Pemilihan Umum Anggota Legislatif

BAB III SEKILAS GAMBARAN PEMILU

LEGISLATIF DAN PRESIDEN 2004

A. Pemilihan Umum Anggota Legislatif

Penjelasan pada bab dua yang menguraikan mengenai golput memberikan pemahaman akan sebuah pengertian golput yang terjadi pada pemilu 2004. Pandangan golput yang telah dibahas pada bab dua pun sangat urgen dalam memberikan pengklasifikasian dan pengidentifikasian seputar golput yang terjadi pada pemilu 2004 lalu. Penulis sudah menyinggung sedikit seputar golput dan sedikit membahas tentang pemilu 2004 pada bab I, akan tetapi belum memberikan penjelasan gambaran khusus seputar pemilu 2004. Oleh karena itu, pada Bab III ini penulis mencoba membahas sekilas gambaran pemilu 2004 baik pemilu legislatif maupun pemilu presiden secara langsung. Pemilu tahun 2004 adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI untuk memilih anggota DPRDPRD. Di samping untuk memilih anggota DPRDPRD, pemilu 2004 juga sangat berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya, yakni adanya pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung oleh rakyat. Tidak hanya itu, kekhususan pada pemilu kali ini ditandai dengan munculnya lembaga baru yaitu Dewan Perwakilan Daerah DPD, di mana setiap provinsi diwakili oleh empat orang anggota DPD. Pemilu kali ini juga istimewa karena untuk pertama kalinya, pemerintah mengadopsi ketentuan mengenai kuota 30 untuk meningkatkan keterwakilan politik perempuan dalam undang-undang pemilu. Di tengah kondisi minimnya tingkat representasi formal perempuan di lembaga-lembaga politik, terutama di lembaga legislatif, masuknya ketentuan tersebut membawa “angin segar” bagi upaya peningkatan keterwakilan perempuan di DPR. Walaupun harus pula diakui, bahwa ketentuan tersebut belum “mengikat” partai politik karena masih bersifat sukarela dan belum disertai sanksi apapun bagi parpol yang tidak menjalankannya. 71 Pemilihan umum anggota legislatif sebagaimana dengan ketentuan yang digariskan dalam undang-undang adalah saran untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupatenkota dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka. Sedangkan untuk memilih anggota DPD dilaksanakan dengan sistem distrik berwakil banyak. Sistem proporsional daftar terbuka ini memberikan kesempatan bagi calon anggota legislatif, baik yang berasal dari partai politik maupun perseorangan untuk berkompetisi secara terbuka. Artinya, calon-calon yang dikenal oleh masyarakat sekalipun di daftar calon nanti berada pada nomor urut terakhir, apabila ia mendapatkan dukungan dari konstituennya, maka ia akan duduk menjadi anggota legislatif. 72 + + , - Pemilih dengan calon legislatifnya pada sistem seperti ini akan mempunyai ikatan hubungan batin yang kuat, terutama untuk lingkungan masyarakat di daerah calon itu ikut berkompetisi. Pada pemilu 2004 ini, rakyat tidak hanya memilih gambar parpol semata, akan tetapi harus pula memilih nama orang yang berasal dari parpol yang berangkutan. Sedangkan untuk calon perseorangan yang berasal dari calon anggota DPD, pemilih tinggal memilih mencoblos nama orang yang bersangkutan. 73 Sebelum pemilu 2004, beberapa pemilu di Indonesia menggunakan sistem proporsional tertutup, sehingga calon-calon yang diajukan hanya ditetapkan oleh pemimpin parpol. Calon anggota legislatif yang akan menjadi wakil rakyat tidak jarang kurang dikenal oleh rakyat di daerah pemilihannya sendiri. Oleh karena itu muncul kesan rakyat berada di posisi pinggiran dalam mengartikulasikan kedaulatannya. Mereka rakyat harus menerima wakil-wakil dan pemimpinnya yang sesuai dengan kehendak parpol. 74 Masyarakat belum bisa menentukan secara langsung anggota DPR yang nantinya akan menjadi wakil rakyat tersebut. Kembali kepada pembahasan pemilu legislatif 2004, dalam hal penyelenggaraan pemilu tersebut, ada tahapan-tahapan dalam rangka penyelenggarannya. Sesuai dengan UU No. 122003 menetapkan bahwa tahapan- tahapan penyelenggara pemilu terdiri atas sembilan tahapan. Tahapan-tahapan penyelenggaraan pemilu itu kemudian dijabarkan dalam keputusan KPU No. 1002003 tentang tahapan, program dan jadwal penyelenggaraan pemilu 2004 yang dikeluarkan pada 24 April 2003. 75 . . 0 1 Tahapan-tahapan penyelenggaraan pemilu 2004 dimulai dari Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan P-4B; pendaftaran, penelitian dan penetapan peserta pemilu yang terdiri dari a peserta pemilu dari partai politik untuk pemilu anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupatenkota b peserta pemilu dari perseorangan untuk pemilu anggota DPD; penetapan daerah pemilihan dan jumlah kursi untuk setiap daerah pemilihan anggota DPR dan DPRD; pencalonan angggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupatenkota; kampanye pemilu. 76 Tahapan selanjutnya yaitu pemungutan suara terdiri dari a pemungutan dan penghitungan suara di TPS b rekapitulasi suara di PPS, PPK, PPLN, KPU kabupatenkota dan KPU provinsi; penetapan hasil pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD provinsi dan DPRD kabupatenkota; penetapan perolehan kursi dan calon terpilih anggota DPR, DPD, DPRD provinsi dan DPRD kabupatenkota;pengucapan sumpahjanji anggota DPRD kabupatenkotaprovinsi serta DPR dan DPD. 77 Selanjutnya untuk jadwal pemilu legislatif, KPU menetapkan pada 5 April 2004. 78 Dari tahapan-tahapan pemilu di atas, ternyata tahapan pendataan pemilih dan pendaftaran penduduk berkelanjutan atau yang biasa disingkat pendataan P4B di atas masih menyisakan pengalaman buruk dalam pemilu 2004 lalu. Pengalaman tersebut terungkap setelah hari H pencoblosan, dalam hal ini terungkap masih banyak masyarakat yang tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap DPT. Pasalnya pendataan tersebut dari jauh-jauh hari sudah dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum KPU bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik BPS, akibatnya data tersebut menjadi kurang akurat, mengingat masih banyaknya - 2 3 4 . + + . 5 3 pemilih yang belum tercantum. Contoh kasus di Jakarta saja ada sekitar dua juta warga yang mempunyai hak pilih dinyatakan tidak bisa memilih akibat dari namanya tidak terdaftar. 79

2. Kontestan Partai-partai Politik

Pemilu legislatif 2004 diikuti oleh 24 partai politik. Adapun 24 partai politik peserta pemilu tersebut, enam diantaranya merupakan parpol yang berhasil memenuhi electoral threshold 2 sesuai dengan UU No.3 tahun 1999 tentang pemilihan umum yang kemudian diubah dengan undang-undang No.12 tahun 2003 tentang pemilu. Adapun sisanya adalah partai politik baru. 80 Keenam partai yang otomatis menjadi peserta pemilu adalah Partai PDI Perjuangan pimpinan Megawati Soekarnoputri, Partai Golkar pimpinan Akbar Tanjung, Partai Persatuan Pembangunan pimpinan Hamzah Haz, Partai Amanat Nasional pimpinan Amin Rais, Partai Bulan Bintang pimpinan Yusril Ihza Mahendra, dan Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Alwi Sihab. 81 Selain dari keenam partai tersebut di atas, beberapa di antaranya, merupakan partai kelanjutan dari peserta pemilu 1999 yang menggganti nama agar dapat mengikuti pemilu 2004. Seperti Partai Keadilan Sejahtera PKS yang sebelumnya bernama Partai Keadilan PK, Partai Penegak Demokrasi Indonesia Partai PDI yang sebelumnya bernama PDI, Partai Nasional Indonesia Marhaenisme PNI Marhaenisme yang sebelumnya bernama PNI Supeni, Partai 6 . , 7 8 4 4 9 + , 3 4 . + + 3 Keadilan dan Persatuan Indonesia PKP Indoensia yang sebelumnya bernama PKP, dan Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia PPNUI yang sebelumnya bernama PNU. 82 Di samping partai kelanjutan dari pemilu 1999, terdapat juga partai politik pecahan dari partai yang sudah ada, seperti Partai Bintang Reformasi PBR melalui sosok KH. Zainuddin MZ dan Djafar Badjeber yang sebelumnya berada dalam PPP, Partai Nasional Banteng Kemerdekaan PNBK melalui sosok Eros Djarot yang sebelumnya berada dalam PDIP, serta Partai Kaya Peduli Bangsa PKPB yang sebelumnya para personil partai tersebut adalah kader utama Partai Golkar seperti R. Hartono dan Ary Mardjono. 83 Selain mantan peserta 1999 dan pecahan dari partai-partai yang sudah ada, terdapat juga parpol yang merupakan gabungan parpol yang tidak lolos electoral pemilu 1999 yaitu Partai Sarikat Indonesia yang merupakan gabungan delapan parpol yaitu Partai IPKI, Partai Daulat Rakyat, PNI Front Marhaenisme, PNI Massa Marhaenisme, Partai Persatuan, Partai Katolik Demokrat, dan Partai Bhineka Tunggal Ika. Juga terdapat partai baru yang sengaja dibentuk untuk menghadapi pemilu 2004 yakni Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan PDK pimpinan Ryaas Rasyid, Partai Perhimpunan Indonesia Baru pimpinan Sjahrir, serta Partai Persatuan Daerah pimpinan Usman Sapta. 84 Dilihat dari asasnya, 24 partai politik yang lolos mengikuti pemilu 2004 adalah PNI Marhaenisme dan Partai Nasional Banteng Kemerdekaan yang kedua- duanya berasaskan Marhaenisme Bung Karno; lima partai berasaskan Islam yakni 4 9 + , 3 4 4 Partai Bulan Bintang PBB, Partai Persatuan Pembangunan PPP, Partai Persatuan Nadhlatul Ummah Indonesia PNUI, Partai Keadilan Sejahtera PKS, dan Partai Bintang Reformasi PBR; sementara yang berasaskan Pancasila yaitu Partai Buruh Sosial Demokrat, Partai Merdeka, Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan PDK, Partai Perhimpunan Indonesia Baru, Partai Demokrat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia PKPI, Partai Penegak Demokrasi Indonesia PPDI, Partai Amanat Nasional PAN, Partai Karya Peduli Bangsa PKPB, Partai Kebangkitan Bangsa PKB, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDIP, Partai Damai Sejahtera PDS, Partai Golkar, Partai Patriot Pancasila, Partai Sarikat Indonesia, Partai Persatuan Daerah, dan Partai Pelopor. 85 Dari uraian partai-partai politik peserta pemilu 2004 di atas, secara asas dan program memiliki asas dan program yang relatif sama yaitu pancasila, walaupun beberapa partai memiliki asas spesifik seperti asas Islam dan asas Marhaenisme ajaran Bung Karno. Namun dalam jabaran programnya, seluruh partai menyatakan akan memperjuangkan seluruh masyarakat Indonesia tanpa sekat agama, ras, suku, dan golongan, terutama kaum lemah. 86

3. Perolehan Suara Partai-partai Politik

Mengenai perolehan suara dari 24 partai peserta pemilu 2004 tersebut, berdasarkan hasil penghitungan resmi Komisi Pemilihan Umum KPU, terdapat 43 : 2 + : 7 : 5 5 2 3 ; + 8 ; 9 + , -2 6 4- 9 + , 6 tujuh partai politik yang mendapat suara terbanyak dan mampu melewati ambang elektoral electoral threshold, yaitu Partai Golkar yang menempati urutan pertama dengan perolehan suara sebesar 21,58 suara, kemudian secara berturut- turut diikuti oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDIP memperoleh suara sebesar 18,53, Partai Kebangkitan Bangsa PKB sebesar 10,57, Partai Persatua Pembangunan PPP sebesar 8,15, Partai Demokrat PD sebesar 7,45, Partai Keadilan Sejahtera PKS sebesar 7,34, dan Partai Amanat Nasional PAN sebesar 6,44. 87 Sementara partai-partai politik lainnya tidak mampu melewati ambang yang sudah ditetapkan oleh KPU sebesar 3 suara pemilih secara nasional. Dari partai-partai tersebut adalah Partai PNI Marhaenisme dengan perolehan 0,81, Partai Buruh Sosial Demokrat mendapatkan 0,56, Partai Bulan Bintang mendapatkan 2,62, Partai Merdeka 0,74, Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan mendapatkan 1,16, Partai Perhimpunan Indonesia Baru mendapatkan 0,59, Partai Nasional Banteng Kemerdekaan mendapatkan 1,08, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia mendapatkan 1,26, Partai Penegak Demokrasi Indonesia mendapatkan 0,75, Partai Persatuan Nadhlatul Ummah Indonesia mendapatkan 0,97, Partai Karya Peduli Bangsa mendapatkan 2,11, Partai Bintang Reformasi mendapatkan 2,44, Partai Damai Sejahtera mendapatkan 2,13, Partai Patriot Pancasila mendapatkan 0,95, Partai Sarikat Indonesia mendapatkan 0,60, Partai Persatuan Daerah mendapatkan 0,58, dan terakhir Partai Pelopor mendapatkan 0,77 lihat: Lampiran 1. 4 : , 7 8 Pada pemilu legislatif 2004, Jumlah pemilih yang terdaftar secara keseluruhan yaitu 148.000.369 pemilih. Dari jumlah keseluruhan tersebut, pemilih yang menggunakan hak pilihnya sebanyak 124.420.339 pemilih 84,07 dan jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnyagolput sebanyak 23.580.030 pemilih 15,93. Dari seluruh jumlah pemilih, terdapat 113.462.414 91,19 surat suara sah dan 10.957.925 8,81 suarat suara yang tidak sah lihat: Lampiran 1. Jadi keseluruhan jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya dan suara yang tidak sah pada pemilu legislatif 2004 sebesar 34.537.955 23,34 pemilih. Jumlah tersebut oleh sebagian orang disebut golput.

4. Koalisi Partai-partai Politik

UU No. 23 tahun 2003 menyebutkan bahwa rekrutmen calon presiden dilakukan oleh partai politik. Kemudian selanjutnya pada pasal 6A ayat 2 UUD 1945 menjelaskan bahwa pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan tersebut selanjutnya diterjemahkan melalui UU No. 23 tahun 2003 tentang pemilu presiden dan wakil presiden. Dalam pasal 5 ayat 1 menyebutkan, “peserta pemilu presiden dan wakil presiden adalah pasangan calon yang diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum”. Selanjutnya pada pasal 101 berbunyi, “pasangan calon presiden dan wakil presiden hanya dapat diajukan oleh partai politik yang memperoleh kursi di DPR sebanyak 3 atau yang memperoleh 5 suara sah secara nasional dalam pemilu legislatif.” 88 Mengenai pengaturan koalisi, dalam UU pilpres tidak disebutkan secara eksplisit. Artinya, mekanisme koalisi yang dibentuk dan aturan main yang harus dilakukan dalam berkoalisi tidak diatur dalam UU pilpres. Dalam UU pilpres hanya menyebutkan tentang peran partai politik atau gabungan partai politik. Pada pasangan gabungan partai politik inilah yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk koalisi antar partai dalam mengusung calon pasangan presiden dan wakil presiden. 89 Dari 24 partai politik yang berhak mencalonkan pasangan presiden dan wakil presiden hanya ada tujuh partai politik yaitu Golkar, PDIP, PKB, PPP, PD, PKS, dan PAN. Dari ketujuh partai di atas, yang mencalonkan pasangan presiden dan wakil presiden hanya ada lima partai yaitu Golkar, PDIP, PPP, PD, dan PAN. Sedangkan PKB dan PKS tidak mencalonkan. PKB tidak mencalonkan karena di tolak oleh KPU dengan alasan tidak memenuhi kesehatan jasmani dan rohani, sedangkan PKS berdasarkan keputusan Masjlis Suro-nya untuk tidak mengajukan pasangan calon presiden dan wakil presiden. 90 Dari pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diajukan masing- masing partai ternyata terbentuk oleh hasil koalisi. Ini terlihat dari lima pasangan calon presiden dan wakil presiden hanya PPP yang tidak melakukan koalisi, sedangkan empat partai berkoalisi dengan partai-partai lainnya. 91 44 ; ; = , ; ; 3 4- 46 4 2 44 6 4- 6 44 Menarik melihat proses tampilnya pasangan capres-cawapres dalam pemilu presiden 2004. kombinasi pasangan capres-cawapres itu dianggap mewakili spektrum ideologi politik yang berbeda. Dengan kata lain, masing- masing pasangan bisa saja mengklaim mewakili spektrum ideologi yang sama. Wiranto yang pada waktu itu memenangkan dalam konvensi Partai Golkar, setelah Gus Dur gagal maju dari calon PKB, akhirnya meminang Salahuddin Wahid, adik kandung Abdurahman Wahid. Pasangan Wiranto-Salahudin ini diharapkan dapat meraup suara Golkar dan kaum nahdliyyin massa NU yang berbasis kuat di Jawa Timur. 92 Wiranto-Salahuddin Wahid membentuk pola koalisi dengan pertimbangan bahwa sosok Wiranto dianggap dapat membawa harapan para pendamba terjaminnya keamanan. Sedangkan Salahuddin Wahid Gus Solah adalah tokoh PKB yang diharapkan bisa meraup suara dari massa PKB. 93 Sedangkan pasangan Megawati Soekarnoputri – Hasyim Muzadi dianggap sebagai kombinasi representasi kelompok nasionalis dan Islam tradisional NU. Megawati sebagai Ketua Umum PDIP dan juga puteri Soekarno, proklamator dan presiden RI pertama. Sedangkan Hasyim adalah Ketua Umum non-aktif PB NU. Sehingga dengan demikian diharapkan bisa meraup pendukung panatik Megawati, Bung Karno dan kaum nahdliyyin pendukung Hasyim Muzadi. Lagi pula posisi Megawati waktu itu sedang menjabat sebagai presiden yang dianggap memiliki posisi yang strategis. 94 6 . + + . 5 3 - 6 8 , , ; ; 3 6 . + + -2 Pasangan Amin Rais-Siswono Yudhohusodo juga tidak kalah penting. Amin Rais dianggap mewakili Islam Muhammadiyah berpasangan dengan Siswono yang dianggap mewakili spektrum nasionalis. Pasangan ini juga diharapkan tidak hanya meraup suara Muhammadiyah yang merupakan Ormas Islam terbesar kedua di Indonesia, tapi juga suara kaum nasionalis, khususnya pendukung Siswono. Sebab selain tokoh nasionalis, Siswono juga dikenal sebagai pemimpin organisasi petani yang tergabung dalam Himpunan Kerukunan Tani Indonesia HKTI. 95 Selanjutnya pasangan SBY-JK, pasangan yang dicalonkan oleh Partai Demokrat, PBB, PKPI sebagai capres dan cawapres. Dalam soal representasi, kombinasi pasangan ini lebih dianggap sebagai representasi Jawa-Luar Jawa ketimbang kombinasi Ideologi apapun. Apalagi dengan karismanya SBY, beberapa survei selalu menempatkan SBY sebagai calon yang terfavorit. 96 Diharapkan, pasangan ini dapat meraup suara dari Jawa dan luar Jawa yang simpati pada pasangan tersebut. Terakhir kombinasi pasangan Hamzah Haz-Agum Gumelar. Pasangan ini bahkan dianggap mewakili dua spektrum politik yang berbeda, tidak hanya kombinasi tokoh Islam dan nasionalis atau sipil militer, akan tetapi Jawa-Luar Jawa. 97 Sehingga diharapkan dapat meraup suara tidak hanya dari kalangan Islam saja, akan tetapi dari kalangan nasionalis sekalipun. Pada pilpres putara kedua, pola koalisi cenderung cair dan pragmatis. Ini terlihat dari kelompok pendukung masing-masing kandidat dalam membangun koalisi. Kubu Megawati dalam membangun dukungan membentuk koalisi 63 6- 2 4 6 4 kebangsaan. Koalisi ini didukung antara lain oleh partai-partai politik yang pada pilpres putara pertama mengusung Wiranto dan Hamzah Haz. Sementara pasangan SBY-JK membentuk koalisi kerakyatan. PKS yang pada putara pertama mendukung Amin-Siswono, kini pada putara kedua menjadi pendukung pasangan SBY-JK. Masuknya PKS dalam koalisi ini karena SBY-JK setuju atas lima syarat 1 konsisten melakukan perubahan; 2 mempertahankan kedaulatan RI di dunia internasional; 3 konsisten melanjutkan demokratisasi dan reformasi; 3 meningkatkan kualitas moral bangsa, menegakkan hukum dan HAM; dan 5 mendukung perjuangan bangsa Palestina dan tidak membuka hubungan diplomatik dengan Isarel. 98 Sehubungan dengan hal koalisi tersebut di atas, Dhurorudin mengatakan bahwa pola koalisi yang terjadi telah meruntuhkan sekat ideologis antara Islam dan ideologi sekuler. Hal ini karena dalam koalisi kebangsaan, di samping terdiri dari partai-partai sekuler terdapat juga partai-partai Islam seperti PPP dan PBR. Demikian juga halnya dalam koalisi kerakyatan terdapat partai-partai Islam seperti PBB dan PKS. 99

B. Pemilihan Umum Presiden Langsung