1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Orang tua merupakan orang yang paling besar pengorbanannya bagi anak- anaknya dan yang paling tulus pemberiannya. Maha Kasih Allah yang memberi
rasa kasih sayang kepada para orang tua untuk anak-anaknya, karena dengan itulah para orang tua dapat menyayangi dan mendidik anak-anaknya dari
semenjak di kandungan sampai mereka tumbuh dewasa. Misalnya, ketika seorang anak masih di dalam kandungan, ibunya rela menanggung sakit yang semakin
bertambah- tambah. Sehingga ’Atha’ Al-Khurasany menafsirkan surat Luqman
ayat 14 yang menggambarkan keadaan seorang ibu yang sedang hamil dengan kata
dha’fan ’ala dha’fin yakni lemah bertambah lemah.
1
Dan ketika mereka sudah berumahtangga, mereka menitipkan anak-anak mereka kepada orang tua
mereka karena mereka telah sibuk bekerja. Selain itu, wujud kasih sayang orang tua kepada anaknya adalah memberi
pendidikan, sandang, pangan dan tempat tinggal yang terbaik sesuai dengan kemampuan masing-masing orang tua. Tentunya mereka tidak bermalas-malasan
untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Tak jarang mereka harus pergi ketika matahari mulai terbit dan pulang ketika hari telah gelap agar bisa
memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Tak jarang pula mereka rela melanjutkannya
1
Sâmiy Ibnu Mahmud Ibnu „Abdurrahman Ibnu Salamah, Tafsir Al-Quran Al-‘Azîm Addamsyîqi Juz 6,
Riyâdh: Daar Thayyibah Li Nasyar wattawzî’, 2007, h.336.
2
dengan begadang semalam suntuk untuk menemani anaknya yang sedang sakit atau terbangun ketika malam hari hanya sekedar mengganti popok sang anak.
Mereka pun tak bosan-bosannya menasehati suatu kebaikan kepada anak- anaknya, walaupun sering anak-anaknya tidak mau mendengarkan dan melakukan
nasehat-nasehatnya. Tak semua anak mendapat orang tua yang ideal seperti yang mereka
inginkan. Namun setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak- anaknya dengan cara mereka sendiri, yang tentunya dalam hal ini dipengaruhi
dengan ilmu atau pengalaman hidup mereka sebelumnya. Misalnya dalam film Garuda di Dadaku, di sana dikisahkan bahwa ada seorang kakek yang meminta
kepada anaknya agar cucunya tidak bermain sepak bola. Hal ini kakek lakukan karena tak ingin masa depan cucunya suram seperti menantunya yang merupakan
ayah dari cucunya.
2
Atau dalam novel Ketika Cinta Bertasbih Episode 2 yang termasuk di dalamnya mengisahkan seorang anak yang bernama Zumrah. Orang
tuanya sengaja meminta budenya bibi untuk mengasuh Zumrah, karena pada waktu itu orang tuanya sangat kerepotan mengasuh ketiga adiknya yang masih
kecil-kecil dan karena kondisi ekonomi yang sedang sulit. Sementara budenya hanya punya satu anak saja.
3
2
Ifa Irfansyah, Garuda di Dadaku, Jakarta: SBO Films Mizan Productions 2009.
3
Habiburrahman El-Shirazy, Ketika Cinta Bertasbih episode 2, Jakarta: Panerbit Republika, 2007, h.51.
3
Begitu besar jasa orang tua kepada anak-anaknya, maka tidak heran jika berbakti kepada orang tua merupakan suatu kewajiban bagi setiap anak. Bahkan
dalam tafsir Al-Mishbah surat Luqman ayat ke 14, kewajiban berbakti kepada kedua orang tua menempati tempat kedua setelah pengagungan kepada Allah
swt.
4
. Dalam tafsir Al- Qur’an Al-Adhim surat Al-isra’ ayat 23 pun menjelaskan
bahwa seorang anak tidak boleh melakukan perbuatan dan berbicara yang buruk terhadap orang tuanya.
5
Dan di dalam Syarh Shahih Muslim pada hadits ke 6452, dalam hadits tersebut mengkisahkan seorang anak yang bernama Juraij Ra.
dengan ibunya. Dalam syarah hadits tersebut dijelaskan keagungan berbuat baik kepada orang tua dengan mengokohkan hak ibunya dan sesungguhnya do’a ibu
adalah do’a yang terjawab oleh Allah.
6
Usaha-usaha seorang anak untuk merawat berbakti kepada orang tuanya dapat dengan banyak cara, misalnya memenuhi hak-hak kedua orang tuanya
7
: 1.
Mentaati keduanya selain untuk bermaksiat kepada Allah 2.
Berbuat baik 3.
Tawadhu’ 4.
Berkata halus 5.
Memberi makan
4
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Juz 11, Jakarta: Lentera Hati, 2003, h. 128.
5
Sâmiy Ibnu Mahmud Ibnu „Abdurrahman Ibnu Salamah, Tafsir Al-quran Al-‘Azîm Addamsyîqi. Juz 5,
Riyâdh: Daar Thayyibah Li Nasyar wattawzî’, 2007, h. 64.
6
Khalil Ma’mun Syeh, Shahih Muslim Bisyarh Al-imam Muhiddin An-nawawi Jilid 8, Baerut: Dâr Al-
Ma’rifah, 2007, h. 323.
7
„Abdul „Aziz Ibnu Fathy As-Sayyid Nida, Mawusû’ah Al-Adâb Al-Islâmiyah, Ar-Riyâd: Dâr Tayyibah Linnasyar wa At-
Tawzy’, 1428-2007, h. 163-167.
4
6. Meminta izin ketika akan pergi untuk jihad dan sebagainya
7. Memberi harta ketika mereka meminta
8. Jangan bermuka buruk atau semisalnya kepada keduanya
9. Mendahulukan berbuat baik kepada ibu dari pada kepada bapak
10. Lebih mengutamakan ibu dari pada bapak
Sedangkan untuk berbakti kepada orang tua yang telah lanjut usia dapat ditambahkan dengan:
1. Merawat sendiri kedua orang tua di rumahnya.
2. Menyewa suster untuk merawat kedua orang tua dirumahnya.
3. Memasukkan ke Sasana Tresna Werdha. Hal ini biasa terjadi di Negara-
negara barat
8
dan beberapa daerah di Indonesia juga mulai ada peningkatan jumlah penghuni Sasana Tresna Werdha.
9
Walaupun di Indonesia sendiri masih banyak yang menganggap buruk memasukkan orang tua ke Sasana
Tresna Werdha.
10
Tapi tentu saja mereka mempunyai alasan-alasan tersendiri yang belum tentu itu buruk, di antaranya karena:
a. Kesibukan mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga
mereka sehingga tidak punya waktu untuk merawat orang tuanya, sehingga mereka berfikir apabila tetap di rumah orang tuanya akan
terlantar maka lebih baik dimasukkan ke Sasana Tresna Werdha.
8
Mutia Mutmainah, Keajaiban Do’a Ridho Ibu, Jakarta: Wahyu Media, 2008, h. 49.
9
Penghuni Sasana Tresna Werdha meningkat”, artikel diakses pada tanggal 19 Januri 2010 dari http:www.antara.co.idview?i=1216752275c=NASs=
10
Azka, “Bagaimana pendapat anda tentang menaruh ORTU di Sasana Tresna Werdha...?”, Artikel
diakses pada
tanggal 19
Januari 2010
dari http:forum.detik.comshowthread.php?t=84418page=7
5
b. Ingin membahagiakan kedua orang tua mereka dengan memasukkan ke
Sasana Tresna Werdha. Karena di sana banyak kegiatan-kegiatan yang dikhususkan untuk orang-orang tua lanjut usia.
11
c. Dengan memasukkan orang tua ke Sasana Tresna Werdha, maka para
orang tua yang telah lanjut usia dapat bertemu dengan teman-teman seusianya.
12
Islam adalah agama yang syumul
13
yang mengatur tentang segala hal. Salah satunya adalah berbakti kepada orang tua, sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelum ini. Namun dalam hal hukum merawat orang tua yang lanjut usia dengan mangizinkan orang tua untuk ke Sasana Tresna Werdha masih
memerlukan analisa yang mendalam lagi. Karena itu, penulis ingin membahas lebih dalam tentang
“Anak Mengizinkan Orang tua Lanjut Usia Tinggal Ke Sasana Tresn
a Werdha Studi Analisis Prespektif Hukum Islam”. B.
Perumusan dan Pembatasan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Banyak faktor yang menyebabkan seorang anak memasukkan orang tuanya ke Sasana Tresna Werdha. Namun penulis akan lebih mendalam
menjelaskan hukum anak memasukkan orang tua ke Sasana Tresna Werdha
11
B. Hurlock Elizabeth, Psikologi Perkembangan,edisi ke-5, Jakarta: Erlangga, 1980 , h. 57
12
. Azka, “Bagaimana pendapat anda tentang menaruh ORTU di Sasana Tresna Werdha...?”, Artikel
diakses pada
tanggal 19
Januari 2010
dari http:forum.detik.comshowthread.php?t=84418page=7
13
Irwan Prayitno, Ma’rifah Al-Islâm, seri ke-4, Bekasi: Pustaka Tarbiatuna, 2002 , h. 59.
6
menurut hukum Islam, karena anak tersebut sibuk untuk mengurusi keluarganya sendiri, yakni keluarga barunya.
2. Perumusan Masalah
Ajaran Islam memerintahkan kepada umatnya untuk berbakti kepada orang tua. Terutama ketika mereka sudah lanjut usia. Kenyataannya, pada
zaman sekarang merawat orang tua yang telah lanjut usia tidak hanya bisa dari tangan seorang anak saja, mereka juga bisa menyewa suster untuk merawat di
rumahnya dan ada juga yang memasukkan orang tuanya yang telah lanjut tersebut ke Sasana Tresna Werdha dengan maksud agar orang tuanya tidak
terlantar. Namun cara merawat yang terakhir, banyak masyarakat Indonesia masih merasa kurang pantas.
Rumusan tersebut di atas penulis merinci dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana kondisi keluarga anak yang mengizinkan orang tuanya tinggal
di Sasana Tresna Werdha? b.
Bagaimana kondisi orang tua yang diizinkan anaknya untuk tinggal di Sasana Tresna Werdha?
c. Bagaimana peran Sasana Tresna Werdha dalam merawat orang tua?
d. Bagaimana hukum Islam menghukumi seorang anak yang mengizinkan
orang tuanya untuk tinggal di Sasana Tresna Werdha?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian