terlahirnya anak jalanan.

BAB III Sejarah/Gambaran Umum Yayasan Akur Kurnia Kramat Jati Jakarta Timur meliputi Latar Belakang Berdirinya Yayasan Akur Kurnia, Letak Geografis, Visi dan Misi, Dasar Hukum, Struktur Organisasi Yayasan Akur Kurnia.

BAB IV Temuan Lapangan menguraikan tentang Analisa data

Lapangan meliputi Peran Yayasan Akur Kurnia dalam menaggulangi Perilaku Anak Jalanan di Jakarta Timur, Harapan Anak Jalanan terhadap Program Penanggulangan Perilaku Menyimpang.

BAB V Kesimpulan dan Saran menguraikan hasil dari penelitian yang berupa Kesimpulan dan Saran.


(36)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Peran

Mengemukakan mengenai peran sangat berkaitan dengan kedudukan (status) seseorang.Seseorang bisa dikatakan berperan karena mempunyai status atau kedudukan di masyarakat sesuai dengan statusnya masing-masing.Walaupun antara peran dan kedudukan berbeda namun keduanya memiliki hubungan yang sangat erat.

David Berry mengutip dari GrassMassan dan A. W. Mc. Eachern bahwa peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan kepada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.15Harapannya merupakan imbangan dari norma-norma sosial, peranan ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat, seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaannya.16

Peranan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bagian dari tugas utama yang dilaksanakan.17

Peranan menurut Poerwadarminta adalah “tindakan yang dilakukanseseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa”

(Poerwadarminta, 1995:751). Berdasarkan pendapat di atas perananadalah tindakan yang dilakukan orang atau sekelompok orang dalamsuatu peristiwa, peranan merupakan perangkat tingkah laku yangdiharapkan, dimiliki oleh

15

N. Grass, W.S. Masson and A.W.Mc. Eachern, Explorations Role Analysis, dalam David Berry, Pokok-pokok Pikiran dalam sosiologi. (Jakarta: 1995)

16

Ibid. h. 100

17

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1988), h. 667


(37)

orang atau seseorang yang berkedudukan dimasyarakat. Kedudukan dan peranan adalah untuk kepentinganpengetahuan, keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Menurut Soerjono Soekanto ( 2002:243 ) Pengertian Perananadalah sebagai berikut : Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya maka ia menjalankansuatu peranan.18

Konsep tentang Peran (role) menurut Komarudin ( 1994:768 )19 dalam

buku“ ensiklopedia manajemen “ mengungkap sebagai berikut :

1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen 2. Pola prilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status 3. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata

4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristikyang ada padanya

5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil pengertian bahwaperanan merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau bagiandalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuranmengenai hubungan 2 ( dua ) variabel yang merupakan hubungan sebabakibat.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan adalah dimana seseorang harus melakukan kewajiban-kewajiban dan

18

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/487/jbptunikompp-gdl-herinugrah-24326-2-babii.pdf

19


(38)

keharusan-keharusan karena kedudukannya di dalam masyarakat atau lingkungan dimanapun berada.

B. Pekerja Sosial

Pekerja sosial adalah profesi pertolongan kamanusiaan yang tujuan utamanya adalah membantu keberfungsian sosial individu, keluarga dan masyarakat dalam melaksanakan peran-peran sosialnya pekerjaan sosial (social work) menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri. Pekerjaan sosial adalah sebuah disiplin ilmu yang berkepentingan untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh umat manusia.

Pekerja sosial profesional adalah mereka-mereka yang melakukan peran sebagai pekerja sosial dalam berbagai segmennya, baik di masyarakat (pekerja sosial masyarakat), di ranah industri (pekerja sosial industri), maupun di ranah kesehatan (pekerja sosial medis) secara profesional, didasarkan pada latar belakang keilmuan yang diperoleh melalui jalur pendidikan tinggi bidang pekerjaan sosial. Atas hal ini, maka seluruh aktivitasnya mulai dari perencanaan, pentahapan, metode, teknik, pendekatan, dan yang lainnya yang digunakan didasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah yang, tentu saja, bisa dipertanggungjawabkan.20

Dalam ranah sosial, pekerjaan sosial bukanlah suatu pekerjaan yang bersifat secara suka rela, melainkan secara profesional. Menuju pekerjaan

sosial yang mensejahterakan.“Kesejahteraan Sosial adalah kondisi

terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar

20


(39)

dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat

melaksanakan fungsi sosialnya”.

Pekerjaan sosial adalah profesi pertolongan kamanusiaan yang tujuan utamanya adalah membantu keberfungsian sosial individu, keluarga dan masyarakat dalam melaksanakan peran-peran sosialnya.21

Pengertian pekerja sosial di Indonesia, selengkapnya terdapat di dalam Buku Panduan Pekerja Sosial mengacu pada pasal 2, ayat 3 UU No. 6/1974 tentang ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial yaitu:

“Pekerja Sosial adalah semua keterampilan teknis yang dijadikan wahana bagi usaha kesejahteraan sosial, serta merupakan suatu kegiatan professional dalam menolong orang, kelompok manapun masyarakat yang menderita atau terancam akan menderita masalah sosial. Sedemikian rupa sehingga mampu menolong dirinya sendiri.”22

Berdasarkan ketentuan itulah maka para pekerja sosial menjadikan sebuah pedoman untuk dirinya agar para pekerja sosial dapat bekerja secara efisien, sistematis, efektif dan efisien.

Sudah dikenal secara umum, pekerjaan sosial dianggap sebagai pekerjaan yang bersifat amal yang muncul atas dasar belas kasihan atau lebih jauh karena adanya rasa mencintai sesama manusia. Seperti yang diungkapkan oleh para ahli berikut ini:23

21

http://wwwdayatranggambozo.blogspot.com/2011/03/pengertian-pekerjaan-sosial.html

22

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974, Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial(Jakarta:Biro Hukum Departeman Sosial RI, 1974)

23


(40)

1. Allen Pincus dan Anne Minahan:

“ Social Work is concerned with the interactions between people and their social environment which affect the abilility of people to accomplish their life task alleviate distress and realize their aspirations and values.”

Pekerjaan sosial berurusan dengan interaksi antara orang-orang dan lingkungan sosial, sehingga mereka mampu melaksanakan tugas-tugas kehidupannya, mengurangi ketegangan, dan mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai mereka.

2. Simon & Scuster Englewood Cliffs:

“Council on Social Work Education in Curriculum Study Social work seeks to enhance the social functioning of individuals, singly and in groups, by activities focused upon their social relationship which constitute the interaction between man and his environment.”

Pekerjaan Sosial bertujuan untuk meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu, baik secara individual maupun kelompok , dimana kegiatannya difokuskan kepada relasi sosial mereka khususnya interaksi orang-orang dengan lingkungannya.


(41)

3. Siporin,Max:

“ Social work is defined as a social institutional method of helping people to prevent and resolve their social problems, to restore and enhance their social functioning.”

Pekerjaan sosial didefinisikan sebagai metode institusi sosial untuk membantu orang-orang guna mencegah dan menyelesaikan masalah sosial dengan cara memperbaiki dan meningkatkan keberfungsian sosialnya.

4. SFriedlander, Walter A. dan Apte, Robert Z:

“Social Work is a professional service, based on scientific knowledge and skill in human relation, which help individuals, groups, or communities obtain social or personal satisfaction and interdependence.”

Pekerjaan sosial adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan ilmiah guna membantu individu, kelompok, maupun masyarakat agar tercapainya kepuasan pribadi dan sosial serta kebebasan.

5. Zastrow,Charles:

“ Social work is the profesional activity of helping individuals, groups, or communities to enhance or restore their capacity for


(42)

social functioning and to create societal conditions favorable to their goals.”

Pekerjaan sosial adalah aktivitas profesional untuk membantu individu, kelompok atau komunitas guna meningkatkan atau memperbaiki kapasitasnya untuk berfungsi sosial dan menciptakan kondisi masyarakat guna mencapai tujuan-tujuannya.

6. Leonora Scrafica-deGuzman:

“Social work is the profesion which is primaly concerned with organized social service activity aimed to facilitate and strengthen basic relationship in the mutual adjusment between individual, and their social environment for the good of the individual and society, by the use of social work method.”

Pekerjaan sosial adalah profesi yang bidang utamanya berkecimpung dalam kegiatan pelayanan sosial yang terorganisasi, dimana tujuannya untuk memfasilitasi dan memperkuat relasi dalam penyesuaian diri secara timbal balik dan saling menguntungkan antar individu dengan lingkungan sosialnya, melalui penggunaan metode-metode pekerjaan sosial.

Dari pernyataan apara ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan sosial sebagai pekerjaan profesional, syarat profesional pekerjaan sosial


(43)

adalah didasari oleh pengetahuan, skill dan value, fokus pekerjaan sosial adalah relasi sosial antara klien (individu, kelompok dan masyarakat) dengan lingkungan sosial, tujuan pekerjaan sosial adalah kesejahteraan sosial atau keberfungsian sosial.

a. Kode Etik Pekerjaan Sosial

Kode etik merupakan pedoman yang dijadikan sebagai standar perilaku para pekerja sosial yang berisikan nilai-nilai, prinsip-prinsip, aturan profesi pekerjaan sosial yang dijadikan pedoman bagi anggotanya. Penetapan kode etik ditujukan untuk menjamin kompetensi pelayanan profesional meningkatkan mutu pelayanan sosial dan melindungi penerima pelayanan sosial.

Prinsip-prinsip pekerjaan sosial dituangkan dalam kode etik profesi, dalam bentuk petunjuk dan kewajiban. Adapun kode etik pekerja sosial adalah:

1) Pekerja sosial mengutamakan tanggung jawab melayani kesejahteraan individu atau kelompok yang meliputi kegiatan perbaikan kondisi sosial.

2) Pekerja sosial mendahulukan atau mengutamakan tanggung jawab profesi daripada kepentingan pribadi.

3) Pekerja sosial tidak membeda-bedakan latar belakang keturunan, warna kulit, agama, umur, jenis kelamin, warga negara dan berusaha mencegah serta menghapuskan diskriminasi dalam memberikan pelayanan, dalam tugas serta dalam praktek-praktek kerja.


(44)

4) Pekerja sosial melaksanakan tanggung jawab demi mutu dan keleluasaan pelayanan yang diberikan.

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Yang berperan dalam suatu kedudukan yaitu seseorang yang bekerja untuk orang lain atau dengan kata lain pekerja sosial.

Pekerja sosial adalah seseorang yang mempunyai kompetensi profesional dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan formal atau pengalaman praktik di bidang pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial yang diakui secara resmi oleh pemerintah dan melaksanakan tugas profesional pekerjaan sosial.24

Menurut Jack Claridge, Pekerja sosial adalah seorang individu yang bertujuan untuk membantu orang-orang dalam masyarakat yang tidak mampu atau kesulitan dalam menangani masalah kehidupan yang mereka hadapi. Pekerja sosial dapat melakukan tugas mereka di sekolah, rumah sakit, organisasi, dan sektor publik lainnya.25Sedangkan menurut Princeton, Pekerja sosial ialah seseorang yang menghabiskan hari-hari mereka membantu orang yang mempunyai masalah dengan kesehatan, psikologis, sosial, atau bahkan masalah keuangan.26

Dari beberapa uraian defenisi pekerja sosial di atas dapat disimpulkan bahwa pekerja sosial adalah orang yang memiliki profesi pertolongan, yang paling sering bekerja dengan orang dan membantu mereka mengelola

24

Wikipedia Indonesia, h.129

25

Ibid, h. 129

26


(45)

kehidupan sehari- hari mereka, memahami dan beradaptasi dengan penyakit, cacat, kematian, dan memberikan pelayanan sosial, seperti perawatan kesehatan, bantuan pemerintah, dan bantuan hukum.

C. Pengertian Perilaku

Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Drs. Leonard

F. Polhaupessy, Psi.menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku.27Cerita ini dari satu segi. Jika seseorang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia.

Dalam buku lain diuraikan oleh Notoatmodjo bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan.28Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh– tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku karena mereka mempunyai aktifitas masing–masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, Pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya.

27

Polhaupessy, Leonard F. Perilaku Manusia. (Jakarta: 1995) h. 122

28


(46)

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetanhuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng.29

1. Bentuk Perilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belumbisa diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

2. Domain Perilaku

Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor – faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut

29

http://www.infoskripsi.com/Free-Resource/Konsep-Perilaku-Pengertian-Perilaku-Bentuk-Perilaku-dan-Domain-Perilaku.html


(47)

determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

b. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

c. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominanyang mewarnai perilaku seseorang.

3. Proses Tejadinya Perilaku

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

a) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu,

b) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus,

c) Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagidirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi, d) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru,

e) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk


(48)

stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar.

D. Anak Jalanan

Keberadaan anak jalanan sudah lazim kelihatan pada kota-kota besar di Indonesia. Kepekaan masyarakat kepada mereka nampaknya tidak begitu tajam. Padahal Anak merupakan karunia Ilahi dan amanah yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945, UU No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 1990 tentang pengesahan Convention on the right of the child ( Konvensi tentang Hak-hak Anak).

Hidup menjadi anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang menyenangkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu. Anak jalanan bagaimanapun telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian kita semua. Secara psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan pembentukan kepribadiannya.


(49)

Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial. Di mana labilitas emosi dan mental mereka yang ditunjang dengan penampilan yang kumuh melahirkan pencitraan negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan yang diidentikan dengan pembuat onar, anak-anak kumuh, suka mencuri, sampah masyarakat yang harus diasingkan.

Pada taraf tertentu stigma masyarakat yang seperti ini justru akan memicu perasaan alienatif mereka yang pada gilirannya akan melahirkan kepribadian introvet, cenderung sukar mengendalikan diri dan asosial. Padahal tak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa untuk masa mendatang.

Untuk memahami anak jalanan secara utuh, kita harus mengetahui definisi anak jalanan.Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.

Menurut Heru Nugroho, Pengertian Anak jalanan atau sering juga disebut dengan gelandangan.30 Menurut beberapa tokoh yang diantaranya adalah:

1. Artidjo mengartikan anak jalanan atau gelandangan sebagai orangyang tidak mempunyai tempat tinggal dan mata pencaharian yangtetap dan layak atau mereka sering berpindah-pindah dari satutempat ke tempat

30


(50)

yang lain, berkeliaran di dalam kota dan makan minum disembarang tempat.31

2. Sudarsono mengartikan anak jalanan atau gelandangan adalah mereka yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap, yang secara yuridis tidak berdomisili yang otentik, disamping itu merekamerupakan kelompok yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan layak menurut ukuran masyarakat pada umumnya dan mereka sebagian besar tidak mengenal nilai-nilai keluhuran.32

Dari kedua pengertian diatas mempunyai kemiripan arti tentang anak jalanan atau gelandangan yaitu anak-anak yang sebagian masih dibawah umur yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap dan setiap hari berkeliaran dijalan-jalan setiap sudut kota dan kurang memiliki etika sebagai mana anak-anak pada umumnya.

Menurut Mursalih dalam skripsinya, mengatakan bahwa Direktorat Bina Sosial DKI yang termasuk anak jalanan adalah anak yang berkeliaran di jalan raya sambil bekerja, mengemis atau menganggur. Usianya berkisar dari bayi (dibawa orangtuanya mengemis) sampai batas usia remaja. Tidak semuanya merupakan anak jalanan yang terlantar, meskipun sebagian besar adalah anak yang mempunyai tempat tinggal tetap dan orangtuanya tidak ada di Jakarta.33

Demikian pula batas yang digunakan oleh Departemen Sosial United Nations Development Programme (UNDP) merumuskan definisi anak jalanan

31

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2179548-pengertian-anak-jalanan/#ixzz2CT5NXuTf

32

Ibid

33

Mursalih. Pendidikan Non Formal Dalam Upaya Peningkatan Ekonomi anak Jalanan (Jakarta: Cipete Utara. 2009). hal 38


(51)

sebagai anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berkeliaran dan mencari nafkah di jalanan dan tempat-tempat umum lainnya.34

Anak jalanan dilihat dari sebab dan intensitas mereka berada di jalananmemang tidak dapat disamaratakan. Dilihat dari sebab, sangat dimungkinkan tidak semua anak jalanan berada dijalan karena tekanan ekonomi, boleh jadi karena pergaulan, pelarian, tekanan orang tua, atau atas dasar pilihannya sendiri.

Pengertian anak jalanan adalah anak-anak berusia dibawah 18 tahun, sebagian besar waktunya dihabiskan di tempa-tempat umum untuk mencari nafkah atau berkeliaran, penampilan mereka biasanya kumal, kotor serta tidak terawat dan memiliki hubungan yang kurang dekat dengan keluarga.35(Depsos, 2006 dan Garliah, 2004).

Ada beberapa pengertian anak jalanan menurut beberapa ahli hukum, Sandyawan memberikan pengertian bahwa anak jalanan adalah anak-anak yang berusia maksimal 16 tahun, telah bekerja dan menghabiskan waktunya di jalanan.36Sedangkan menurut Peter Davies memberikan pemahaman bahwa fenomena anak-anak jalanan sekarang ini merupakan suatu gejala global. Pertumbuhan urbanisasi dan membengkaknya daerah kumuh di kota-kota yang paling parah keadaannya adalah di negara berkembang, telah

34

Ibid, hal 38

35Garliah, Lili.”Program Intervensi Dalam Penanganan Masalah Anak Jalanan”.Jurnal. Program

Studi Psikologi Fakultas Kedokteran. (Universitas Sumatera Utara: 2004). h. 3

36

Sudrajat,TataAnak Jalanan dan Masalah Sehari-hari Sampai Kebijaksanaan, (Bandung: Yayasan Akatiga, 1996), h. 151-152.


(52)

memaksa sejumlah anak yang semakin besar untuk pergi ke jalanan ikut mencari makan demi kelangsungan hidup keluarga dan bagi dirinya sendiri.37

Fenomena merebaknya anak jalanan di DKI Jakarta merupakansuatu masalah yang kompleks. Secara garis besar terdapat dua kelompok anak jalanan, yaitu :

1. Kelompok anak jalanan yang bekerja dan hidup di jalan. Anak yang hidup di jalan melakukan semua aktivitas dijalan, tidur dan menggelandang secara berkelompok.

2. Kelompok anak jalanan yang bekerja di jalanan ( masih pulang ke rumah orang tua).

Kesimpulannya, Anak Jalanan adalah anak yang berusia 6 - 15 tahun yang menghabiskan seluruh ataupun sebagian besar waktunya di jalanan untuk bermain maupun bekerja, yang tinggal bersama orang tuanya ataupun yang tinggal terpisah dengan orang tuanya.

1. Ciri-Ciri Anak Jalanan

Anak jalanan memiliki ciri khas baik secara psikologisnya maupun kreativitasnya, hal ini diperjelas oleh Saparinah Sadli yang diungkapkan oleh Sudarsono sebagai berikut;

a) Anak-anak ini mudah tersinggung perasaannya.

b) Anak-anak ini mudah putus asa dan cepat murung, kemudian nekattanpa dapat dipengaruhi secara mudah oleh orang lain yang ingin membantunya.

37


(53)

c) Tidak berbeda dengan anak-anak yang lainnya yang selalu menginginkan kasih sayang.

d) Anak ini biasanya tidak mau bertatap muka dalam arti bila mereka diajak bicara, mereka tidak mau melihat orang lain secara terbuka. e) Sesuai dengan taraf perkembangannya yang masih kanak-kanak

mereka sangatlah labil, tetapi keadaan ini sulit berubah meskipun mereka telah diberi pengarahan yang positif.

f) Mereka memiliki suatu ketrampilan, namun ketrampilan ini tidak selalu sesuai bila diukur dengan ukuran normative masyarakat umumnya. 38

Sedangkan menurut Fachurohman ciri-ciri anak jalanan dapat dilihat dari fisiknya yaitu mereka memiliki kulit yang kotor, kelihatan dekil dan kumuh karena jarang mandi, juga nampak rambutnya kotor kemerah-merahan, bau kurang sedap, pakaian tampak kumuh karena jarang dicuci, sedangkan dilihat dari psikisnya mereka kelihatan bertemperamen tinggi, suka marah, emosional, pemurung, jarang tersenyum, dan mudah tersinggung, kepribadian labil, cuek dan sulit diatur, berkemauan keras, pemberani dan mandiri.

Ciri-ciri anak jalanan secara global, dilihat dari psikisnya mereka mempunyai temperamen yang tingggi, mudah tersinggung, sulit untuk diajak berkominikasi, keadaannya masih sangat labil, suka berdiam diri, melamun, sedangkan dilihat dari fisiknya mereka biasanya berpakaian dan

38


(54)

berpenampilan yang kumuh karena kurangnya memperhatikan penampilan sehingga nilai-nilai keluhuran tidak dihiraukan.39

Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.

2. Faktor penyebab munculnya fenomena anak jalanan, yaitu:

a) Sejumlah kebijakan makro dalam bidang sosial ekonomi telah

menyumbang munculnya fenomena anak jalanan.

b) Modernisasi, industrialisasi, migrasi, dan urbanisasi menyebabkan

terjadinya perubahan jumlah anggota keluarga dan gaya hidup yang membuat dukungan sosial dan perlindungan terhadap anak menjadi berkurang.

c) Kekerasan dalam keluarga menjadi latar belakang penting penyebab anak keluar dari rumah dan umumnya terjadi dalam keluarga yang mengalami tekanan ekonomi dan jumlah anggota keluarga yang besar.

d) Terkait permasalahan ekonomi sehingga anak terpaksa ikut

membantu orang tua dengan bekerja (di jalanan).

e) Orang tua “mengkaryakan” sebagai sumber ekonomi keluarga

pengganti peran yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa. Dari Pengertian, ciri-ciri atau karakteristik serta faktor pendorong anak jalanan, maka penulis mengharapkan penanganan perilaku anak jalanan di Yayasan dapat bernilai positif di dalamnya.

39

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2179548-pengertian-anak-jalanan/#ixzz2CT5NXuTf


(55)

BAB III

Gambaran Umum/Sejarah Berdirinya Yayasan Akur Kurnia Kramat Jati Jakarta Timur

A. Latar Belakang Berdirinya Yayasan Akur Kurnia

Yayasan adalah suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan, didirikan dengan memperhatikan persyaratan formal yang ditentukan dalam undang-undang. Di Indonesia, yayasan diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Rapat paripurna DPR pada tanggal 7 September 2004 menyetujui undang-undang ini dan Presiden RI Megawati Soekarnoputri mengesahkannya pada tanggal 6 Oktober 2004.

Pendirian yayasan dilakukan dengan akta notaris dan mempunyai status badan hukum setelah akta pendirian memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atau pejabat yang ditunjuk.Permohonan pendirian yayasan dapat diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan yayasan.Yayasan yang telah memperoleh pengesahan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Yayasan ini berdiri pada tahun 1998, dikepalai oleh H. Otong Suryana, S. Hum. Berdasarkan Undang- undang RI No.4 tahun 197940,

40


(56)

yayasan ini bergerak dalam mensejahterakan dan melindungi anak yang kurang beruntung agar mendapatkan hak-haknya yang layak. Termasuk melindungi dan mensejahterakan anak jalanan.

Anak-anak Gepeng (gelandangan Pengemis) berbagai peristiwa itu sering membuat Haji Otong Suryana bergidik. Begitu kerasnya hidup orang-orang gelandangan tak berumah yang ada di luar sana, di Jakarta. Berangkat dari berbagai fenomena getir di sekitar tempatnya bekerja itulah, pria kelahiran Serang, 25 September 1955 berinisiatif mendirikan Yayasan Akur Kurnia (YAK). Yayasan ini didirikan karena keprihatinanya yang mendalam atas berbagai peristiwa memilukan itu.

Hobinya bersepakbola membikin Otong lebih mudah untuk melakukan interaksi dengan anak anak pengemis dan gelandangan sekitar pasar.Dari kegiatan latihan sepakbola, Otong mulai menarik simpati anak anak.Mereka diajaknya berbicara dari hati ke hati. Dari situ ia juga memahami problematika dan emosi anak anak asuhynya.

Yayasan Akur Kurnia menjadi sebagai media untuk membina anak anak gepeng (gelandangan pengemis) di sekitar Pasar Induk Kramat Jati.Dirintis sejak tahun 1996 lalu, bersama sejumlah sejawatnya yang sehati, Otong mulai aktif menyelenggarakan kegiatan yayasannya dengan mendidik anak anak pasar untuk dilatih sepakbola dan mengikuti

sejumlah turnamen.“Dengan kegiatan olahraga seperti ini, anak anak akan lebih diarahkan dan kita bisa memahami karakternya,” ungkap


(57)

dukungan banyak kalangan, kegiatan yayasannya pun berkembang dengan menyediakan 2 buah unit Rumah Singgah yang merupakan rumahnya sendiri sebagai rumah anak anak gelandangan.

Sekarang, YAK sudah memiliki Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) untuk para peserta didiknya yang dari berbagai usia. Tak jarang ada juga ibu ibu. YAK juga merupakan salah satu dari sekitar lebih 30 penyelenggara Rumah Singgah penerima dana program penyelenggara Rumah Singgah yang dibantu oleh Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) Kementerian Sosial RI.

“Anak asuh di sini yang ada 50 orang, mereka semuanya adalah anak anak muslim,” kata Otong yang ditemui Hidayatullah.com di yayasannya belum lama ini. Otong tidak pandang bulu untuk menampung siapa pun. Sehingga tak berlebihan jika ia juga dengan tangan terbuka bersedia menampung anak dari Karyadi yang masih kecil kecil. Karyadi adalah seorang korban mutilasi yang santer diberitakan media belum lama ini. Otong mengaku, spiritnya untuk menjadi pekerja sosial untuk membimbing gelandangan juga berangkat dari latar belakangnya yang broken home. Ia mengaku sempat sekolah tapi hanya di bangku Sekolah Rakyat (SR)."Itupun kagak kelar," katanya.

Prioritas Bina Iman,Otong mengutamakan pembinaan mental dan rohani untuk anak anak asuhnya. Di yayasannya, Otong menyelenggarakan kegiatan pengajian secara rutin.Ada ta'lim untuk orang tua anak jalanan (Anjal) dan juga untuk masyarakat umum yang


(58)

digelar setiap hari Kamis setiap pekan.Selain itu ada juga kegiatan baca tulis hitung untuk anak, TK/TPA untuk anak binaan, dan sekolah informal.

“Pendidikan non formal ini diadakan agar anak anak didik itu tidak

pada lari meninggalkan asrama dan kembali ke jalanan,” ujar suami dari Sa'adah ini.

Selain punya rumah singgah 2 unit dan kegiatan majelis ta’lim, ia juga menyelenggarakan Asrama Non-Panti, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBN), TPA, Komunitas Pedagang Asongan (KOPA), Kelompok Usaha Bersama (KUB), Taman Baca Anak (TBA).

Yayasannya kini memiliki pengasuh sebanyak 5 orang, termasuk tukang masak sehari-hari.Berkat usahanya, Otong bersyukur karena alumni YAK didikannya sudah ada yang sukses menjadi pesepakbola nasional. Misalnya Sulaiman yang sempat masuk PON DKI Jakarta.Ada Mahendra yang bermain untuk Persjiap Jepara, dan Firman yang bermain untuk keseblasan Persitara Jakarta Utara (Jakut).

Tak sedikit juga anak anak asuhnya yang berprestasi di bidang lain. Misalnya, salah satu anak asuhnya mendaaptkan kesempatan untuk mengikuti Jambore Pramuka Asia Pasifik di Manila tahun 2009 lalu.Yang sangat membuatnya berbahagia adalah adanya kunjungan langsung oleh Pak Menteri Sosial ke yayasannya tahun lalu.


(59)

Di luar kesibukannya sebagai pegawai Bapengkar dan menjadi orangtua anak anak gelandangan, bapak yang tinggal di Jl Taiman RT. 07/07 Kampung Tengah Kramat Jati saat ini juga masih kuliah menempuh pendidikan strata 1 di Universitas Azzahra jurusan Hukum.Kini, meski atas usahanya yang luar biasa itu telah banyak berbuah.Iamengaku masih terus merasa khawatir dan sedih jika anak asuhanya masih terlibat dalam pergaulan buruk.

“Ada juga yang biasa nyimeng diam- diam di dalam kamar walaupun

sudah tinggal di rumah singgah,” tambah Otong saat ditemui

hidayatullah.com ketika sedang bersiap berangkat ke Pengadilan Negeri Jakarta Timur untuk mendampingi sidang anak asuhnya yang ditangkap sebagai pemakai narkoba.

“Yang menyedihkan adalah ketika ada anak-anak ketahuan ternyata salah satu anak asuhnya adalah kurir atau pemakai narkoba.Kita

sering dipanggil kepolisian kalau ada kasus kasus seperti ini,” tutur pria

yang bekerja di Bapengkar Pasar Induk Kramat Jati sebagai juru tulis ini.

B. Letak Geografis Yayasan Akur Kurnia

Yayasan Akur Kurnia adalah yayasan yang beralamat di Jalan H.Sidih No.57 Rt. 004 Rw. 07 Kelurahan Kampung Tengah Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur 13540.Untuk menuju Yayasan Akur Kurnia dapat menggunakan kendaraan seperti kendaraan umum ataupu yang


(60)

lainnya. Perjalanan dari perbeehentian kendaraan tidak begitu jauh sekitar kurang lebih 100 meter.

Yayasan Akur Kurnia ini dibangun atas kepemilikan sendiri yang berukuran tanah bangunan 40 m dan bangunan 40 m. Sekarang menanmpung kurang lebih 50 anak jalanan, dan letak yayasan ini berada di antara pemukiman penduduk.

C. Visi dan Misi YAK

a. Visi

Meningkatkan kesejahteraan sosial anak dan keluarga kurang mampu khususnya dan masyarakat pada umumnya.

b. Misi

Ikut berperan membantu pemerintah dalam Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) sehingga di harapkan Lansia, Keluarga retak, Orang tua tidak mampu, yatim piatu, anak terlantar, anak pasar, dan anak jalanan terpenuhi kebutuhan dasarnya.

D. Dasar Hukum

1. Udang-undang RI No.4 tahun 1979 tentang kesejahteraan sosial anak.

2. Undang-undang RI No.23 tahun 2003 tentang perlindungan anak. 3. Tanda daftar Yayasan atau Badan SosialNo. 07.13540.837.

4. Izin pendirian Non Panti Asuhan Anak Kurnai No. 027/NPSAA/U.05/2007.


(61)

5. Surat izin Oprasional No. 05.13540.060/078.6.

6. Surat Keterangan Pendaftaran Organisasi / Badan Sosial BKKKS Prov Dki Jakarta No. 00105-DU-4-234/BKKKS/Sket-OBH/10-07.

7. HAM No. C-2342.HT.01.02.TH 2007.

E. Struktur Organisasi Yayasan Akur Kurnia

Yayasan Akur Kurnia dalam menjalankan roda keorganisasiannya, dapat dilihat dalam struktur organisasi berikut ini : Pembina : H. Otong Suryana

Pengawas : Hj. Sa’adah Ketua : Suryani

Sekretaris : Shofiyah Lorensia Bendahara : Rima Kurnia Anggota :1. Karlina


(62)

Gambar 1.

Struktur Organisasi Yayasan Akur Kurnia Kramat Jati Jakarta Timur

Pembina H. Otong Suryana

Pengawas Hj. Sa’adah

Sekretaris Shofiyah Lorensia

Bendahara Rima Kurnia

Ketua Suryani

Anggota Karlinah &


(63)

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA

B. Analisa Data Lapangan

1. Peran Yayasan Akur Kurnia Dalam Program Penanggulangan

Perilaku Anak Jalanan di Jakarta Timur

Dijelaskan dan diuraikan dengan akurat dalam landasan teori bab II mengenai pekerja sosial dalam peranannya menaggulangi perilaku anak jalanan. Pekerja sosial mempunyai tugas- tugas atau kewajiban untuk menanggulangi anak jalanan di sekitarnya melalui program-program keagamaan yang diterapkan di Yayasan.

Bimbingan keagamaan yang dilaksanakan merupakan upaya untuk membantu anak-anak jalanan yang sedang menjalani lika-liku kehidupan yang penuh dengan problema hidup dan mencegah terjadinya masalah pada anak jalanan serta menciptakan suatu kondisi yang baik. Adapun metode pembinaan Yayasan Akur Kurnia menggunakan dua kegiatan yaitu kegiatan bimbingan dan kegiatan keterampilan Kegiatan bimbingan bertujuan untuk memperbaiki sikap mental terhadap kepribadian anak jalanan dan juga untuk menambah wawasan mereka yang berupa ilmu pengetahuan, sedangkan kegiatan keterampilan bertujuan untuk meningkatkan SDM dengan membekali diri anak jalanan berupa


(64)

keterampilan yang berbentuk praktek, agar mereka bisa hidup mandiri serta mereka tidak lagi turun dan berkeliaran dijalanan.

Seperti yang diungkapkan Kepala Yayasan Akur Kurnia di bawah ini:

“kalau saya biasanya pendekatannya nongkrong di lampu merah bareng anak jalanan, saya sosialisasi dengan anak jalanan, trus si anak jalanan mengisi formulir bagi yang siap untuk di didik dan menginterprensi supaya anak-anak tidak kembali ke jalanan ka .” 41

Perilaku sosial seseorang akan sangat bergantung pada 2 faktor yaitu:faktor internal yang berupa potensi diri dan faktor eksternal yang berupalingkungan, begitu juga dengan perilaku sosial anak jalanan yang notaben mereka adalah anak-anak yang hidup di jalanan yang jauh dari sebuah kehidupan norma dan jauh dari aturan. Sehingga secara tidak langsung perilaku yang terbentukpada diri anak jalanan cenderung negatif, karena mereka kurang bahkan bisa jaditidak pernah mendapatkan pembinaan yang lebih mengarah kepadapembentukan pribadi yang baik.

Pembinaan keagamaan yang dilakukan oleh Yayasan Akur kurnia diharapkan lambat laun mampu meminimalisir dan bahkan merubah perilaku negatif anak jalanan. Kerana seorang anak membutuhkan fisikyang kuat, akal yang sehat, akhlak mulia sehingga ia dapat mengurus dirinya,jujur dan dalam alam perbuatannya, berpegang pada keutamaan dan menghindarisifat-sifat tercela.

Selain itu, program penanggulangan perilaku anak jalanan merupakan kewajiban atau tugas besar para perkerja sosial untuk

41

H. Otong, S. Kepala Yayasan Akur Kurnia, Tanya Jawan diskusi, Yayasan Akur Kurnia Kramat jati Jakarta Timur, 23 Maret 2013.


(65)

menciptakan hasil yang baik dari program tersebut. Untuk dapat menghasilkan itu maka program yang dilaksanankan meliputi:

a) Malam Bina Iman dan Taqwa

Dalam tahapan ini, yayasan mengadakan program yang dilakukan setiap satu minggu sekali pada Sabtu malam. Penulis pernah turun langsung sebagai nara sumber dalam kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa atau yang sering disebut MABIT. Kegiatan ini adalah kegiatan yang diadakan untuk seluruh anak jalanan semua usia dari 8 tahun sampai usia 17 tahun. Dalam kegiata ini diadakan siraman rohani dari ustadz atau tokoh masyarakat. Diadakan pula zikir bersama, diskusi tentang keagamaan serta diadakan shalat tahajud bersama.Supaya anak tidak mudah terpengaruh oleh kemajuan zaman yang pesat dari berbgai aspek kehidupan sehingga meninggalkan kepercayaan yang sudah dianut.

Yayasan beusaha dengan giat untuk merubah perilaku anak jalanan yang menyimpang dari ajaran Islam, dan pengaruh dari kemajuan dan teknologi. Dengan memberikan semangat baru dalam melaksanakan ibadah dan membekali diri dengan pengetahuan keagamaan agar semakin menumbuhkan kesadaran akan pentingnya keberagamaan dalam berkehidupan di dunia dann memcapai kebahagiaan di akhirat. Program MABIT ini merupakan upaya penalaran kepada anak jalanan dalam memahami agama Islam lebih mendalam.


(66)

Ibadah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Ibadah yang diterapkan kepada

anak jalanan seperti mengadakan sholat berjama’ah untuk

menghidupkan shalat lima waktu. Setelah mendapatkan pembinaan shalat lima waktu ini maka anak akan menyadari dan memahami ajaran perintah shalat segera melakukan shalat lima waktu. Dan apabila ba’da shalat dimanfaatkan untuk memberikan tausiah

kepada jama’ah yang hadir pada saat itu.

Diharapkan dari program ini anak dapat mengambil pelajaran dari siraman rohani atau kegiatan lainnya sebagai bahan renungan dan motivasi untuk merubah perilaku untuk menjadi yang lebih baik lagi. Tidak lupa dalam kegiatan ini para pekerja sosial pun memberikan arahan dengan ceramah keagamaan agar anak dapat menelaah betapa pentingnya perilaku dalam bermasyarakat. Apalagi di masyarakat sudah dikenal bahwa Anak jalanan lebih cenderung kurang baik perilakunya.

Dalam membina peningkatan perilaku pada anak jalanan, Yayasan senantiasa mengadakan siraman rohani dalam bentuk ceramah agama yang diberikan kepada anak jalanan. Cara yang dilakukan dalam peningkatan perilaku adalah dengan cara memberitahukan segala sesuatu dari perilaku seorang muslim dalam kehidupannya sehari-hari terhadap lingkungan dan makhluk yang ada di sekitarnya berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan Al-Sunnah.


(67)

Contoh perilaku yang disampaikan dalam bertingkah laku di masyarakat adalah bagaimana cara bersikap atau menghormati orangtua, guru, berbuat baik dengan ikhlas kepada sesama manusia tanpa mengharapkan imbalan jasa, bagaimana tata cara makan, bahkan sampai bagaimana akhlak ketika masuk dan keluar kamar kecil, serta tata cara berperilaku lainnya yang sudah menjadi kebiasaan manusia sehari-hari.

Dengan tuntunan yang dilakukan oleh pihak Yayasan Akur Kurnia telah membuat anak jalanan semakin meningkatnya pola ibadahnya dengan baik. Dan hendaknya ketika melakukan aktifitas sekecil apapun senantiasa berlandaskan dengan ajaran Islam yang telah diajarkan, sehingga terlihat pula perbedaan dari perilaku masyarakat yang lebih menunjukkan kepada hal yang baik dalam bertingkah laku sehari-hari kepada sesama masyarakat.

Selain itu, para pekerja sosial mengarahkan untuk menumbuhkan serta meningkatkan kemampuan untuk mengatasi tantangan hidup dan permasalahannya dengan cara yang tidak melanggar norma-norma socialdan agama melalui penanaman budi pekerti, ibadah dan sikap yang normatif. Dengan didampingi langsung oleh para pekerja sosial dan pemberi siraman rohani.


(68)

b) Pendidikan Non Formal

Yayasan memberikan sarana dan prasarana untuk melakukan Kegiatan Belajar mengajar (KBM) untuk anak jalanan yang tidak sekolah. Yayasan Akur Kurnia memberikan pemberdayaan anak melalui Pendidikan Non formal.Di sinilah anak-anak yang tidak sekolah bisa belajar seperti anak lainnya yang menimba ilmu di sekolah-sekolah formal.Para Pekerja Sosial bertugas mengajar dan mendidik anak memberikan ilmu sesuai dengan tingkatan-tingkatan usianya.

Mulai dari TPA, SD, SMP sampai SMA, mereka mendapatkan pelayanan yang sama mendapatkan pengajaran yang layak seperti anak sekolah formal. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) disamakan dengan sekolah- sekolah formal serta mata pelajaranpun tidak dibedakan.

Adapun tingkatan usia Pendidikan Non Formal Yayasan Akur Kurnia:

Usia 6 sampai 7 Tahun : Tingkatan SD Usia 7 sampai 12 Tahun : Tingkatan SD Usia 13 sampai 16 Tahun : Tingkatan SMP Usia 16 sampai 18 Tahun : Tingkatan SMA

c) Kreatifitas (Bakat)

Dalam pengembangan ini, para pekerja sosial memerikan pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan anak jalanan dalam berbagai jenis keterampilan usaha


(69)

atau kerja guna menunjang kebutuhan masa depannya. Pengembangan ini dilatih oleh para pelatuh yang berpengalaman dan profesioanal dalam bidangnya dan didampingi oleh para pekerja sosial.Kegiatan ini meliputi menjahit, perbengkelan, tata boga dan melukis.

2. Harapan Anak Jalanan terhadap Program Penanggulangan Perilaku

Menyimpang

Harapan yang ingin dicapai dari program yang yayasan lakukan adalah mereka mendapatkan hak-hak mereka sebagai anak seperti khalayak anak yang lainnya yang tidak tinggal di jalan.Ketika berada di jalan mereka tidak mendapatkan pengetahuan dan teknologi, dengan program penanggulangan ini mereka bisa mendapatkan itu semua.

Suryadi sebagai anak didikan Yayasan Akur Kurnia mengungkapkan harapannya:42

“ya saya sih pengennya ada di sini karena saya tidak ada biaya, jadi

saya berharap bisa belajar dan dapat ijazah kaya anak-anak yang lain.” Adapun semua program atau kegiatan yang ada dalam yayasan didapatkan informasi dan keterangan dari anak jalanan. Program Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT) merupakan pembentukkan karakter dan perilaku anak jalanan yang menurut penulis merupakan program yang sesuai untuk anak jalanan karena berpengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari di dalam bermasyarakat.

42


(1)

(2)

v

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi :

Nama : Lutfi Zahrudin

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Agustus 1986 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : JL. Tengah Gg. Suurilang Rt. 008/01 No. 56 Gedong Pasar Rebo Jakarta Timur

No. Telp : 0838 73153953, 021 99846736 Email : lutfi.zahrudin@yahoo.com

Status : Belum Menikah Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Hobi : Membaca, Musik

Pendidikan :

 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2006-2013

 SMA/MA 2001-2005

 SMP/MTS Tapak Sunan Condet, Jakarta Timur 1998-2001


(3)

(4)

(5)

(6)