Pengertian Dan Cara Penentuan Baik Dan Buruk

35

BAB IV HUKUM MEMASUKKAN ORANG TUA KE SASANA TRESNA WERDHA

A. Pengertian Dan Cara Penentuan Baik Dan Buruk

Menurut kamus bahasa Indonesia Baik mempunyai arti ”elok, patut, teratur, apik, rapi tidak ada celanya dan sebagainya 63 . Sedangkan buruk mempunyai arti ”rusak atau busuk karena sudah lamajahat, tidak menyenangkan” 64 Standar penentuan baik dan buruk menurut Ahlus-sunnah wal- jamâ‟ah adalah sesuai dengan Al- Qur’an dan sunnah. Jika Al-Qur’an mengatakan bahwa suatu perbuatan itu buruk, maka perbuatan itu adalah buruk. Misalnya, di dalam Al- Qur’an meyatakan bahwa zina itu adalah perbuatan buruk, karena Al-Qur’an menyatakan bahwa zina itu perbuatan keji 65 . اَ ًيِسََء سَ ًَشِح فَ َ ِإَ ِز اَا ْت َُ أ سأا ٧١ : ٤ َ Artinya: ”Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk ”. QS. Al- Isra’17: 4 Selain Al- Qur’an, sunnah pun juga menjadi pedoman untuk menentukan baik dan buruk. Sunnah dari Nabi Muhammad Saw, karena sebagaimana 63 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 90 64 Ibid., h. 180 65 Lajnah Pentashihahan Mushaf Al- Qur’an, Tafsir Al-Qur‟an Tematik: Etika Berkeluarga, Bermasyarakat Dan Berpolitik, Jakarta: Lajnah Pentashihahan Mushaf Al- Qur’an, Tafsir Al-Qur’an Tematik, 2009, h.14 36 disebutkan di dalam Al- Qur’an bahwa Nabi memiliki budi pekerti yang sangat baik. Maka pantaslah beliau dijadikan sebagai contoh dan acuan sebagai penentuan sikap baik buruk, melalui sunnah-sunnahnya atau hadits-haditsnya. يِظعَقُخَى ع َ ِإَ َُا ٨٦ َ: ٤٦ ََ Artinya: ”Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” QS. Al-Qalam68: 48 Karena sesungguhnya Nabi diutus untuk mengajar dan mendidik masyarakat untuk berperilaku yang baik dan membentuk seseorang memiliki kepribadian Islam. 66 Al-Q ur’an dan hadits merupakan sumber hukum yang pertama umat muslim, akan tetapi jika di dalam keduanya tidak ada maka boleh melakukan ijtihad seperti yang dilakukan oleh Mu’adz bin Jabal ketika diutus ke Yaman. N abi berkata kepada Mu’adz: dengan apakah kamu memutuskan? Muadz menjawab: dengan kitab Allah Nabi berkata: jika kamu tidak mendapatkan? Muadz menjawab: dengan sunnah Rasulullah Nabi berkata: bila kamu tidak menemukan? Muadz menjawab: aku berijtihad dengan pendapatku sedang aku tidak mengabaikan usaha. 66 Anwarul Haq, Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia , Bandung; Marja’, 2004, h. 80. 37 Nabi berkata: segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberi pertolongan utusan Rasul-Nya kepada apa yang diridhoi Allah dan Rasul-Nya. 67 Hadits ini dikuatkan oleh Ibn Abdil Darr, Ibnu Taymiyah ibnu al-Qayyim, Adz-Dzahabi ibnu Katsir dll. Menurut Imam Syaukani hadits ini hasan yang memiliki beberapa jalan hadits sehingga derajat hadits ini menjadi hadits yang diterima. 68 Jadi kalau demikian sumber hukum dibagi menjadi dua: 1. Wahyu, seprti dalam Al-quran dan Hadits 2. Akal dalam bentuk fiqih-fiqih, fiqih yang diformalkan seperti, undang- undang, peraturan pemerintah dan lain-lain, dan yurisprudensi.

B. Pengertian Dan Tujuan Hukum Islam Serta Metode Hukumnya