Anak mengizinkan orang tua lanjut usia untuk tinggal di sasana tresna werdha: studi analisis perspektif hukum islam

(1)

(Studi Analisis Perspektif Hukum Islam )

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah Dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)

Oleh :

FAATHIMAH UMMU ABDILLAH 105044101405

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A


(2)

ANAK MENGIZINKAN ORANGTUA LANJUT USIA UNTUK TINGGAL DI SASANA TRESNA WERDHA

(Studi Analisis Perspektif Hukum Islam)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah Dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)

Oleh:

Faathimah Ummu Abdillah 105044101405

Pembimbing

Drs. A. Basiq Djalil, S.H., M.A NIP. 1955 0505 1982031012

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A 2010 M/1431 H


(3)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata satu Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli hasil karya saya, atau merupakan hasil karya jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Juli 2010

Faathimah Ummu Abdillah NIM: 105044101405


(4)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Orang tua merupakan orang yang paling besar pengorbanannya bagi anak-anaknya dan yang paling tulus pemberiannya. Maha Kasih Allah yang memberi rasa kasih sayang kepada para orang tua untuk anak-anaknya, karena dengan itulah para orang tua dapat menyayangi dan mendidik anak-anaknya dari semenjak di kandungan sampai mereka tumbuh dewasa. Misalnya, ketika seorang anak masih di dalam kandungan, ibunya rela menanggung sakit yang semakin bertambah-tambah. Sehingga ’Atha’ Al-Khurasany menafsirkan surat Luqman ayat 14 yang menggambarkan keadaan seorang ibu yang sedang hamil dengan kata dha’fan ’ala dha’fin yakni lemah bertambah lemah.1 Dan ketika mereka sudah berumahtangga, mereka menitipkan anak-anak mereka kepada orang tua mereka karena mereka telah sibuk bekerja.

Selain itu, wujud kasih sayang orang tua kepada anaknya adalah memberi pendidikan, sandang, pangan dan tempat tinggal yang terbaik sesuai dengan kemampuan masing-masing orang tua. Tentunya mereka tidak bermalas-malasan untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Tak jarang mereka harus pergi ketika matahari mulai terbit dan pulang ketika hari telah gelap agar bisa memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Tak jarang pula mereka rela melanjutkannya

1 Sâmiy Ibnu Mahmud Ibnu „Abdurrahman Ibnu Salamah, Tafsir Al-Quran Al-‘Azîm


(5)

dengan begadang semalam suntuk untuk menemani anaknya yang sedang sakit atau terbangun ketika malam hari hanya sekedar mengganti popok sang anak. Mereka pun tak bosan-bosannya menasehati suatu kebaikan kepada anak-anaknya, walaupun sering anak-anaknya tidak mau mendengarkan dan melakukan nasehat-nasehatnya.

Tak semua anak mendapat orang tua yang ideal seperti yang mereka inginkan. Namun setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya dengan cara mereka sendiri, yang tentunya dalam hal ini dipengaruhi dengan ilmu atau pengalaman hidup mereka sebelumnya. Misalnya dalam film Garuda di Dadaku, di sana dikisahkan bahwa ada seorang kakek yang meminta kepada anaknya agar cucunya tidak bermain sepak bola. Hal ini kakek lakukan karena tak ingin masa depan cucunya suram seperti menantunya yang merupakan ayah dari cucunya.2 Atau dalam novel Ketika Cinta Bertasbih Episode 2 yang termasuk di dalamnya mengisahkan seorang anak yang bernama Zumrah. Orang tuanya sengaja meminta budenya bibi untuk mengasuh Zumrah, karena pada waktu itu orang tuanya sangat kerepotan mengasuh ketiga adiknya yang masih kecil-kecil dan karena kondisi ekonomi yang sedang sulit. Sementara budenya hanya punya satu anak saja.3

2

Ifa Irfansyah, Garuda di Dadaku, (Jakarta: SBO Films & Mizan Productions 2009).

3

Habiburrahman El-Shirazy, Ketika Cinta Bertasbih episode 2, (Jakarta: Panerbit Republika, 2007), h.51.


(6)

3

Begitu besar jasa orang tua kepada anak-anaknya, maka tidak heran jika berbakti kepada orang tua merupakan suatu kewajiban bagi setiap anak. Bahkan dalam tafsir Al-Mishbah surat Luqman ayat ke 14, kewajiban berbakti kepada kedua orang tua menempati tempat kedua setelah pengagungan kepada Allah swt.4. Dalam tafsir Al-Qur’an Al-Adhim surat Al-isra’ ayat 23 pun menjelaskan bahwa seorang anak tidak boleh melakukan perbuatan dan berbicara yang buruk terhadap orang tuanya.5 Dan di dalam Syarh Shahih Muslim pada hadits ke 6452, dalam hadits tersebut mengkisahkan seorang anak yang bernama Juraij Ra. dengan ibunya. Dalam syarah hadits tersebut dijelaskan keagungan berbuat baik kepada orang tua dengan mengokohkan hak ibunya dan sesungguhnya do’a ibu adalah do’a yang terjawab oleh Allah.6

Usaha-usaha seorang anak untuk merawat berbakti kepada orang tuanya dapat dengan banyak cara, misalnya memenuhi hak-hak kedua orang tuanya7 : 1. Mentaati keduanya selain untuk bermaksiat kepada Allah

2. Berbuat baik 3. Tawadhu’ 4. Berkata halus 5. Memberi makan

4

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Juz 11, (Jakarta: Lentera Hati, 2003), h. 128.

5Sâmiy Ibnu Mahmud Ibnu „Abdurrahman Ibnu Salamah, Tafsir Al-quran Al-‘Azîm

Addamsyîqi. Juz 5, (Riyâdh: Daar Thayyibah Li Nasyar wattawzî’, 2007), h. 64.

6

Khalil Ma’mun Syeh, Shahih Muslim Bisyarh Al-imam Muhiddin An-nawawi Jilid 8, (Baerut: Dâr Al-Ma’rifah, 2007), h. 323.

7„Abdul „Aziz Ibnu Fathy As

-Sayyid Nida, Mawusû’ah Al-Adâb Al-Islâmiyah, (Ar-Riyâd: Dâr Tayyibah Linnasyar wa At-Tawzy’, 1428-2007), h. 163-167.


(7)

6. Meminta izin ketika akan pergi untuk jihad dan sebagainya 7. Memberi harta ketika mereka meminta

8. Jangan bermuka buruk atau semisalnya kepada keduanya 9. Mendahulukan berbuat baik kepada ibu dari pada kepada bapak 10.Lebih mengutamakan ibu dari pada bapak

Sedangkan untuk berbakti kepada orang tua yang telah lanjut usia dapat ditambahkan dengan:

1. Merawat sendiri kedua orang tua di rumahnya.

2. Menyewa suster untuk merawat kedua orang tua dirumahnya.

3. Memasukkan ke Sasana Tresna Werdha. Hal ini biasa terjadi di Negara-negara barat8 dan beberapa daerah di Indonesia juga mulai ada peningkatan jumlah penghuni Sasana Tresna Werdha.9 Walaupun di Indonesia sendiri masih banyak yang menganggap buruk memasukkan orang tua ke Sasana Tresna Werdha.10 Tapi tentu saja mereka mempunyai alasan-alasan tersendiri yang belum tentu itu buruk, di antaranya karena:

a. Kesibukan mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga mereka sehingga tidak punya waktu untuk merawat orang tuanya, sehingga mereka berfikir apabila tetap di rumah orang tuanya akan terlantar maka lebih baik dimasukkan ke Sasana Tresna Werdha.

8 Mutia Mutmainah, Keajaiban Do’a & Ridho Ibu, (Jakarta: Wahyu Media, 2008), h. 49. 9 Penghuni Sasana Tresna Werdha meningkat”, artikel diakses pada tanggal 19 Januri 2010

dari http://www.antara.co.id/view/?i=1216752275&c=NAS&s=

10 Azka, “Bagaimana pendapat anda tentang menaruh ORTU di Sasana Tresna Werdha...?”,

Artikel diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari


(8)

5

b. Ingin membahagiakan kedua orang tua mereka dengan memasukkan ke Sasana Tresna Werdha. Karena di sana banyak kegiatan-kegiatan yang dikhususkan untuk orang-orang tua lanjut usia.11

c. Dengan memasukkan orang tua ke Sasana Tresna Werdha, maka para orang tua yang telah lanjut usia dapat bertemu dengan teman-teman seusianya.12

Islam adalah agama yang syumul13 yang mengatur tentang segala hal. Salah satunya adalah berbakti kepada orang tua, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelum ini. Namun dalam hal hukum merawat orang tua yang lanjut usia dengan mangizinkan orang tua untuk ke Sasana Tresna Werdha masih memerlukan analisa yang mendalam lagi. Karena itu, penulis ingin membahas lebih dalam tentang “Anak Mengizinkan Orang tua Lanjut Usia Tinggal Ke

Sasana Tresna Werdha (Studi Analisis Prespektif Hukum Islam)”. B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Banyak faktor yang menyebabkan seorang anak memasukkan orang tuanya ke Sasana Tresna Werdha. Namun penulis akan lebih mendalam menjelaskan hukum anak memasukkan orang tua ke Sasana Tresna Werdha

11

B. Hurlock Elizabeth, Psikologi Perkembangan,edisi ke-5, Jakarta: Erlangga, 1980 , h. 57

12. Azka, “Bagaimana pendapat anda tentang menaruh ORTU di Sasana Tresna Werdha...?”,

Artikel diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari

http://forum.detik.com/showthread.php?t=84418&page=7


(9)

menurut hukum Islam, karena anak tersebut sibuk untuk mengurusi keluarganya sendiri, yakni keluarga barunya.

2. Perumusan Masalah

Ajaran Islam memerintahkan kepada umatnya untuk berbakti kepada orang tua. Terutama ketika mereka sudah lanjut usia. Kenyataannya, pada zaman sekarang merawat orang tua yang telah lanjut usia tidak hanya bisa dari tangan seorang anak saja, mereka juga bisa menyewa suster untuk merawat di rumahnya dan ada juga yang memasukkan orang tuanya yang telah lanjut tersebut ke Sasana Tresna Werdha dengan maksud agar orang tuanya tidak terlantar. Namun cara merawat yang terakhir, banyak masyarakat Indonesia masih merasa kurang pantas.

Rumusan tersebut di atas penulis merinci dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana kondisi keluarga anak yang mengizinkan orang tuanya tinggal di Sasana Tresna Werdha?

b. Bagaimana kondisi orang tua yang diizinkan anaknya untuk tinggal di Sasana Tresna Werdha?

c. Bagaimana peran Sasana Tresna Werdha dalam merawat orang tua? d. Bagaimana hukum Islam menghukumi seorang anak yang mengizinkan

orang tuanya untuk tinggal di Sasana Tresna Werdha?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


(10)

7

1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)

2. Untuk mengetahui kondisi keluarga yang memberikan izin salah satu orangtua yang telah lanjut usia untuk tinggal di sasana tresna werdha.

3. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap seorang anak yang mengizinkan orangtuanya tinggal di Sasana Tresna Werdha.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat terhadap kepentingan dunia akademik

Penelitian ini diharapkan dapat menyajikan informasi sebagai acuan dan berguna untuk menambah wawasan pemikiran dalam hal hukum anak mengizinkan orang tua tinggal di Sasana Tresna Werdha.

2. Manfaat terhadap dunia praktisi

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat disumbangkan untuk seluruh muslim di dunia sebagai rujukan dan pertimbangan ketika akan mengizinkan kedua orang tuanya untuk tinggal di Sasana Tresna Werdha.

D. Review Studi Terdahulu

Skripsi yang berjudul Konsep berbakti kepada orang tua menurut ajaran Islam kajian tafsir surat Luqman ayat 14-15 dan surat Al-Isra Ayat 23-24 yang ditulis oleh Sumyatih. Jurusan Pendidikian Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan tahun 2002. Dalam skripsi tersebut membahas tentang perintah Allah SWT terhadap ayat-ayat yang berhubungan dengan masalah berbuat baik, menghormati kedua orang tua, dan yang berkaitan dengan hal itu yang


(11)

membutuhkan suatu penafsiran. Dalam hal ini beliau mengambil empat ayat dari Al-Qur’an yaitu surat Luqman ayat 14-15 dan surat Al-Isra’ ayat 23-24.

E. Metode Penelitian dan Penulisan

1. Metode dan Pendekatan Penelitian

Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis yaitu metode yang menggambarkan dan memberikan analisa terhadap kenyataan di lapangan. Sedangkan yang dimaksud penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.

Penelitian ini terdiri dari penelitian hukum Islam penelitian hukum kepustakaan dan penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau sekunder belaka.

Dalam hal ini data sekunder diperoleh melalui bahan pustaka atau biasa disebut book research yang sifatnya relevan dengan skripsi ini. Buku atau bacaan buku ini dapat berupa literatur, majalah, buletin, dan buku-buku ilmiah lainnya yang berhubungan dengan hukum memasukkan orang tua ke Sasana Tresna Werdha. Sedangkan data primernya diperoleh dari hasil wawancara dengan pengurus Sasana Tresna Werdha, anak yang akan mengizinkan orang tuanya untuk tinggal di Sasana Tresna Werdha dan orang tua yang diizinkan untuk tinggal di Sasana Tresna Werdha.


(12)

9

2. Alat Pengumpul Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan alat pengumpul data sebagai berikut:

a. Bahan Hukum, terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. Sedangkan bahan-bahan hukum sekundernya adalah dari buku-buku ilmiah lain yang mendukung dan memperjelas bahan hukum primer.

b. Wawancara, yaitu tanya jawab lisan, dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Yang satu dapat melihat muka dan mendengarkan yang lain dengan telinga sendiri suaranya.

3. Alat Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan akan diolah, dianalisa dan diinterpretasikan untuk dapat menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

Sedangkan pengolahan data yang diperoleh dari hasil wawancara dilakukan dengan cara: pertama, mengedit editing data, yaitu memeriksa data yang terkumpul apakah jawaban-jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam wawancara sesuai atau tidak dengan yang dibutuhkan. Jawaban yang dianggap lengkap dan belum atau tidak menjawab dipisahkan, kedua, mengklasifikasikan data yaitu mengelompokkan data berdasarkan masing-masing permasalahan yang telah dirumuskan.


(13)

4. Analisa Data

Setelah pengolahan data, langkah selanjutnya adalah menganalisa dan menginterpretasikan data. Analisa data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data-data tersebut secara jelas dan menganilisis isinya. Kemudian menginterpretasikan menggunakan bahasa penulis sendiri. Dengan demikian akan nampak jelas rincian jawaban atas pokok permaslahan yang diteliti.

Sebagai pedoman dalam penulisan karya tulis ini, penulis merujuk kepada buku ”Pedoman Penulisan Skripsi” Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Jakarta Press, 2007.

F. Sistematika Penulisan

Bab pertama tentang, pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian, pedoman penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab kedua tentang, landasan teoritis tentang keluarga, anak dan orang tua, mulai dari pengertian dan kewajiban antar keluarga. Kemudian landasan teoritis tentang Sasana Tresna Werdha mulai dari pengertian, prinsip, tujuan, landasan, fungsi dan perannya dalam merawat orang tua. Karakteristik Usia lanjut berdasarkan usia atau ciri keadaan yang terjadi ketika masuk masa lanjut usia.

Bab ketiga tentang, Pengertian dan tujuan berdiri Sasana Tersna Werdha, gambaran umum kondisi anak yang mengizinkan orang tuanya tinggal di Sasana


(14)

11

Tresna Werdha dan orang tua yang tinggal di Sasana Tresna Werdha. Dan gambaran kondisi Sasana Tresna Werdha yang ditempati.

Bab keempat tantang, Pengertian dan cara penentuan baik dan buruk, pengertian hukum Islam, teori maslahah mursalah, kaidah Addararu yuzâl dan tingkatan kemaslahatan berdasarkan kebutuhannya, pembahasan hukum anak mengizinkan orang tua tinggal di Sasana Tresna Werdha, analisa dampak positif dan negatif yang terjadi apabila orang tua tinggal di Sasana Tresna Werdha, analisa kondisi keluarga dengan memakai maslahah mursalah, kaidah Addararu yuzâl, teori pemenuhan hak dan kewajiban sesama.tentang kedudukan hukum anak memasukkan orang tua ke Sasana Tresna Werdha. Dan analisa terhadap hukum anak memasukkan orang tuanya ke Sasana Tresna Werdha.

Bab kelima tentang, penutup yang terdiri dari kesimpulan bahasan yang ada pada bab-bab sebelumnya dan saran dari hasil penelitian.


(15)

12

A. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan satuan kekerabatan yang paling mendasar di masyarakat. Maksudnya, masyarakat itu terdiri dari kumpulan keluarga dan tidak akan ada sebuah masyarakat tanpa keluarga. Karena masyarakat itu terdiri dari orang-orang tua, remaja dan anak-anak yang semua itu berasal dari sebuah keluarga. Sehingga keluarga juga bisa didefinisikan sebagai ibu, bapak dan anak-anak14.

Sedangkan yang dimaksud dengan bapak adalah orang tua laki-laki atau orang yang dipandang sebagai orang tua atau orang yang dihormati15; ibu merupakan sebutan seorang perempuan yang telah melahirkan kita atau wanita yang sudah bersuami dan anak adalah keturunan kedua setelah orang tua16. Jadi walaupun bapak, ibu dan anak kadang hanya merupakan sebuah panggilan tanda penghormatan, tapi tetaplah mereka semua berasal dari sebuah keluarga.

B. Kewajiban Anggota Keluarga

Kewajiban adalah pembatasan atau beban yang timbul karena hubungan dengan sesama atau dengan negara17. Ketika seseorang berinteraksi dengan orang

14

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Departemen Pendidikan, Balai Pustaka, 2007 , Edisi Ketiga, h.721

15

Ibid., h. 106

16

Ibid., h. 416

17 Muhammad Amin Effendi, “Memahami Hak Dan Kewajiban”, Artikel Diakses Pada


(16)

13

lain, maka pada saat itulah ada sebuah beban antara orang yang satu dan orang yang lainnya, dengan kata lain kewajiban bisa membebani seseorang kapan saja dan di mana saja ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Misalnya setelah seorang pembeli sudah membayar dengan harga yang telah disepakati dengan penjual, maka ada kewajiban bagi penjual untuk menyerahkan barang yang telah dibeli tersebut.

Dalam kehidupan berkeluarga pun juga seperti itu. Masing-masing anggota keluarga mempunyai kewajiban masing-masing, karena di dalam keluarga pasti terjadi interaksi antar anggota keluarga.

Di antara kewajiban anak terhadap orang tuanya adalah: 1. Mentaati keduanya selama tidak bermaksiat kepada Allah.

ِشتَ ْ أَ ى عَ ا جَ ْ ِإ

َ

َ َ يِ

َ فَ ِْعَ َِِ َ سي

َ َ عِطت

اَىِفَ ِحصَ َ ِحص

َ يِسَ ِتاَ َ ًف ع َ ي

َ

ُثَيي ِإَ أ

َي ِإَ

ُ عتَ ت ُ َ َِ ُ ُِ ُأفَ ُ عِج

َُ

/

١٧

:

٧٤

ََ

Artinya: ”Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan”. Q.S Luqman/31:14 2. Berbakti dan merendahkan diri terhadap orang tua.

َىضق

َ

َِ ي ِا ْ َِ َ يِإََاِإَا عتََاأ

ِ اَ ِعَ غُ يَ ِإَ سحِإ

َ

ُأَ َْ ُتَافَ َاِ َ أَ

حأ

ًَا قَ َْ ُقَ َ َ تَا ٍَف


(17)

يِ

َ.

اَح جَ َضفخا

ُقَ َِ ح اَ َِِ

َ

َ َ ح اَِ

ا يِغصَىِ ي

َُ

أ سإا

/

٧١

:

٢١

-٢٤

ََ

Artinya: “Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil". QS. Al-Isra’/17:23-24

3. Tawadhu’ 4. Berkata halus. 5. Menyediakan makan

6. Meminta izin ketika akan pergi untuk jihad dan pergi untuk urusan lainnya 7. Memberi harta kepada orang tua menurut jumlah yang mereka inginkan.

َ ِ ِا َِ ُ َ َت ا

ََ

Artinya: ”Kamu dan hartamu milik ayahmu”. Ahmad dawud. shahihul jaami’ 8. Membuat keduanya ridha dengan berbuat baik kepada orang-orang yang

dicintai oleh mereka.

9. Memenuhi sumpah kedua orang tua

10.Mendahulukan berbuat baik kepada ibu dari pada kepada bapak

ع

َ

ع َيِاَ عَ،ِ ع ْاَِ َ ع

، ي َيِأَ عَ،

َق

ََء ج

ج

َ

َي إ

فَ سَ َِي عَ َ اَىَصَهاَِ س

َ

َقحا

َِس ا

سحِ

حص اَِ

يِت

َ؟


(18)

15

ق

َ:

، ُأ

َق

َ:

قَ؟ َ ُث

َ:

، ُأَ ُث

َق

َ:

قَ؟ َ ُث

َ، ُأَ ُث

ق

َ:

قَ؟ َ ُث

َ:

َ ُث

أ

َ.

س َ ا

18

Artinya: ‟Umârah ibnu Al-qo‟qo‟, dari Aby Zur‟ah, dari Aby Hurairah, berkata, ” Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Saw, maka berkata laki-laki : ”siapakah yang lebih berhak di antara manusia dengan persahabatan pergaulan yang baik?” bersabda

Rasulullah: ”Ibumu”, berkata laki-laki : ”kemudian siapa?”

bersabda Rasulullah: ”Ibumu”, berkata laki-laki : ”kemudian

siapa?” bersabda Rasulullah: ”Ibumu”, berkata laki-laki :

”kemudian siapa?” bersabda Rasulullah: ”Bapakmua”. HR.

Muslim

11.Tidak mencela orang tua atau tidak menyebabkan mereka dicela orang lain.19

قَ، عَِ ِاَِهاَِ عَ ع

َ:

َهاَُ س َ ق

سَ َِي عَ َ اَىَص

َ:

ََ إ

ِئ اَِ ْ أَ ِ

َ

عْي

َ

ُ ج ا

َ

،ِي ِا

َيِق

َ:

َفي

سي

َ

ِا َُ ج ا

ِي

َ؟

ق

َ :

سي

َ

اَ أ

فَ ِ ج

سي

َ

، أ

َ

َ

سي

َ

فَ ُأ

سي

َُأ

َ .

َ ا

خ

20

Artinya: ”Dari Abi Ibrahim bin sa‟id, dari Humaid bin ‟Abdirrahman, dari

‟Abdirrahman bin ‟Amrin berkata, Bersabda Rasulullah saw. ”Sesungguhnya termasuk dosa besar adalah seseorang yang mengumumkan aib orang tuanya.” para sahabat bertanya: ” Ya Rasulullah, apa ada orang yang mengumumkan aib orang

tuanya?” Beliau menjawab: ”Ada, ia mengumumkan aib ayah

orang lain kemudian orang itu membalas orang tuanya. Ia

18

Abilhusayn Muslim Bin Al-Hajaj Al-Qusyayri, An-Nîsâbury, Sahih Muslim, (Bayrut; Dâr Al-Kitab Al-„Araby, 2004-1425), h. 1058

19 „Abdul „Aziz Ibnu Fathy As-Sayyid Nida, Mawusû‟ah Al

-Adâb Al-Islâmiyah, (Ar-Riyâd: Dâr Tayyibah Linnasyar wa At-Tawzy’, 1428-2007), h. 163-167.

20

Al-Imâm Al-Hafiz Abî ’Abdillah Muhammad Bin Isma’il Al-Bukharî, Sahîh Bukharî, h. 682


(19)

mengumumkan aib ibu oranglain lalu orang itu membalas mencela ibunya.” HR. Bukhari

Seorang anak yang baik, pasti akan mencoba semaksimal mungkin untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya terhadap orang tuanya.

Kewajiban orang tua terhadap anaknya: 1. Hak untuk cinta dan kasih sayang.21

َ

قَ عَهاَيض َ ي َ أََ أ

َ:

َ سَ َِي عَ َ اَىَصَهاَُ س َ ق

ْقَأاَ فَ سِ جَي يِ ت اَسِ حَ َ ْقَأاَ ِعَ َِيِعَ َ سحا

َ:

ِإَ ظ فَا حأَ َِت قَ َِ اَ ًَِ شعَيََ إ

َ َ اَىَصَهاَُ س َِي

قَ ُثَ سَ َِي ع

َ:

ح يَ َ ح يَ َ

َ.

َ ج خاَ َ

اَ ا

س

.

22

Artinya: ”Sesungguhnya Abu Hurairah r.a. berkata: bahwa suatu ketika Rasulullah saw. mencium Hasan bin Ali dan didekatnya ada

Al-Aqra‟ bin Hayis At-Tamimi sedang duduk. Ia kemudian berkata,

“Aku memiliki sepuluh orang anak dan tidak pernah aku mencium seorang pun dari mereka.” Rasulullah saw. segera memandang

kepadanya dan berkata, “Man laa yarham laa yurham,

barangsiapa yang tidak mengasihi, maka ia tidak akan dikasihi.” HR. Bukhari dan Muslim

2. Memilih nama yang baik.

َ، عَِ َ ا َ ع

يِاَ عَ، يِ َِ َِهاَِ عَ ع

َا

قَ،ِءا

َ:

ق

21

IA Arshed, “ Hubungan Orangtua-Anak dalam Islam”, artikel diakses pada 18 Juli 2010 dari http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.islam101.com/ sociology/ parchild.htm

22

Al-Imâm Al-Hafiz Abî ’Abdillah Muhammad Bin Isma’il Al-Bukharî, Sahîh Bukharî, Addawliyah As-Su’ûdiyah, Baytul Ifkâr, 1998, h.687


(20)

17

سَ َِي عَ َ اَىَصَِهاَُ س

َ:

يِ اَ يَ ع تَ ُ ِإ

َِ

سأِ

َ َ ُ إ

ُ ِء َِء سأ

ُ َء سأَا ِسحأفَ،

َ.

َ ا

ا َ أ

23

Artinya: Dari dawud bin ‟amr, dari ‟Abdillah bin zakariya, dari Aby

Ad-darda‟ berkata, ”Rasulullah Saw bersabda: ” sesungguhnya

kalian dipanggil di hari kiamat dengan memakai nama-nama kalian dan nama bapak kalian, maka perbaguslah nama-nama kalian”. HR. Abu Dawud.

3. Memberi pendidikan yang baik24

4. Anak-anak memiliki hak untuk diberi makan, pakaian dan dilindungi sampai mereka dewasa.25

5. Memenuhi kebutuhannya secara finansial.26

C. Karakteristik Usia lanjut

Orang tua yang telah lanjut usia mempunyai karekter-karakter unik yang dipunyainya. Di antaranya:

1. Periode penurunan

2. Ada perbedaan individu dalam efek ketuaan

23 Imâm Al-Hâfiz Abî Dawud Sulaymân Bin Al-Asy’ats As-Sijistânî „Âdil Mursyid,

Sunan Abî Dâwud, „Uman/Al-Ardân, Dâr Al-A’lâm,1423-2003, h. 804

24 IA Arshed, “ Hubungan Orangtua-Anak dalam Islam”, artikel diakses pada 18 Juli 2010

dari http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.islam101.com/ sociology /parchild.htm

25

Ibid., diakses pada 18 Juli 2010

26


(21)

3. Banyak terdapat stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Misalnya, seringkali dibuat sebagai gurauan yang berkonotasi negatif di majalah-majalah.

4. Sikap sosial terhadap usia lanjut. Pada umumnya masyarakat tidak lagi menghormati dan menghargai pengalaman orang usia lanjut, malahan mereka bersikap sebaliknya.

5. Usia lanjut mempunyai kelompok minoritas. Maksudnya sebagai akibat dari sikap sosial yang negatif terhadap usia lanjut, mereka sering dibatasi dalam hal interaksi sosial dan hanya mempunyai kekuatan dan kekuasaan terbatas. 6. Usia lanjut diikuti dengan perubahan-perubahan peran.

7. Penyesuaian yang tidak baik. Karena kurangnya penghargaan dari masyarakat, membuat timbulnya konsep diri yang negatif/tidak baik. Konsep diri yang negatif ini menimbulkan penyesuaian diri yang kurang baik. Ada keinginan untuk peremajaan diri.27

Untuk menentukan batasan lanjut usia, memakai standar yang ditentukan oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yakni usia 60 tahun ke atas. Jadi yang dimaksud dengan orang tua yang telah lanjut usia adalah orang tua yang usianya telah berumur 60 tahun, 61 tahun, 62 tahun dan seterusnya.

27

Zahrotun, Fadhilah Suralaga, Natris Indriyani, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat Dan Psikologi Islam, (Jakarta; UIN JAKARTA Press, 2006), h. 133-135


(22)

19

BAB III

KONDISI KELUARGA DAN SASANA TRESNA WERDHA A. Pengertian Dan Tujuan Berdiri Sasana Tresna Werdha

Sasana Tresna Werdha berasal dari tiga suku kata, yakni sasana, tresna dan werdha. Kata Sasana mempunyai makna sebagai tempat berlatih28, tresna berasal dari bahasa jawa yang berarti cinta29, werdha artinya lanjut usia30. Jadi sasana tresna werdha bermakna tempat berlatih bagi para lanjut usia yang dipenuhi dengan cinta.

Di Sasana Tresna Werdha STW, para lansia tidak hanya pindah tidur saja. Tapi di sana mereka diberikan banyak kegiatan-kegiatan, di antaranya olahraga pagi, belajar menyulam, belajar melukis, adanya pengajian-pengajian dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut sebagai bentuk pemberdayaan lanjut usia dimaksudkan agar orang-orang lanjut usia tetap dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.

28

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1001.

29

Ibid., h.1210

30


(23)

Untuk lebih jelasnya, sebaiknya STW mempunyai kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Pemenuhan kebutuhan hidup berupa sandang, pangan, dan papan 2. Pemeliharaan kesehatan lansia

3. Pelaksanaan kegiatan dalam rangka pengisian waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat, termasuk kegiatan yang bersifat rekreatif.31

Di samping itu penyelenggaraan STW juga dimaksudkan sebagai sarana agar penghuni panti werdha dapat terpenuhi kebutuhan akan jasmani dan rohani yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Terpenuhinya kebutuhan jasmani dengan baik, dalam bidang: a. Kebutuhan hidup pokok secara layak,

b. Pemeliharaan kesehatan dengan baik,

c. Pemenuhan kebutuhan pengisisan waktu yang luang sesuai usianya. 2. Terpenuhinya kebutuhan rohani, dalam bidang:

a. Kebutuhan kasih sayang, baik dari keluarga atau lingkungan sekitarnya, b. Peningkatan gairah hidup dan tidak merasa khawatir dalam menghadapi

sisa hidupnya,

c. Terpenuhinya kebutuhan sosial dengan baik, terutama dalam hubungan dengan penghuni dan masyarakat sekitar panti.32

31 Mudiyanto, ”Sosialisasi Dan Interaksi Sosial Penghuni Panti Werdha Studi Deskriptif Di

Panti Sasana Tresna Werdha 05 Jelember Selatan Jakarta Barat”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta, 2003 , h.44-45.


(24)

21

B. Potret Sasana Tresna Werdha

Nama dari panti werdha ini adalah Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan. Panti ini berdiri sejak tanggal 14 Maret 1984 atas prakarsa Ibu Hj. Siti Hartinah Soeharto. Lokasi STW di jalan Karya Bhakti No.2 Rt. 08/07 Cibubur, Jakarta Timur 13720.33

STW ini mempunyai visi, ”pengabdian pada sesama dengan memberikan pelayanan secara terpadu dan menyeluruh baik fisik, mental, sosial maupun spiritual pada Lansia.” dan misi, ”membantu pemerintah dan masyarakat dalam upaya pelayanan kesejahteraan sosial pada lansia.”34

Latar belakang dari berdirinya STW Ria Pembangunan karena adanya keberhasilan pembangunan dan kemajuan tekhnologi khususnya di bidang kesehatan meningkatkan usia harapan hidup life expectancy manusia. sehingga dalam beberapa dekade terakhir jumlah lansia semakin meningkat. Ditambah dengan adanya harapan untuk hidup tenang dan nyaman di hari tua. Untuk mencapai harapan tersebut, para lansia perlu mempertahankan mutu hidup, kesehatan, produktifitas dan kemandiriannya. Semua itu tersedia di STW Ria Pembangunan.35

32 Mudiyanto, ”Sosialisasi Dan Interaksi Sosial Penghuni Panti Werdha Studi Deskriptif Di

Panti Sasana Tresna Werdha 05 Jelember Selatan Jakarta Barat”, h.44-45.

33

Brosur Profil diterbitkan oleh STW Ria Pembangunan

34

Ibid.

35


(25)

Kegiatan-kegiatan yang tersedia untuk para Lansia yang tinggal di STW adalah:

1. Senam Lansia 2. Olah raga 3. Angklung 4. Melukis 5. Merajut 6. Relaksasi

7. Pembinaan mental/spiritual 8. Rekreasi36

Tidak semua Lansia bisa masuk ke STW Ria Pembangunan. Karena STW ini mempunyai persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Di antaranya:

1. Usia minimal 60 tahun. 2. Atas keinginan sendiri

3. Mandiri. Masih banyak kegiatan yang bisa dilakukannya. 4. Sehat jasmani dan rohani

5. Ada penanggunng jawab. Penanggung jawab dan pemberi izin dari keluarga minimal tiga orang.37

Jika persyaratan yang tersebut di atas telah terpenuhi, maka Lansia tersebut diperkenankan untuk masuk ke dalam STW.

36

Brosur Profil diterbitkan oleh STW Ria Pembangunan.

37


(26)

23

Sarana yang dimiliki di antaranya: 1. Wisma Aster yang terdiri dari 24 kamar 2. Wisma Bungur yang terdiri dari 26 kamar 3. Wisma cempaka yang terdiri dari 26 kamar 4. Wisma Wijayakusuma

5. Poliklinik 24 jam untuk rawat inap, rawat jalan, kedaruratan, farmasi, fisioterapi, laboratorium, dan mobil menuju kerumah sakit rujukan.

6. Ruang kreasi dan serbaguna 7. Ruang ibadah/musholah 8. Fasilitas olahraga 9. Sarana rekreasi

10.Halaman luas untuk berkebun.38

Untuk Wisma Wijayakusuma terdiri dari 15 tempat tidur. 13 tempat tidur di kamar bersama dengan hanya dibatasi oleh gorden. 2 tempat tidur lainnya berkelas VIP atau sama dengan kamar yang berada di wisma-wisma yang lainnya.39

Di setiap wisma terdapat:

1. Kamar. Dalam setiap kamar terdapat fasilitas tempat tidur, meja rias, kursi, lemari pakaian, kamar mandi di dalam. Adapun yang menginginkan untuk

38

Brosur Profil diterbitkan oleh STW Ria Pembangunan.

39

Wawancara Pribadi dengan Suster Suciati, Suster Poliklinik Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan, Cibubur, 14 Juni 2010


(27)

membawa peralatan yag lainnya diperbolehkan. Tetapi apabila barang yang dibawa membutuhkan aliran listrik maka dikenai biaya tambahan tergantung barang apa yang dibawa. Misalnya, membawa Air Conditioner AC kena uang tambahan bulanan sebesar Rp 100.000,-.40

2. Ruang menonton Televisi bersama 3. Ruang tamu

4. Ruang makan 5. Tempat jemuran 6. Taman

7. Dapur41

Pelayanan yang diberikan di antaranya: 1. Laundri

2. Kebersihan kamar 3. Konsultasi kesehatan

4. Bimbingan kelompok/kegiatan bermanfaat 5. Pengambilan pensiun

6. Pendampingan ke rumah sakit 7. Shopping/belanja bersama

40

Wawancara Pribadi dengan Dwi, Pegawai Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan, Cibubur, 14 Juni 2010

41


(28)

25

8. Carediver/pembantu42

Di STW terdapat pula dapur umum yang memasak makanan untuk seluruh penghuni panti. Dari pagi, siang dan malam, dengan menu yang berbeda-beda dan disesuaikan dengan diet masing-masing penghuni. Di dapur ini tertempel beberapa peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh koki-koki di sana. Baik peraturan mengenai kebersihan makanan dan dapur, kedisiplinan koki di dapur dll. Semua itu demi menjaga kesehatan penghuni STW.43

Untuk pembayaran bulanan berbeda-beda:

1. Penghuni baru dikenakan tarif baru yakni Rp 1.750.000 perbulan. Penghunni membayar biaya tambahan apabila membawa peralatan pribadi yang memakai aliran listrik sesuai dengan barang yang dibawanya dan menyewa carediver. 2. Penghuni lama yang tidak mampu untuk membayar dengan tarif yang baru.

Diberi keringanan sesuai dengan kemampuannya atau minimal membayar dengan tarif lama.

3. Penghuni wisma Wijayakusuma yang bertempat di 13 bangsal yang bersamaan perbulan membayar Rp 1.750.000,- sedangkan yang menempati kelas VIP membayar di atas Rp 2.000.000,-44

42

Brosur Profil diterbitkan oleh STW Ria Pembangunan

43

Wawancara Pribadi Kepala Bagian Dapur STW Ria Pembangunan, Cibubur, 14 Juni 2010

44

Wawancara Pribadi dengan Dwi, Pegawai Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan, Cibubur, 14 Juni 2010


(29)

C. Kondisi Keluarga Dari Berbagai Pandangan

1. Kondisi keluarga pak Tatong

a. Hasil wawancara dengan Pak Tatong:

Nama asli beliau adalah Drs. Tatong Sutedjo. Usia beliau adalah 64 tahun. Mempunyai tiga orang putra, semuanya sudah berkeluarga. Ketika beliau masih tinggal di rumah, anak-anaknya sering mengunjungi beliau sebagai bukti perhatian mereka. Kebiasaan itu pun tetap diperhatikan sampai ketika Pak Tatong sudah tinggal di STW. Walaupun mereka hanya bisa datang pada hari Sabtu dan Minggu saja itupun secara bergantian. 45

Beberapa motivasi beliau untuk masuk ke STW adalah:

1)Karena beliau merasa sedang sakit atau masih dalam masa penyembuhan pasca stroke. Beliau merasa membutuhkan keadaan yang disekelilingnya terdapat banyak orang yang bisa diajak untuk berinteraksi atau berkomunikasi. Karena banyak ingatannya yang hilang akibat stroke, termasuk kosa kata-kosa kata bahasa, baik bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa lain yang pernah beliau pelajari. Tentunya keadaan ini tidak beliau dapatkan ketika berada di rumah yang hanya berpenghuni empat orang, yakni beliau dengan

45

Wawancara Pribadi dengan Tatong Sutedjo, Pasien Sasana Tresna Werdha, Cibubur, 9 April 2010


(30)

27

istri, pembantu dan suster. Suster dan pembantu mempunyai kesibukan tersendiri ketika berada di rumah. Istri pun juga masih sering keluar rumah, karena memang masih banyak yang harus dia lakukan. Baik yang berkaitan langsung dengan kesehatan pak Tatong atau tidak. Sedangkan kondisi Pak Tatong ketika di rumah tidak banyak yang bisa dia lakukan. Beliaupun jarang keluar rumah.

2)Untuk mencari kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi badannya dan waktunya. Misalnya, senam, mengaji, bermain angklung, melukis dan lain-lain. Harapannya dengan kesibukannya yang baru itu, tidak terjadi lagi depresi yang membuat semangat hidupnya menghilang. 3)Untuk mencari tempat yang nyaman bagi beliau. Karena beliau merasa

ketika bersama istrinya atau ketika berada di rumah, selalu didikte dan merasa dibatasi kebebasan-kebebasannya. 46

b. Wawancara dengan bapak Tonka Sesarino:

Latar belakang Pendidikan SD kelas 1 sampai kelas 3 di Lampung, karena waktu itu bapak bertugas di Lampung kemudian SMP dan SMA di

46

Wawancara Pribadi dengan Tatong Sutedjo, Pasien Sasana Tresna Werdha, Cibubur, 9 April 2010


(31)

Bandung. Dan kuliah di Tri Sakti jurusan tekhnik elektro. Beliau sekarang bekerja sebagai konsultan tekhnik di sebuah perusahaan. 47

Kedekatan Pak Tatong dengan keluarga tiak bisa dekat seperti teman, tapi seperti ada perbedaan kasta. Anak-anak lebih dekat dengan ibunya. Karena Pak Tatong dulu merupakan seseorang yang penting di Kimia Farma sehingga beliau sangat sibuk sekali. Sebab itu ketika beliau berkomunikasi dengan anak-anaknya pun, hanya ketika ada yang penting saja. 48

Wujud berbakti Pak Tonka lebih kepada bentuk perhatian dan segala hal non finansial. Karena orang tua beliau dalam hal finansial sudah lebih dari cukup bekalnya. Salah satu bentuk perhatian beliau adalah mengingatkan tentang kesehatan orang tuanya, mengantar ke rumah sakit dan lain sebagainya. 49

Konsep kebahagian itu tergantung dari cara berfikir kita tentang kebahagiaan itu sendiri. Jika ingin bahagia di suatu tempat, maka kita setting pikiran kita untuk bahagia di daerah itu. Sedangkan Pak Tatong itu tidak seperti itu, lebih seringnya melihat rumput tetangga yang lebih hijau. Dulunya sebelum rumah Pak Tonka jadi, Pak Tatong pernah berkata bahwa beliau ingin tinggal di sini. Tapi ketika rumah sudah jadi, ternyata beliau tinggal di

47

Wawancara Pribadi dengan Tonka Sesarino, Putra dari Tatong Sutedjo, Cipete, 6 Juni 2010

48

Wawancara Pribadi dengan Tonka Sesarino, Putra dari Tatong Sutedjo, Cipete, 6 Juni 2010

49


(32)

29

STW. Konsep kebahagian Pak Tatong selalu berubah-ubah dan selalu berkembang. 50

Pada awalnya Pak Tatong tinggal di dekat rumah Pak Tonka yang sekarang beliau tinggali. Namun karena beliau merasa tidak nyaman dengan alasan, beliau ingin tinggal di rumah yang lebih kecil saja. Kemudian beliau pindah di Duren Sawit yang di sana kebanyakan pensiunan kimia farma seperti Pak Tatong. Mungkin Pak Tatong menginginkan untuk bisa berkumpul kembali dengan teman-temannya. Tapi keinginannya itu tidak kesampaian. Karena kondisi Pak Tatong waktu itu belum memungkinkan untuk pergi sendiri dan kondisi teman-temannya pun tak jauh berbeda dengan Pak Tatong. Kemudian setelah dua tahun Pak Tatong merasa bosan. Beliau ingin tinggal di lingkungan yang baru. 51

Setelah itu ada temannya yang memberikan info tentang STW. Kemudian beliau mendatangi STW dan akhirnya tinggal di sana. Pada bulan pertama, beliau sempat reject, karena kondisi kamar yang berbeda sekali dengan keadaan ketika masih di rumah. Tetapi dari pengurus STW meminta

50

Ibid., Cipete, 6 Juni 2010

51


(33)

untuk mencoba dulu sampai tiga bulan. Ternyata setelah tiga bulan dijalani, Pak Tatong merasa nyaman untuk tinggal di sana. 52

Pihak keluarga pun tidak bisa memaksa Pak Tatong untuk pulang ke rumah, terutama Pak Tonka. Karena beliau tidak memiliki seperti perlengkapan yang ada di STW. Seperti tidak ada Poliklinik yang standby selama 24 jam, tidak mempunyai komunitas lansia dan lain sebagainya. Akhirnya dengan terpaksa beliau mengatakan ”tidak melarang bapak untuk tinggal di STW”.53

Adanya kemungkinan Pak Tatong masuk ke STW karena ingin lebih bebas juga. Maksudnya, ingin pergi ke mana-mana tanpa sepengatahuan keluarga. Padahal dari keluarga sangat mengkhawatirkan keadaan Pak Tatong. Misalnya, takut ditipu orang lain. Kekhawatiran ini disebabkan beliau pernah terserang penyakit stroke yang hebat sehingga membuat banyak ingatan beliau yang hilang dan banyak hal-hal yang terlewatkan oleh beliau selama sakit. Perlu diketahui bahwa ketika beliau baru tersadar dari strokenya, beliau sempat tidak ingat dengan istrinya sendiri. Maka karena itu keluarga juga sudah pernah meminta ke panti jompo untuk lebih mengawasi beliau,

52

Ibid., Cipete, 6 Juni 2010

53


(34)

31

maksudnya meminta pihak STW untuk tidak gampang memberikan izin keluar dari STW kepada Pak Tatong. 54

Sebenarnya Bu Tatong pun ketika tinggal di sana tidak terlalu banyak manfaatnya. Karena Pak Tatong itu tipe orang yang mempunyai privasi yang tinggi. Selama ini pun Pak Tatong tidak banyak bercerita masalah pribadinya, biasanya yang sering dibicarakan dengan Pak Tonka adalah masalah kesehatan atau lebih seperti instruksi. 55

c. Wawancara dengan pak Abbas:

Untuk membentuk kenyamanan pasien:

1) Pastikan motivasi yang benar. Ketika ada lansia yang ingin masuk, maka diadakan wawancara kepada lansia tersebut menanyakan motivasi beliau masuk ke panti wedha. Karena apabila motivasinya tidak benar dan keinginan-keinginan yang dicapai ketika masuk panti werdha tidak bisa tercapai, maka akan timbul rasa tidak nyaman yang membuat Lansia tidak betah berada di panti dan akhirnya tidak akan bertahan lama berada di panti.

2) Memberikan juga pemahaman kepada anak atau keluarga yang memberikan izin, agar tetap ikut serta bertanggungjawab kepada

54

Ibid., Cipete, 6 Juni 2010

55


(35)

Lansia tersebut. Walaupun pada hakekatnya sebagian kewajibannya sudah diberikan kepada STW, namun pihak anak atau keluarga yang mengizinkan masih tetap mempunyai tanggungjawab terutama untuk tetap memberikan kasih sayang dan perhatian pada lansia. Karena mereka masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari anak dan keluarga yang tentunya rasa kasih sayang dan perhatian yang diberikan dari anak atau keluarga yang dirasakan oleh Lansia berbeda dengan yang diberikan oleh pihak STW.

3) Memberikan pelayanan bimbingan kelompok atau semacam mentoring kelompok. Di dalam program itu mereka bisa mengutarakan ketidaknyamanan dalam program tersebut. 56

Sebenarnya dari ketiga poin di atas, kunci dari rasa nyaman dalah mereka sendiri. Ibaratnya seperti air yang dimasukkan ke dalam teko. Dalam hal ini STW adalah teko sedangkan Lansia adalah air. jadi para lansia yang harus bisa beradaptasi dengan STW. 57

Untuk kasus Pak Tatong, sebelum beliau membutuhkan proses yang panjang untuk benar-benar memutuskan untuk tinggal di STW. Kurang lebih sekitar setengah tahun. Karena keluarga masih merasa keberatan. Namun dengan

56

Wawancara Pribadi dengan Abbas, Pegawai Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan, Cibubur, 14 Juni 2010

57


(36)

33

melihat kondisi Pak Tatong ingin sekali masuk ke STW, akhirnya keluarga menyatakan tidak keberatan untuk menyatakan kesediaannya untuk memasukkan orang tua ke STW. 58

Salah satu motivasi dari Pak Tatong untuk masuk ke STW adalah karena salah satu dari fase kehidupan beliau adalah ada fase berduka yang sangat mendalam. Yakni fase setelah terjadinya stroke berat yang membuat pembuluh darah di otaknya pecah dan membuat tubuhnya tak mampu untuk bergerak banyak dan banyak ingatannya yang hilang karenanya. Kejadian tersebut yang membuat dia depresi melihat kenyataan yang ada, keadaan yang sangat berbeda dengan keadaan ketika sebelum sakit. Sebelum sakit beliau merupakan seorang yang gagah, tampan dan mempunyai jabatan yang tinggi, sedangkan ketika dia sakit dia tak mampu lagi seperti dahulu. Akhirnya beliau pun merasa menjadi beban keluarga. Ketika beliau masuk ke STW ada sebuah pengakuan sosial yang ingin beliau dapatkan, yakni dia bisa mandiri tanpa membebani orang lain. 59

Pak Tatong masuk ke dalam STW masih berstatus menikah dengan ibu Rasmuti. Istri juga kurang setuju dengan keputusan Pak Tatong yang menginginkan untuk tinggal di STW, beliau tidak ikut masuk ke STW karena menghargai pendapat dari anaknya atau mengabulkan permintaan dari

58

Ibid.,Cibubur, 14 Juni 2010

59

Wawancara Pribadi dengan Abbas, Pegawai Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan, Cibubur, 14 Juni 2010


(37)

anaknya yang dinyatakan ketika menyatakan ketidak beratannya untuk memasukkan Pak Tatong ke STW. Sebenarnya Ibu Rasmuti sangat perhatian dengan suaminya. Namun hal itu dianggap sebagai pembatasan-pembatasan oleh suaminya. Walaupun seperti itu dan mereka berdua berbeda tempat tinggal, ibu masih tetap memberikan perhatiannya kepada suami. Terutama setelah mendapatkan nasehat dari pihak STW. Misalnya, Ibu sering berkunjung ke STW minimal seminggu tiga kali yakni Jum’at, Sabtu dan Minggu. 60

Biasanya orang yang masih mempunyai keluarga dan STW hanya sebagai sebuah pilihan, tidak akan bertahan lama. Hal ini sudah terbukti ke beberapa pasien di STW Ria pembangunan. 61

Menurut suster Suciati yang bekerja di poloklinik STW, kesehatan Pak Tatong setelah masuk ke STW semakin membaik. Sakit yang biasa diderita oleh pak tatong tinggal penyakit-penyakit ringan saja. Seperti, diare, flu dan lain sebagainya yang masih tergolong dengan penyakit ringan. Walaupun ketika Lansia terkena suatu penyakit ringan saja tidak bisa dianggap ringan. Karena melihat kondisi fungsi tubuh yang semakin menurun.62

2. Kondisi keluarga Ibu Tejo

60

Ibid. Cibubur, 14 Juni 2010

61

Wawancara Pribadi dengan Abbas, Pegawai Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan, Cibubur, 14 Juni 2010

62

Wawancara dengan Suster Suciati, Suster Poliklinik Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan, Cibubur, Tanggal 14 Juni 2010


(38)

(39)

35

A. Pengertian Dan Cara Penentuan Baik Dan Buruk

Menurut kamus bahasa Indonesia Baik mempunyai arti ”elok, patut, teratur, apik, rapi tidak ada celanya dan sebagainya63. Sedangkan buruk mempunyai arti ”rusak atau busuk karena sudah lama/jahat, tidak menyenangkan”64

Standar penentuan baik dan buruk menurut Ahlus-sunnah wal-jamâ‟ah adalah sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah. Jika Al-Qur’an mengatakan bahwa suatu perbuatan itu buruk, maka perbuatan itu adalah buruk. Misalnya, di dalam Al-Qur’an meyatakan bahwa zina itu adalah perbuatan buruk, karena Al-Qur’an menyatakan bahwa zina itu perbuatan keji65.

اَ

ًيِسََء سَ ًَشِح فَ َ ِإَ ِز اَا ْت

َُ

أ سأا

/

٧١

:

٤

َ

Artinya: ”Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”. QS. Al -Isra’/17: 4

Selain Al-Qur’an, sunnah pun juga menjadi pedoman untuk menentukan baik dan buruk. Sunnah dari Nabi Muhammad Saw, karena sebagaimana

63

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 90

64

Ibid., h. 180

65 Lajnah Pentashihahan Mushaf Al-Qur’an,

Tafsir Al-Qur‟an Tematik: Etika Berkeluarga, Bermasyarakat Dan Berpolitik, (Jakarta: Lajnah Pentashihahan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur’an Tematik, 2009), h.14


(40)

36

disebutkan di dalam Al-Qur’an bahwa Nabi memiliki budi pekerti yang sangat baik. Maka pantaslah beliau dijadikan sebagai contoh dan acuan sebagai penentuan sikap baik buruk, melalui sunnah-sunnahnya atau hadits-haditsnya.

يِظعَقُخَى ع َ ِإَ

َُا

/

٨٦

َ:

٤٦

ََ

Artinya: ”Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” QS. Al-Qalam/68: 48

Karena sesungguhnya Nabi diutus untuk mengajar dan mendidik masyarakat untuk berperilaku yang baik dan membentuk seseorang memiliki kepribadian Islam.66

Al-Qur’an dan hadits merupakan sumber hukum yang pertama umat muslim, akan tetapi jika di dalam keduanya tidak ada maka boleh melakukan ijtihad seperti yang dilakukan oleh Mu’adz bin Jabal ketika diutus ke Yaman.

Nabi berkata kepada Mu’adz: dengan apakah kamu memutuskan? Muadz menjawab: dengan kitab Allah

Nabi berkata: jika kamu tidak mendapatkan? Muadz menjawab: dengan sunnah Rasulullah Nabi berkata: bila kamu tidak menemukan?

Muadz menjawab: aku berijtihad dengan pendapatku sedang aku tidak mengabaikan usaha.

66


(41)

Nabi berkata: segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberi pertolongan utusan Rasul-Nya kepada apa yang diridhoi Allah dan Rasul-Nya.67

Hadits ini dikuatkan oleh Ibn Abdil Darr, Ibnu Taymiyah ibnu al-Qayyim, Adz-Dzahabi ibnu Katsir dll. Menurut Imam Syaukani hadits ini hasan yang memiliki beberapa jalan hadits sehingga derajat hadits ini menjadi hadits yang diterima.68 Jadi kalau demikian sumber hukum dibagi menjadi dua:

1. Wahyu, seprti dalam Al-quran dan Hadits

2. Akal dalam bentuk fiqih-fiqih, fiqih yang diformalkan (seperti, undang-undang, peraturan pemerintah dan lain-lain), dan yurisprudensi.

B. Pengertian Dan Tujuan Hukum Islam Serta Metode Hukumnya

Kata hukum Islam terdiri dari suku kata yakni hukum dan Islam. Hukum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ”peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah”.69 Islam adalah ”agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Berpedoman pada kitab suci Al-Quran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt”.70 Jadi yang dimaksud dengan hukum Islam adalah peraturan yang secara resmi mengikat para pemeluk agama Islam yang berpedoman pada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT yang dituangkan dalam kitab suci Al-quran dan hadits. Allah SWT merupakan penguasa tertinggi dalam Islam dan umat

67

Yusuf Al-Qardlawi, ijtihad dalam syari’at Islam beberapa pandangan tentang ijtihad kontemporer. Penerjemah A. Syathori. (Jakarta: Bulan bintang, 1987), h.100

68 Yusuf Al-Qardlawi, ijtihad dalam syari’at Islam beberapa pandangan tentang ijtihad

kontemporer. Penerjemah A. Syathori, h.100

69

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.410

70


(42)

38

Islam tentunya. Ada beberapa orang yang memakai istilah hukum Islam dengan nama fiqih, yang berarti pemahaman.

Sumber-sumber hukum Islam di antaranya: 1. Al-Kitab/ Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Saw. Dalam bahasa Arab, riwayatnya mutawatir.71

Ada empat prinsip dasar yang umum dalam memahami makna Al-Qur’an: a. Al-Qur’an merupakan keseluruhan syari’at dan sendinya yang

fundamental.

b. Sebagian besar ayat-ayat hukum turun karena ada sebab yang menghendaki penjelasannya. Oleh karena itu setiap orang yang ingin mengetahui isi Al-Qur’an secara tepat perlu mengetahui sebab-sebab turunnya ayat.

c. Setiap berita kejadian masa lalu yang diungkapkan Al-Qur’an, jika terjadi penolakannya baik sebelum atau sesuadahnya, maka penolakan tersebut menunjukkan secara pasti bahwa isi berita itu sudah dibatalkan.

d. Kebanyakan hukum-hukum yang diberitahukan oleh Al-Qur’an bersifat kully (pokok yang berdaya cukup luas) tidak rinci (disebutkan setiap peristiwa, objektif) seperti yang terungkap dalam penelitian.

71

Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 9


(43)

Oleh karena itu diperlukan penjelasan dari sunnah Rasul kerena memang kebanyakan sunnah merupakan penjelas bagi Al-qur’an.72 2. As-sunnah/Al-Hadis

As-sunnah ialah semua perkataan, perbuatan dan pengakuan Rasulullah Saw yang berposisi sebagai petunjuk tasyri’.73

Sudah terjadi kesepakatan di kalangan kaum muslimin bahwa sunnah Rasul merupakan undang-undang dan pedoman hidup umat kedua yang harus diikuti, asal sanadnya yang shahih, sehingga memberikan keyakinan yang pasti (mutawatir) atau dugaan yang kuat (ahad) bahwa memang benar dating dari Rasulullah. Kedudukan sunnah menurut urutan dalil syara’ berada pada posisi kedua setelah Al-Qur’an.74

....

َ

ُ َ َ َ ُ فَُ س اَ ُ تاَ

َ

َا ت ف

َ....

ُ

شحا

٧

:

٩٥

ََ

Artinya: “…Dan apa yang disampaikan oleh Rasul maka terimalah dan apa

yang dilarangnya maka hindarilah…” ( QS. Al-Hasyr:7)

3. Al-Ijma’

Menurut bahasa Ijma’ mempunyai pengertian, intifaq (kesepakatan) dan

„azam (cita-cita, hasrat) dan tamin. Sedangkan menurut syara’ (dalam

pandangan jumhur) adalah kesepakatan seluruh mujtahid kaum muslimin

72

Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h.14-19

73

Ibid., h. 20

74


(44)

40

disesuaikan masa setelah wafat Nabi saw tentang suatu hukum syara’ yang amali.75

Menurut jumhur ulama, ijma’ hanya terwujud apabila dipenuhi persyaratan/unsur-unsurnya sebagai berikut:

a. Bersepakatnya para mujtahid. Kesepakatan bukan mujtahid (orang awam) tidak diakui sebagai ijma’. Demikian juga, kesepakatan ulama yang belum mencapai martabat ijtihad fiqhy, sekalipun mereka tergolong ulama besar dalam disiplin ilmu lain, karena mereka ini tidak mampu mengadakan mazhar dan istidlal tentang urusan penetapan hukum tentang urusan penetapan hukum syara’.

b. Bahwa semua mujtahid tersebut bersepakat, tak seorangpun yang berpendapat lain. Kalau satu orang saja yang berpendapat lain, maka ijma’ tidak tersimpul.

Karena itu tak diakui sebagai ijma’, kesepakatan: 1) Suara terbanyak,

2) Kesepakatan mujtahid dua tanah haram dari golongan salaf, 3) Kesepakatan ulama salaf kota madinah saja,

4) Kesepakatan ulama salaf yang mujtahid dari dua kota bashrah dan kufah atau salah satunya saja,

5) Kesepakatan ahli bait Nabi saja,

75


(45)

6) Kesepakatan khulafaurrasyidin saja,

7) Kesepakatan dua orang syekh: Abu Bakar dan umar karena adanya pendapat lain dari mujtahid lain, membuat kesepakatan mereka itu tidak qath’y (diyakini) keabsahan dan kebenarannya.76

c. Bahwa kesepakatan itu, di antara mujtahid yang ada ketika masalah yang diperbincangkan itu dikemukakan dan dibahas, tidak mesti disepakati pula oleh mujatahid generasi berikutnya, karena jika demikian maka ijma’ tidak mungkin terjadi sampai hari kiamat.

d. Bahwa kesepakatan mujtahid itu, terjadi setelah Nabi Saw wafat. Jika dikala Nabi masih hidup para sahabat bersepakat tentang suatu masalah hukum, maka tidak termasuk ijma’ syar’I melainkan merupakan pengakuan Rasul (sunnah Taqririyah).

e. Bahwa kesepakatan mujtahid itu harus masing-masing mujtahid memulai penyampaian pendapatnya dengan jelas pada satu waktu, baik penyampaian pendapat itu secara orang perorang tanpa berkumpul bersama kemudian semuanya dikumpulkan dan ternyata sama, maupun masing-masing mereka mengeluarkan pendapatnya diruangan yang sama dalam satu mu’tamar yang berakhir dengan kebulatan pendapat dimana masing-masingnya menyatakan pemufakatan dan persetujuan.

76


(46)

42

f. Bahwa kesepakatan mujtahid itu dalam pendapat yang bulat yang sempurna dalam pleno lengkap, ataupun masing-masing berkelompok dengan pendapat masing-masing, maka mereka pun berijma’ dalam satu pendapat secara hukum karena tak ada pendapat.77

4. Madzab (pendapat) sahabat

Menurut ulama ushul, sahabat mempunyai pengertian mereka yang bertemu dengan Nabi saw dan beriman kepadanya serta senantiasa bersama Nabi selama masa yang lama, seperti khulafaurrasyidin, ummahatul mu‟minin, Ibnu Mas’ud, Ibn Abbas, Ibn Umar. Pengertian ini tidak sejalan dengan pengertian yang diberikan dari para ulama hadis. Sahabat menurut para ulama hadis adalah mereka yang bertemu dengan Nabi saw dan iman dengan dia samapai mati. Jadi tidak mesti bersama beliau untuk waktu yang lama.78

Bentuk-bentuk pendapat tentang kehujjahannya adalah sebagai berikut:

a. Bahwa fatwa sahabat tidak diakui sebagai hujjah terhadap sahabat lain, karena persamaan kedudukan dan kebersamaannya bersama Nabi itu sama; masing-masing mereka tidak memandang bahwa fatwanya menjadi hujjah bagi yang lain.

b. Bahwa fatwa sahabat tentang masalah yang tak boleh diijtihadkan, adalah sama dengan hukum sunnah marfu‟ kepada Nabi saw. Oleh karena itu, hukumnya diambil dalam berhujjah dan beristidlal.

77

Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h. 43-44

78


(47)

c. Bahwa fatwa sahabat diterbitkan berdasar pemikiran dan ijtihad melalui riwayat yang masyhur dan tidak diingkari seorangpun.

d. Bahwa sahabat yang diterbitkan dari pemikiran dan ijtihad melalui riwayat tidak masyhur karena keadaannya tidak termasuk kategori yang ‟umum balwa dan kejadiannya tidak berulang, maka para ulama berbeda pendapat tentang kehujjahannya.79

5. Syari’at umat terdahulu

Syari’at umat terdahulu sering sekali diceritakan di dalam Al-Qur’an dan As -sunnah kepada umat Islam.80 Bentuk cerita tersebut dibedakan dalam tiga bentuk yang masing-masingnya mempunyai konsekuensi yang berbeda bagi umat Islam, yaitu:

a. Disertai dengan petunjuk tentang sudah dinasakhkannya dalam syari’at Islam

b. Disertai dengan petunjuk tetap diakuinya dan lestarinya dalam syari’at Islam.

c. Tidak disertai petunjuk tentang nasakh atau lestarinya.81 6. „Urf/adat

„Urf ialah apa yang sudah terkenal dikalangan umat manusia dan selalu diikuti, baik „Urf perkataan maupun „Urf perbuatan. „Urf dan adat dalam

79

Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h. 64-65

80

Ibid., h. 69

81


(48)

44

pandangan ahli syari’at adalah dua kata yang sinonim (taraduf) berarti sama. Contoh „Urf perkataan ialah kebiasaan orang menggunakan kata-kata “anak” (walad) untuk anak laki-laki bukan untuk anak perempuan.82

Jumhur Fuqaha berhujjah dengan „urf. Tetapi yang sangat terkenal adalah Malikiyah dan Hanafiyah. Disebutkan bahwa Imam Syafi’i pun berpegang pada ’urf dalam membina sebagian hukum madzabnya yang baru menuntut ’urf orang Mesir dan sebelumnya ia membina madzhabnya yang qadim menurut ’urf orang Irak. Sehingga Al-Qarafy mengatakan bahwa ’Urf itu sama-sama dipegang oleh seluruh madzhab dan siapa yang meneliti madzhab niscayalah ia menemui ketegasan mereka terhadap ’urf itu.83

7. Qiyas

Metode pertama yang dipegang seorang mujtahid untuk mengistinbathkan hukum yang tidak diterangkan nash, sebagai metode yang terkuat dan paling jelas.84

Qiyas menurut bahasa adalah mempersamakan, sedangkan menurut istilah ulama ushul, qiyas adalah mempersamakan satu peristiwa hukum yang tidak ditentukan hukumnya oleh nash, dengan peristiwa hukum yang ditentukan oleh nash bahwa ketentuan hukumnya sama dengan hukum yang ditentukan oleh nash.85

82

Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h. 77

83

Ibid., h. 80

84

Ibid., h. 82

85


(49)

8. Istihsan

Istishan berasal dari bahasa Arab yang berarti “menjadikan/menganggap baik” atau “mengikuti sesuatu yang baik secara hissy (lahir) dan ma’nawy”.86 Sedangkan para ulama ushul memberikan pengertian di antaranya:

a. Dari golongan madzab Hanafiyah memberikan definisi dengan, “berpindah dari suatu hasil qiyas kepada qiyas yang lebih kuat, menkhsiskan qiyas dengan dalil yang lebih kuat daripadanya”.

b. Dari golongan Malikiyah memberikan definisi dengan, “ mendahulukan ditinggalkannya tuntutan dalil, menurut jalan pengecualian (istisna) dan keringanan karena bertentangannya di dalam sebagian yang dituntutnya”. c. Dari golongan Hanabilah mendefinisikan dengan, ”memindahkan

ketentuan hukum suatu masalah dari bandingannya, karena dalil syara’ yang khas”.87

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan dengan, ”berpindah dari suatu ketentuan hukum yang menjadi konsekuensi dari suatu dalil syara’ terhadap sesuatu peristiwa hukum, kepada ketentuan hukum lain terhadapnya, karena adanya dalil syara’ yang juga menuntut perpindahan tersebut, yang disebut sebagai sanad istihsan”. Maka sebanarnya istishan itu adalah mentarjihkan/mengunggulkan suatu dalil dari dalil yang menentangnya

86

Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h. 127

87


(50)

46

disebabkan adanya murajjih/faktor yang mengunggulkan yang diakui (mu’tabar-respectable).88

Istishan merupakan metode ijtihad dengan rasio (ijtihad birra‟yi). Contoh, apabila ia menghadapi suatu peristiwa hukum yang ketentuan hukumnya dituntut oleh keumuman nash atau oleh qiyas yang zahir atau oleh penerapan hukum kully sedang menurut pandangan mujtahid jelas bahwa peristiwa tersebut mempunyai wadah dan persesuain khusus yang bila diterapkan nash umum atau bila diikuti qiyas zhahir berakibat hilangnya maslahat atau timbulnya mafsadah, maka hukum terhadap peristiwa hukum tersebut dipindahkan kepada ketentuan hukum lain yang dituntut pentakhsisannya dari ketentuan umum atau pengecualian dari hukum kully ataupun dituntut oleh qiyas khafy (tersembunyi). 89

9. Istishlah

Istishlah menurut bahasa arab berarti, “mencari mashlahat”. Sedangkan menurut istilah adalah, “menetapkan hukum suatu peristiwa hukum yang tidak disebutkan nash, ijma’, berlandaskan pada pemeliharaan maslahat mursalah, yaitu maslahat yang tak ada dalil dalam syara’ yang menunjukkan diakuinya atau ditolaknya”. 90

88

Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h. 131

89

Ibid., h.125

90


(51)

Ruang lingkup penerapan maslahat mursalah adalah terbatas pada masalah muamalah saja. Karena kemaslahatan dalam bidang inilah yang mungkin ditemukan dan diketahui.91

Hakekat diturunkan syari’at adalah untuk kemaslahatan, artinya apabila ada hukum yang menentang kemaslahatan maka harus disingkirkan. Ijtihad adalah metode istinbat yakni ”usaha sungguh-sungguh yang dilakukan para ahli agama untuk mencapai suatu putusan simpulan hukum syarak mengenai kasus yang penyelesainnya belum tertera di Al-quran dan sunnah, pendapat tafsiran”.92

Ijtihad mempunyai beberapa metode di antaranya adalah maslahah mursalah. Yakni ”dengan mempertimbangkan segala sesuatu yang dipandang baik oleh akal sehat karena mendatangkan kebaikan dan menghindarkan keburukan kerusakan bagi manusia, sejalan dengan tujuan sya ra’ dalam menetapkan hukum, tidak ada petunjuk syara’ secara khusus menolaknya juga tidak ada petunjuk syara’ yang mengakuinya”.93

Dalam pengambilan hukum melalui maslahah mursalah ini ada beberapa persyaratan kemaslahatan yang ingin diambil:

91

Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h. 155

92

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 418

93


(52)

48

a. Adanya maslahah yang benar-benar ada dan bukan yang masih samar-samar.

b. Adanya kemaslahatan umum bukan kemaslahatan individual

c. Sesungguhnya tidak memperbarui undang-undang untuk kemaslahatan hukum ini atau kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh nash atau ijma’.94

Macam-macam maslahah mursalah menurut Amir Syarifuddin, dilihat dari segi kekuatannya sebagai hujjah dalam menetapkan hukum:

a. ةيرورضلاةحلصملا adalah maslahat yang yang menyangkut langsung dengan lima prinsip yang pokok dalam kehidupan manusia. Prinsip itu antara lain, menyangkut agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Apabila salah satunya rusak, maka berakibat buruk kepada kehidupan manusia tersebut. b. ةيجاحلا ةحلصملا kemaslahatan yang tidak langsung menuju kepada

kebutuhan dharury atau lima prinsip kehidupan, tetapi kebutuhan tersebut menuju ke prinsip yang lima. Apabila maslahah hajiyah tidak terpenuhi maka tidak mengakibatkan rusaknya lima unsur tersebut.

c. ةينسحتلا ةحلصملا adalah kebutuhan manusia yang berfungsi untuk memberikan keindahan dan kesempurnaan dan keindahan bagi kehidupan manusia. 95

94„Abdul Wahab Khalaf, „


(53)

Mashlahah mursalah ini searah dengan kaidah fiqh لازي ررضلا . Mengutip dari buku Dr. Ahmad Sudirman Abbas tentang definisi dari kaidah ini yang didasarkan dari hadits Nabi اراارِض ال او اراراض ال yang dapat disimpulkan bahwa” seseorang tidak diperbolehkan berbuat bahaya terhadap orang lain dan membalasnya dengan perbuatan bahaya, jika mendapat perlakuan bahaya”.96 Landasan yang dipakai dari ayat Al-Qur’an:

تْقََطَاَذِى

َ

ََاَىٍَفى ع ِبََ هيحِ سَىَأَفى ع ِبََ وَجَأَ غَ َفََء سِ ا

َ ُ يَعََ َأَ ىَ ُ يَعَِهاَت عَِاى ُكْذَىَاى هَهَ اَِتياَءَاىُذِخَتت

َعاَىََهاَايُقَتىَِهِبَ ُ ُظِعيَِ ْ ِحْاَىَِ تِ اَ ِ

ٍَءيشَِ ُ ِبََهاََ َأَاي

يِع

َ .

َ حِ يَ ْ َأَ َ هيُضعتَ َاَفَ َ وَجَأَ غَ َفَ َء سِ اَ تْقََطَ اَذَِ ى

َ ُ َِ َكَ َِهِبَُظعييَكِاَذََِفى عَم ِبَ و يبَايضا تَاَذََِ وجاى َأ

اَىَِها ِبَ ِ ي

َ ت َاَىَ َعيَُهاَىَ وْطَأَىَ ُ ََىَك َأَ ُ ِاَذَِ ِخَأاَِييْ

ََ ي َعتََا

(

ق ا

/

٢

َ:

٢٣٢

-٢٣٢

Artinya: ”Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf pula. janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, Karena dengan demikian kamu menganiaya mereka. barangsiapa berbuat demikian, Maka sungguh ia Telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa yang Telah diturunkan

95

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, h.389-350

96

Sudirman Abbas, Qawaid Fiqhiyah Dalam Perspektif Fiqh, (Jakarta; Pedoman Ilmu Jaya Dan Anglo Media Jakarta, 2004), h.129


(54)

50

Allah kepadamu yaitu Al Kitab dan Al hikmah As Sunnah. Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. dan bertakwalah kepada Allah serta Ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, Maka janganlah kamu para wali menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila Telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang ma'ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak

Mengetahui”. QS. Albaqarah/2: 231-232

Ayat ini melarang berbuat atau menyebabkan bahaya kepada orang lain. Yakni melarang laki-laki yang meruju’ dengan maksud akan memberikan kemudharatan atau membahayakan bagi perempuan. Jika memang sudah merasa tidak ada kecocokan lagi, maka dibolehkan untuk bercerai. Hal ini dimaksudkan agar tidak menjadikan mudharat bagi pihak perempuannya.97

ََهاََ ِإَا ِسحأَ َِ ُ ت اَى ِإَ ُ يِ يأَِا ُْتَاَ َِهاَِ يِسَىِفَا ُِف أَ

يِِسحُماَ ِحي

َُا

/

٢

َ:

٧٩١

ََ

Artinya: ”Dan belanjakanlah harta bendamu di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. QS. Albaqarah/2:195

َ ا يَ ْ َ ا ُ قَ َِ ا ِعَُ َ ِ يِ يأَ تَُغَ ُغ َ ِهاَ يَ ي اَ ِت ق

َقِف يَِ تط س

َ ِ َ َِ ي ِإَ ِز ُأَ َ َِا يِث ََ يِزي َُء شيَفي

97


(55)

َ َُ َِ يِ اَِ يَى ِإََء ضغ اَ َ ا عْاَ ي َ ي ْأَ َا ْفُ َ َ يغُط

ِفَ عسيَ َُهاَ أفْطأَِ حَِْ َا ق أ

َ ِحيَاَُهاَ َا سفَِض َأاَى

يِ ِسْفُما

َُ

ئ ما

/

١

َ:

٨٤

ََ

Artinya: ”Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dila'nat disebabkan apa yang Telah mereka katakan itu. Tidak demikian , tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; dia menafkahkan sebagaimana dia kehendaki. dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. dan kami Telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan”. Qs. Al-Maidah/5: 64

Dua ayat di atas memperjelas kembali bahwa Allah lebih menyukai orang-orang yang selalu berbuat baik dari pada berbuat keburukan. Berbuat baik dalam segala hal, di antaranya berbuat baik untuk mencegah atau menghilangkan kemudharatan dari orang lain. Misalnya, seorang pengacara mendampingi terdakwa selama dalam proses hukum agar tidak ada hak-hak terdakwa untuk mendapatkan keadilan atau mendapatkan hukuman yang sesuai dengan perbuatannya.

10.Istishab

Istishab ialah menjadikan lestari keadaan sesuatu yang sudah ditetapkan pada masa lalu sebelum ada dalil yang mengubahnya. Jadi apabila pada suatu


(56)

52

waktu telah ditetapkan suatu hukum maka dia akan tetap berlaku sampai ada hukum baru yang menolak keberadaan hukum tersebut.98

Istishab terbagi menjadi empat:

a. Istishab bara’atul ashliyah atau bara’atul „adamy ashliyah (kebebasan asli) seperti kebebasan tanggung jawab beban syara’ sebelum ada dalil yang menunjukkan adanya beban tersebut. Misalnya, jika ia masih kecil, maka ia bebas samapai baligh.

b. Istishab kepada dalil syara’ atau dalil akal tentang adanya, seperti masih tetap bertanggung jawab terhadap utang, sebelum ada petunjuk bahwa sudah dilunasi atau dibebaskan oleh yang berpiutang, keharusan si pembeli membayar harga menurut akad sebelum ada petunjuk bahwa ia sudah membayarnya, keharusan suami membayar mahar sebelm ada petunjuk bahwa ia sudah melunasinya atau direlakan istrinya. Semuanya ini ditetapkan dengan hukum syara’ dan oleh akal ditetapkan masih tetapnya sebelum ada dalil yang mengubahnya.

c. Istishabul hukmi, yaitu tetapnya hukum sesuatu mubah sebelum ada dalil yang menunjukkan ia diharamkan dan tetapnya hukum sesuatu haram sebelum ada dalil yang menunjukkan kebolehannya.99

98


(57)

11.Sadduzzari’ah

Zari‟ah menurut bahasa adalah wasilah/sarana. Sedangkan menurut istilah

adalah “sesuatu yang menjadi jalan bagi yang diharamkan atau dihalalkan maka ditetapkan hukum sarana itu menurut yang ditujunya”.100

Perbuatan apabila ditinjau dari segi akibatnya terbagi menjadi empat: a. Perbuatan yang akibatnya pasti menimbulkan kerusakan/bahaya.

b. Perbuatan yang jarang berakibat kerusakan/bahaya, seperti berjual makanan yang kebiasaannya tidak menimbulkan bahaya, menanam anggur sekalipun akan dibuat khamar. Ini halal, karena membuat khamar adalah nadir.

c. Perbuatan yang menurut dugaan kuat menimbulkan bahaya.

d. Perbuatan yang lebih banyak menimbulkan kerusakan teteapi belum mencapai tujuan kuat timbulnya kerusakan itu, seperti jual beli yang menjadi sarana bagi riba.101

Qiyas, istishan, istishlah, istishab dan sadduzzari’ah merupakan sumber hukum yang berbentuk ijtihadi atau ra’yi yang juga biasa dipakai hakim untuk memutuskan suatu perkara. Jika putusan-putusan hakim-hakim tersebut dikumpulkan, maka bisa disebut dengan kumpulan yurisprudensi. Yurisprudensi ini juga bisa dijadikan rujukan dalam mencari suatu hukum.

99

Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h. 160-161

100

Ibid., h. 164

101


(58)

54

C. Dampak Keputusan Orang Tua Tinggal Di STW

Melihat pandangan dari beberapa orang terdekat pak Tatong tentang beliau, mengenai segi positif dari keberadaan beliau di STW:

1. Waktu yang beliau miliki semakin produktif. Mengutip kata bijak dari Umar bin Khatab, ” Tidak adanya kesibukan bagi kaum pria akan membawa kepada kelalaian, sedang bagi kaum wanita akan membawa kepada syahwatnya”.102 2. Menghilangkan depresi akibat dari penyakit yang dideritanya. Hal ini sesuai

yang dikatakan Kathryn Lance, ”penulis buku Running for Health and Beauty mengemukakan bahwa senam merupakan upaya yang efektif untuk mengatasi depresi. Pendapat ini didukung sepenuhnya oleh para peneliti yang menemukan manfaat olahraga, terutama yang dapat memperlancar sirkulasi darah dan oksigen dalam tubuh, misalnya: lari, bersepeda, jalan cepat, dan berenang”.103

Dari contoh olah raga tersebut kecuali kolam renang, telah terfasilitasi di STW Ria Pembangunan.

3. Menyalurkan hobi, seperti dengan mengikuti kegiatan melukis dan angklung. 4. Memulihkan kesehatan pasca stroke. Di antaranya dengan melatih pasien

berbicara dengan melalui musik dan liriknya. Sebagaimana kutipan yang diambil dari www.tempointeraktif.com, ”Ilmuwan mempresentasikan bahwa

102

Solihin Abu Izzuddin, Quantum Tarbiyah, (Solo; Bina Insani Press, 2007), h.71

103”Mengendalikan Diri Sewaktu Depresi”, Artikel Diakses Pada Tanggal 18 Juli 2010 dari


(1)

Prinsip umum dari pembolehan anak mengizinkan orang tua yang telah lanjut usia tinggal di sasana tresna werdha:

a. Faham dengan kondisi orangtua dan kondisi tempat yang akan ditinggali orang tua. Ini merupakan langkah awal bagi seorang anak, sebelum mereka mengizinkan orangtua tinggal di STW yakni mereka harus benar-benar tahu dan faham kondisi orangtua, faham dengan kondisi kesehatannya, faham dengan segala kebutuhan orang tua baik secara jasmani, rohani dan akalnya dan lain sebagainya. Sehingga anak dapat mengetahui tempat yang diminta oleh orangtuanya tersebut cocok dengan kondisi orang tuanya.

b. STW dapat memenuhi kebutuhan jasmani, rohani dan sosial orang tua. Seperti yang pernah saya sebutkan pada bab sebelumnya yakni pada tujuan berdirinya STW itu sendiri. Misalnya, dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok secara layak, pemeliharaan kesehatan yang baik, dan lain-lain.

c. Bertanggung jawab dengan segala hal yang berkaitan dengan orangtuanya. Misalnya, dalam hal pemenuhan kebutuhan finansial orangtua terutama untuk pembayaran bulanan untuk STW atau dalam urusan agamanya atau kebutuhan rohaninya dan lain sebagainya.

d. Hubungan kekeluargaan antar keluarga tetap terjalin. Tinggalnya orang tua di STW membuat anak dan orang tua tinggal di dua tempat berbeda. Perbedaan tempat ini, jika tidak sering mengunjungi dan tetap


(2)

berkomunikasi dengan baik, maka dapat membuat sekat-sekat kurang baik dalam keluarga. Walaupun orangtua tinggal di STW, seorang anak harus tetap menjalankan kewajibannya kepada orangtuanya, menjaga, merawat dan memberikan kasih sayang, minimal ketika mereka sedang silaturrahim ke orangtuanya. Usaha anak untuk tetap menjalankan kewajibannya dapat menjadikan orangtua tetap merasa diperhatikan, dicintai dan dihargai oleh anaknya sehingga ia pun tetap mencurahkan kasih sayang nya kepada anaknya dan hubungan kekeluargaan tetap terjalin dan keluarga tetap harmonis.

e. Tidak menghilangkan atau menyembunyikan nasab. Perbedaan tempat atau jauhnya jarak rumah dengan STW tak dapat dijadikan alasan untuk menghilangkan nasab antara anak dan orangtua. Walaupun anak berusaha untuk menghilangkan atau menyembunyikan nasab dengan kedua orangtua mereka, namun pada hakekat sebenarnya hubungan nasab antara keduanya masih ada.


(3)

72

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian yang berjudul “Anak Mengizinkan Orang tua Lanjut Usia Tinggal Ke Sasana Tresna Werdha (Studi Analisis Prespektif Hukum Islam)” maka ada beberapa kesimpulan yang bisa ditarik, yakni sebagai berikut:

1. Pak Tatong adalah seorang Lansia yang mempunyai seorang istri dan tiga putra yang telah berkeluarga semuanya. Pak Tatong telah tinggal di STW kurang lebih sekitar dua tahun. Istri tinggal bersama anak, namun setiap pekannya pasti datang ke STW kurang lebih dalam kurun seminggu, istri berkunjung sebanyak tiga kali. Keputusan Pak Tatong untuk tinggal di STW adalah permintaan pribadinya, bukan permintaan dari keluarga. Pak Tatong merasa membutuhkan tempat yang lebih kondusif untuk pemulihan kesehatannya pasca stroke dan untuk memanfaatkan waktu-waktu luangnya, menurut beliau STW adalah tempat yang tepat. Pada awalnya pihak keluarga tidak menyutujui keinginan dari Pak Tatong, namun karena beberapa pertimbangan maka keluarga pun tidak melarangnya.


(4)

2. Pak Tatong memiliki tiga putra. Mereka telah menikah dan telah mempunyai anak. Ketiga anaknya mempunyai pekerjaan yang cukup menyita hari-hari mereka, yakni antara hari senin sampai jumat.

3. Sasana tresna werdha sangat berperan dalam merawat para Lansia baik dalam kesehatan, kebutuhan spiritual, pemanfaatan waktu luang dan lain-lain. Misalnya di Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan, di sana ada berbagai macam senam, ada kegiatan melukis, ada kegiatan bermain angklung, ada ceramah keagamaan dan lain-lain.

4. Melihat dari segi pemenuhan kewajiban anak kepada orang tuanya, terpenuhinya maksud dari penyelenggaraan STW, melihat dari pemenuhan kewajiban orang tua kepada anaknya kemudian dianalisa akhir memakai maslahah mursalah atau mengambil kemaslahatan yang lebih banyak dengan mencegah kemudharatan yang akan dan telah terjadi maka hukum mengizinkan orang tua tinggal di panti werdha dalam kasus Pak Tatong ini adalah diperbolehkan. Walaupun menurut hukum Islam diperbolehkan namun hukum anak untuk memberikan kasih sayang dan perhatian tetaplah diwajibkan. karena hal itu tak bisa digantikan oleh orang lain. Adapun yang bisa digantikan orang lain misalnya adalah mencuci baju orang tua yang bisa dilakukan oleh carediverpanti Werdha.


(5)

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis menyarankan:

1. Sebelum anak mengizinkan orang tua tinggal di Panti Werda atau Sasana Tresna Werdha, hendaklah mengetahui terlebih dahulu secara detail tentang tempat yang akan ditempati oleh orang tuanya tersebut. Kemudian, musyawarahkan dengan keluarga baik melalui internet, brosur yang diedarkan oleh pihak panti atau lebih baiknya lagi langsung mendatangi tempat yang akan ditinggali tersebut dengan dipandu oleh pegawai yang faham dengan baik tentang panti tersebut. Jika diperlukan konsultasi ke psikiater atau psikolog dan ’ulama.

2. Perlu diadakan sosialisasi tentang gambaran panti Werdha yang sesuai dengan asal dari tujuan berdirinya disertai dengan sosialisasi hukum berbakti kepada orang tua dengan mengingatkan kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan oleh sang anak dan dengan mengajarakan kaidah-kaidah fiqh yang seharusnya dipakai sebagai bahan pertimbangan sebelum mengizinkan orang tua untuk tinggal di panti werdha, melalui para khatib Jum’at, ceramah-ceramah keagamaan, website, radio dan lain-lain.

3. Perlu dimasukkannya materi tentang berbakti kepada kedua orang tua, cara dan hukum berbakti kepada orang tua terkhusus kasus orang tua yang tinggal di panti dalam pelajaran fiqih ditingakatan Madrasah Tsanawiyah dan Madarasah Aliyah atau di pelajaran Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.


(6)

4. Hendaklah keluarga dari orang tua yang tinggal di panti werdha tetap memberikan perhatian dan kasih sayangnya. Terutama dari sang anak.

5. Di setiap panti werdha atau panti jompo atau sasana tresna werdha hendaklah menyediakan ahli psikologi atau konselor, agar lebih bisa mengkontrol kondisi para penghuninya dan para penghuni bisa mencurahkan permasalahan ke mereka. Sehingga beban-beban psikologis yang kemungkinan diderita oleh para Lansia yang tinggal di sana.