Perbedaan Marginal Gap Cavosurface Margin Berbentuk Shoulder Dan Chamfer Overlay Porcelain Fused To Metal Dengan Coping Collarless Pada Gigi Pasca Endodonti (Penelitian In Vitro)

(1)

16 Preparasi cavosurface margin shoulder; B. Preparasi cavosurface margin chamfer; C. Gigi sampel hasil preparasi desain cavosurface margin shoulder (bukal) dan chamfer (palatal/lingual); D. Desain

preparasi overlay... ... 39 17 Hasil pemeriksaan kavitas... ... 40 18 Pembuatan die : A. Penanaman gigi pada die lock; B. Pembuatan sendok

cetak fisiologis; C. Pencetakan sampel; D. Pembuatan die ... 41 19 Pembuatan coping metal : A. Bahan dan alat wax-up; B. Hasil Wax-up;

C. Casting metal; D. Coping metal di-passen pada die ... 42 20 A. Coping metal setelah degassing; B. Sterilisasi coping metal; C. Bahan

build up porselen; D. Overlay PFM di-passen pada sampel ... 44 21 Pengukuran marginal gap dengan stereomicroscope ... 45 22 Gambar sampel penelitian : A. Bukal sampel (shoulder), dan B.

Palatal/lingual sampel (chamfer) ... 46 23 Gambar marginal gap dengan perbesaran 40x : A. Pengukuran marginal

gap yang terkecil, dan B. Pengukuran marginal gap yang terbesar .... 47 24 Gigi-gigi sampel setelah direstorasi overlay PFM ... 52 25 Marginal gap di seluruh permukaan margin tidak rata ... 53


(2)

ABSTRAK

Perbedaan marginal gap cavosurface margin berbentuk shoulder dan chamfer overlay porcelain fused to metal dengan coping collarless pada gigi pasca endodonti. Xii+64 halaman

Overlay merupakan salah satu bentuk restorasi yang biasa direkomendasikan pada gigi yang telah dirawat endodonti, sedangkan porcelain fused to metal merupakan bahan yang mengkombinasikan kekuatan dan estetis yang baik. Kekuatan dan estetis PFM sangat dipengaruhi oleh desain coping dan desain preparasi. Coping adalah suatu tuangan logam tipis yang menutupi seluruh daerah preparasi gigi tetapi tidak memberikan bentuk anatomis pada gigi. Desain coping dapat dibuat sedemikian rupa, diantaranya dapat berbentuk collar metal, butt joint, dan collarless. Desain preparasi yang tepat untuk restorasi overlay PFM belum diketahui. Desain preparasi dapat mempengaruhi prognosis suatu restorasi, salah satunya adalah dengan mengatur desain marginnya, karena desain margin ini mempengaruhi kerapatan margin suatu restorasi. Desain cavosurface margin berbentuk shoulder dan chamfer merupakan desain yang paling direkomendasikan untuk restorasi porcelain fused to metal.

Delapan gigi molar maksila dan mandibula manusia yang telah diekstraksi direndam pada larutan normal saline, kemudian dilakukan perawatan saluran akar dan pembuatan inti amalgam. Pada bagian bukal sampel berbentuk cavosurface margin shoulder dan bagian palatal/lingual berbentuk cavosurface margin chamfer. Pembuatan overlay PFM dengan coping collarless dan marginal gap restorasi diukur


(3)

pada mid bukal dan mid palatal/lingual dengan menggunakan stereomicroscope dengan perbesaran 40x.

Rerata marginal gap overlay PFM pada cavosurface margin shoulder sebesar 98,4375 ± 36,86213 μm, sedangkan marginal gap overlay PFM pada cavosurface margin chamfer sebesar 142,1875 ± 80,43895 μm. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji t-test berpasangan menunjukkan bahwa pada α=0,05 rerata perbedaan marginal gap antara kedua cavosurface margin tidak signifikan (p=0,058).


(4)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Restorasi akhir pasca perawatan endodonti sangat penting untuk keberhasilan perawatan. Pentingnya pembuatan restorasi akhir dapat dilihat dari kenyataan bahwa gagalnya perawatan endodonti lebih sering disebabkan karena kegagalan restorasi dibandingkan perawatan endodontinya.1

Restorasi gigi dapat diklasifikasikan menjadi restorasi langsung dan restorasi tidak langsung.2,3,4 Overlay merupakan suatu restorasi yang menutupi satu atau lebih kuspid dengan menggabungkan prinsip restorasi ekstrakoronal dan intrakoronal.5,6 Restorasi overlay dapat memberikan perlindungan terhadap kuspid dalam melawan tekanan vertikal dan jaringan dentin yang tersisa cukup untuk bertahan terhadap tekanan horizontal.7

Restorasi metal keramik (porcelain fused to metal atau PFM) telah dikenal sejak tahun 1965 dan merupakan salah satu restorasi yang sangat luas dipergunakan dalam bidang kedokteran gigi. Restorasi metal keramik mengkombinasikan kekuatan dari metal tuang dan estetis dari porselen.3,8 Porselen adalah keramik yang dibuat dari kaolin dan feldspar.9 Anusavice (1991) menyatakan bahwa restorasi metal keramik telah sukses digunakan untuk mahkota tunggal dan jembatan unit selama lebih dari 30 tahun. Kerchbaum dan Voss (1997) memperkirakan bahwa hanya 3% dari restorasi PFM yang gagal setelah 10 tahun.3


(5)

Restorasi metal keramik tergantung pada struktur metal dan keramik, kesesuian antara metal dan porselen, serta desain dan kekakuan coping. Coping adalah suatu tuangan logam tipis yang menutupi seluruh daerah preparasi gigi tetapi tidak memberikan bentuk anatomis pada gigi.10 Metal coping merupakan bagian yang penting dari restorasi metal keramik namun sering diabaikan. Desain metal coping memiliki pengaruh yang penting terhadap keberhasilan atau kegagalan restorasi metal keramik. Selain itu, desain coping ini juga sangat mempengaruhi estetis restorasi PFM.11 Desain coping dapat dibuat sedemikian rupa, diantaranya dapat berbentuk collar metal, butt joint, dan collarless.12

Suatu penelitian in vitro yang dilakukan oleh Kharlina, Pane (2006, tidak dipublikasikan) tentang overlay porcelain fused to metal dengan desain coping butt joint memperlihatkan bahwa di bagian servikal overlay masih ada bayangan gelap sehingga warna restorasi yang dihasilkan tidak menyerupai gigi asli. Restorasi metal keramik collarless adalah suatu restorasi metal keramik yang bagian servikalnya tidak dilapisi metal melainkan porselen.13 Restorasi PFM collarless menggunakan porselen pada bagian bukal margin sehingga memberikan estetis yang terbaik. Selain itu, pada bagian servikal restorasi PFM collarless tidak terlihat bayangan gelap, sehingga kualitas estetis menjadi lebih baik. Restorasi PFM collarless juga memiliki sifat biokompatibilitas yang baik. Akumulasi plak pada restorasi ini sangat rendah dan permukaannya yang halus sangat baik untuk jaringan gingiva. Kelemahan restorasi PFM collarless adalah pembuatannya yang sulit karena merupakan suatu teknik yang sensitif serta memerlukan keahlian dan ketelitian dari operator untuk menghasilkan adaptasi margin yang baik antara metal dan keramik.8


(6)

McLaen (1980 cit Pranata 1987) menyatakan bahwa keberhasilan restorasi metal keramik tidak hanya tergantung oleh desain coping, tetapi juga tergantung oleh desain preparasi.14 Desain preparasi dapat mempengaruhi prognosis suatu restorasi, salah satunya adalah dengan mengatur desain marginnya,6 karena desain margin ini mempengaruhi kerapatan margin suatu restorasi.15 Pada restorasi overlay margin restorasi berada di supragingiva. Margin supragingiva ini memiliki keuntungan yaitu mudah dibuat, dibersihkan, dan dicetak serta dievaluasi.16

Desain cavosurface margin yang direkomendasikan untuk mahkota penuh porcelain fused to metal adalah shoulder (Berry et al (2001))6 dan shoulder bevel (Smith (1987)). Selain shoulder dan shoulder bevel, Dykema et al (1986) juga merekomendasikan chamfer.17 Sedangkan Rosenstiel et al (2001) menyarankan bentuk margin servikal yang digunakan adalah shoulder dibagian bukal dan chamfer dibagian lingual.18

Menurut Dykema et al (1986), chamfer merupakan margin yang mudah dibentuk dan lebih sering digunakan untuk gigi tiruan cekat serta dapat jelas terlihat, tetapi kerangka metal dibagian servikal menjadi lebih tipis dan mengalami distorsi lebih banyak selama siklus pemanasan dan pendinginan restorasi PFM. Shoulder lebih sulit dibentuk tetapi kerangka metal dapat lebih tahan terhadap distorsi selama siklus pemanasan porselen. Shoulder dapat memberikan warna yang baik pada bagian servikal tanpa menyebabkan kontur yang berlebihan pada restorasi.17

Suatu restorasi berhasil diterima secara biologik di dalam mulut apabila dapat beradaptasi baik dengan cavosurface margin dari preparasi. Konfigurasi margin dari suatu desain sangat menentukan bentuk dan tebal metal coping pada daerah margin


(7)

restorasi. Hal ini akan sangat mempengaruhi kerapatan margin dari restorasi tersebut.14 Kerapatan margin sangat mempengaruhi prognosa jangka panjang suatu restorasi gigi, karena ruangan (marginal gap) yang terjadi dapat menjadi tempat penumpukan plak yang dapat menyebabkan inflamasi jaringan periodontal, karies, dan gagalnya restorasi.15 Restorasi dengan ketepatan yang terbaik sekalipun masih terdapat celah (marginal gap) antara margin restorasi dengan margin preparasi gigi.14 Marginal gap maksimum yang dapat diterima sebesar 120 μm.16 Hal ini telah dibuktikan sebagai akibat distorsi margin setelah pembakaran porselen yang erat kaitannya dengan jenis desain preparasi margin.14

Belum banyak diketahui tentang overlay PFM. Dengan meningkatnya kebutuhan akan estetis umumnya dan adaptasi margin yang baik khususnya, maka pada penelitian ini akan dilakukan penelitian tentang overlay porcelain fused to metal dengan coping collarless untuk menguji marginal gap cavosurface margin berbentuk shoulder dan chamfer restorasi tersebut pada gigi molar pasca endodonti.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Apakah ada perbedaan marginal gap cavosurface margin berbentuk shoulder dan chamfer overlay porcelain fused to metal dengan coping collarless pada gigi pasca endodonti ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui perbedaan marginal gap cavosurface margin berbentuk shoulder dan chamfer overlay porcelain fused to metal dengan coping collarless pada gigi pasca endodonti.


(8)

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Mengetahui desain cavosurface margin yang lebih baik dalam memberi marginal gap yang lebih kecil pada restorasi overlay Porcelain fused to metal dengan coping collarless.

1.4.2 Sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi operator dalam hal memilih desain preparasi yang tepat dalam pembuatan restorasi, khususnya pada restorasi overlay Porcelain fused to metal dengan coping collarless.

1.4.3 Sebagai dasar dalam usaha pelayanan kesehatan gigi masyarakat terutama dalam bidang konservasi gigi sehingga gigi dapat dipertahankan selama mungkin di dalam mulut.

1.4.4 Sebagai dasar bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 1.4.5 Sebagai masukan bagi laboratorium Dental FKG USU.


(9)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Restorasi pada gigi pasca perawatan endodonti sangat penting untuk keberhasilan perawatan. Restorasi tidak boleh bocor dan harus dapat melindungi sisa jaringan gigi dan mengembalikan bentuk maupun fungsi semula. Pentingnya pembuatan restorasi akhir yang baik dilihat dari kenyataan bahwa kegagalan perawatan endodonti lebih sering disebabkan karena masalah kegagalan restorasinya dibandingkan perawatan endodontinya sendiri. Alasan utama penyebab kegagalan restorasi yang secara langsung atau tidak langsung menyebabkan kegagalan perawatan endodonti adalah kebocoran restorasi. Kebocoran restorasi ini terjadi karena tidak adanya adaptasi yang baik pada tepi restorasi.1

2.1 Restorasi Overlay

Overlay adalah suatu restorasi yang menutupi satu atau lebih kuspid dengan menggabungkan prinsip restorasi ekstrakoronal dan intrakoronal.5,6 Overlay paling diindikasikan dan secara umum digunakan sebagai restorasi tuang untuk gigi tunggal.5 Perlindungan yang diberikan merupakan perlindungan keseluruhan kuspid pada gigi posterior yang telah melemah akibat karies ataupun restorasi terdahulu. Restorasi ini didesain untuk mendistribusikan tekanan oklusal gigi sebagai cara meminimumkan kemungkinan faktur dikemudian hari.18


(10)

2.1.1 Desain preparasi

Menurut Sturdevant (2002), desain preparasi overlay, antara lain, adalah sebagai berikut :18

a. Preparasi 2 mm dari groove central ke dalam lantai pulpa. b. Pengurangan permukaan oklusal sebesar 1,5 mm.

c. Dinding gingiva ke oklusal divergen sebesar 2-5o dari lantai pulpa sebagai retensi.

d. Pembuatan step oklusal sebesar 0,5 mm sebagai retensi.

e. Pembuatan counterbevel sebesar 30o pada tepi fasial dan lingual.

2.1.2 Bahan

Restorasi overlay dapat dibuat oleh bahan restorasi langsung dan bahan restorasi tidak langsung. Bahan restorasi tidak langsung terdiri atas : metal; porcelain; resin komposit; dan porcelain fused to metal.19

2.2 Restorasi Porcelain fused to metal ( PFM )

Restorasi PFM adalah tipe porselen gigi yang paling umum digunakan.20 Berdasarkan perbedaan temperatur ada tiga tipe porselen gigi yaitu; regular felspathic porcelain (temperatur tinggi 1200-1400 oC), aluminous porcelain (temperatur sedang 1050-1200 oC), dan metal bonding porcelain (temperatur rendah 800-1050 oC). PFM merupakan metal bonding porcelain.9 PFM terdiri atas beberapa lapisan yang difusikan secara kimia pada dasar kerangka metal. Substruktur metal mendukung keramik dan membuat keramik bertahan lama terhadap beban dari kekuatan mulut.20


(11)

2.2.1 Prinsip umum restorasi metal keramik

Restorasi metal keramik harus memenuhi syarat–syarat, antara lain, adalah sebagai berikut :21

a. Metal dan keramik mempunyai ikatan yang kuat.

b. Metal dan keramik mempunyai thermal expansi yang sesuai. c. Keramik yang dipakai relatif mempunyai low fusing.

d. Metal harus tahan terhadap deformasi pada saat keramik mencapai temperatur fusing. Pada saat fusing, keramik harus dapat bersatu dengan logam dan berikatan tanpa merubah bentuk logam. Pada saat mendingin, baik logam maupun keramik akan mengalami kontraksi yang akan menimbulkan retak atau bahkan terlepasnya keramik dari logam.

e. Bahan–bahan yang dipakai harus bersifat biokompatibel terhadap jaringan.

Pada prinsipnya, sifat–sifat restorasi metal keramik ditentukan oleh keadaan interfacenya. Bila didapati ikatan yang rapat antara metal dengan keramik maka akan terjadi penurunan energi bebas yang dapat memisahkan kedua komponen atau sebaliknya.21

2.2.2 Jenis-jenis bahan metal

Logam yang dipakai untuk keperluan ini harus mempunyai sifat mekanis yang baik, tidak merubah warna keramik, mempunyai thermal expansi yang sesuai dengan keramik dan dapat menghasilkan ikatan yang kuat dengan keramik. Ada enam jenis logam noble (alloy noble) yang sesuai untuk keperluan ini yaitu alloy very high


(12)

noble, alloy low noble, alloy high noble dengan kandungan Silver, alloy Palladium Silver, alloy Palladium Copper, dan alloy Palladium Kobalt. Selain logam noble (alloy noble) juga terdapat tiga jenis alloy casting base metal yang dapat dipakai untuk keperluan metal-keramik yaitu alloy Nikel, Kobalt dan Titanium.21

2.2.3 Indikasi

Pemakaian restorasi PFM diindikasikan, antara lain, adalah sebagai berikut :2,3 a. Gigi anterior dengan ruang yang tidak cukup untuk restorasi all ceramic. b. Kegagalan mahkota jaket porselen.

c. Restorasi yang mengutamakan estetis. d. Situasi yang memerlukan kekuatan tinggi.

e. Kerusakan gigi menengah sampai tinggi yang memerlukan perbaikan kuspid.

2.2.4 Kontraindikasi

Restorasi PFM tidak diindikasikan, antara lain, adalah sebagai berikut :2,3 a. Resiko kerusakan pulpa tinggi, biasanya pada usia muda dibawah 18 tahun.

b. Pasien dengan tekanan pengunyahan yang ekstrem. c. Adanya kebiasaan bruksism dan kliking.


(13)

2.2.5 Keuntungan dan kerugian

Keuntungan PFM adalah : unggul sebagai bahan langsung pada daerah yang memerlukan tekanan tinggi; kekuatan pemakaian baik; tahan lama; dan estetis. Sedangkan kerugian PFM adalah : relatif mahal; reaksi alergi; korosi; dan berpotensi terhadap reaksi galvanik.2,3

2.2.6 Teknik preparasi

Secara umum bentuk preparasi gigi untuk restorasi tidak langsung harus mempunyai ketinggian maksimum dan keruncingan yang minimum untuk memperoleh retensi dan resistensi yang optimal. Untuk mencapai hal ini dan untuk membuat ketebalan yang adekuat dari material restorasi tanpa kontur yang berlebihan, maka permukaan dari preparasi sebaiknya meniru restorasi yang diharapkan, baik oklusal maupun aksial. Adapun ciri-ciri preparasi restorasi tidak langsung, antara lain, adalah sebagai berikut :5

1. Preparasi pembebasan undercut yang mana semua margin dan sudut dalam dapat terlihat.

2. Penempatan single path dibuat selebar mungkin, hal ini dibuat dengan cara mempersiapkan dinding yang berlawanan dibuat sejajar untuk memberikan retensi maksimal. Posisi gigi yang berdekatan harus dipertimbangkan terhadap kemungkinan terjadinya tepi yang menggantung pada gigi yang dipreparasi.

3. Bentuk resisten perlu disediakan pada restorasi untuk mendistribusikan tekanan yang berasal dari oklusal.


(14)

4. Dinding yang berlawanan dalam preparasi 1/2 gingival harus dibuat

mendekati paralel. 1/3 sampai 1/2 oklusal biasanya lebih runcing karena adanya

pengurangan dua dataran di sebelah labial yang dibutuhkan untuk menyediakan ruangan yang cukup untuk material restorasi di dalam kontur gigi yang asli.

5. Mahkota klinis yang pendek memiliki peningkatan resiko kegagalan karena jalan masuk yang pendek. Panjangnya preparasi dapat ditingkatkan dengan memanjangkan mahkota, dan bentuk resisten dapat ditingkatkan dengan pengurangan groove, celah atau box, dan dengan cara mengubah permukaan lereng menjadi komponen vertikal dan horizontal.

6. Pengurangan oklusal harus mengikuti outline tonjol untuk memaksimalkan retensi dan meminimalkan pengurangan gigi. Untuk mahkota porcelain fused to metal dan untuk mahkota emas, jaraknya masing-masing 2 mm dan 1 mm.

7. Posisi dan tipe margin yang telah selesai ditentukan oleh kontur gingiva, keaslian material restorasi, ada atau tidaknya core margin, dan pemilihan bahan luthing agent. Bila memungkinkan, margin tersebut sebaiknya berada di supragingiva mengikuti kontur gingival yang asli. Akhiran tepi gigi idealnya paling tidak 1 mm melewati core margin untuk mengistirahatkan jaringan gigi yang masih sehat.

2.2.8 Desain Restorasi

Untuk mendapatkan kekuatan dan persyaratan warna yang optimal, maka ketebalan logam ditambah porselen pada bagian fasial tidak kurang dari 1,2-1,5 mm. Ketebalan minimal metal di bawah porselen yaitu 0.3 mm. Jika metal terlalu tipis,


(15)

maka metal akan melentur di bawah tekanan dan dapat menyebabkan retaknya porselen. Tetapi ketebalan metal tergantung pada jenis metal yang digunakan. Ketebalan lapisan opak yaitu 0,1-0,2 mm. Ketebalan minimum dentin dan enamel porselen yaitu 0,8 mm. Ketebalan bagian insisal porselen yaitu 2 mm gunanya untuk memberi sifat translusen pada restorasi.22

2.2.9 Desain Coping

Coping adalah suatu tuangan logam tipis yang menutupi seluruh daerah preparasi gigi seperti mahkota penuh tetapi tidak memberi bentuk anatomis pada gigi.11 Ada empat kriteria penting yang harus diperhatikan ketika mendesain metal coping untuk restorasi metal keramik, antara lain, adalah sebagai berikut :11

1. ketebalan metal yang akan dilapisi porselen; 2. daerah pertemuan antara metal dengan porselen; 3. perluasan daerah yang akan dilapisi porselen; 4. desain tepi bagian labial.

Desain tepi coping PFM dapat dibuat sedemikian rupa, diantaranya dapat berbentuk collar metal, butt joint, dan collarless.12

2.2.9.1 Collar Metal

Collar metal PFM yang disebut juga metal keramik konvensional adalah desain coping restorasi metal keramik yang mana pada bagian servikal restorasi terdapat batasan metal. Collar metal tersebut sering ditempatkan pada jaringan gingiva. Desain ini tidak estetis karena adanya bayangan hitam dari metal pada


(16)

jaringan gingiva. Bayangan hitam pada jaringan gingiva ini kelihatan sangat berbeda dengan jaringan gingiva normal.12,23

Gambar 1. Desain coping collar metal PFM19

2.2.9.2 Butt Joint

Butt joint PFM adalah desain coping restorasi metal-keramik yang mana seluruh permukaan metalnya dilapisi porselen. Desain ini kurang estetis karena adanya bayangan gelap pada tepi restorasi.12,23


(17)

2.2.9.3 Collarless

Collarless PFM yang disebut juga collar off adalah desain coping restorasi metal keramik yang mana metal coping berakhir pada dinding aksial korona dan bagian tepi kavitas hanya dilapisi porselen. Desain ini sangat estetis. Tetapi karena porselen pada tepi restorasi tidak didukung oleh metal, kemungkinan restorasi ini tidak tahan terhadap tekanan sementasi dan pengunyahan.12,23 Selain itu, pada bagian servikal restorasi PFM collarless tidak terlihat bayangan gelap, sehingga kualitas estetis menjadi lebih baik. Restorasi PFM collarless juga memiliki sifat biokompatibilitas yang baik. Akumulasi plak pada restorasi ini sangat rendah dan permukaannya yang halus sangat baik untuk jaringan gingiva. Kelemahan restorasi PFM collarless adalah pembuatannya yang sulit karena merupakan suatu teknik yang sensitif serta memerlukan keahlian dan ketelitian dari operator untuk menghasilkan adaptasi tepi yang baik antara metal dan keramik.13


(18)

2.2.10 Teknik pembuatan

Menurut Dykema et al, ada empat teknik pembuatan mahkota collarless PFM, yaitu : teknik platinum foil, teknik direct liff, teknik refractory die, dan teknik separating varnish.17 Teknik platinum foil memperlihatkan adaptasi tepi yang baik (Cooney et al., 1985), namun akhir-akhir ini teknik direct liff menjadi lebih populer karena pembuatannya yang mudah dan biayanya lebih murah daripada teknik platinum foil (Prince and Donovan, 1983). Caffee et al, (1991) menyatakan bahwa teknik direct liff sangat sensitif dan memperlihatkan kerapatan tepi sebesar 0–145 μm (Donovan and Prince, 1985; Omar, 1987; Cagidiaco et al., 1991; Lomanto and Weiner, 1992; Belles et al., 1991; Boyle et al., 1993).25

2.3 Desain Cavosurface Margin

Desain cavosurface margin yang digunakan biasanya tergantung pada situasi klinis. Pemilihan desain dapat ditentukan oleh bentuk gigi, lokasi yang diinginkan, atau merupakan pilihan dari operator.6 Tipe margin yang paling sering digunakan untuk restorasi tuang adalah knife-edge, chamfer, shoulder, chamfer bevel dan shoulder bevel.6,26


(19)

Gambar 4. Desain cavosurface margin: (a). Knife-edge, (b). Chamfer, (c). Shoulder, (d). Bevel shoulder26

a. Knife-edge. Tipe ini memerlukan pengurangan gigi yang paling sedikit.

Terkadang digunakan pada gigi yang berbentuk bell-shaped, karena pembutannya yang lebih sulit, sehingga dapat menyebabkan pengurangan gigi yang berlebihan.

b. Chamfer. Tipe ini sering dipilih sebagai akhiran tepi untuk restorasi

ekstrakoronal, mudah dibentuk, dan memberikan ruang untuk ketebalan yang memadai pada restorasi emas tanpa menyebabkan kontur yang berlebihan dari restorasi. Menghasilkan konsentrasi tekanan yang lebih rendah, dan dengan mudah dapat masuk ke celah gingiva. Desain ini memberi tempat yang terbatas untuk restorasi metal keramik sehingga menghasilkan distorsi margin yang besar dan estetis yang kurang baik. Selain itu, ketahanan desain ini terhadap tekanan vertikal kurang baik.

c. Shoulder. Tipe ini dipilih terutama pada situasi dimana bagian terbesar

material diperlukan untuk memperkuat restorasi pada daerah tepi gigi, seperti untuk restorasi all-porcelain atau restorasi metal keramik. Desain ini sulit dipreparasi, undercut minimum, dan tahan terhadap distorsi margin. Selain itu, shoulder akan


(20)

menghasilkan tekanan yang paling sedikit di daerah servikal dan memberikan tempat maksimum untuk porselen dan metal, sehingga porselen dapat dibakar pada tepi metal dan menghasilkan estetis yang baik.

d. Chamfer atau shoulder bevel. Desain ini lebih sering digunakan oleh

beberapa dokter yang percaya bahwa tepi bevel lebih mudah dalam mendapatkan cetakannya dan dapat membuat tepi gigi dari restorasi tuang lebih mudah dipolis. Bevel biasanya dikombinasikan untuk bentuk proksimal box.6 Bevel tersebut bertujuan untuk :14

1. Mengkompensir kekurangan dalam kecermatan selama proses casting dan penyemenan.

2. Proteksi terhadap enamel margin.

3. Memungkinkan burnishing setelah penyemenan. 4. Menambah retensi.

Chamfer dan shoulder memberi bentuk akhiran tepi yang jelas, yang bisa diidentifikasikan dalam preparasi mahkota sementara dan die. Chamfer membutuhkan pengurangan aksial yang minimal dan cocok untuk restorasi all-ceramic konservatif. Kedalaman preparasi margin shoulder menurut Rouse et al (2001) berkisar 1-1,5 mm untuk memberikan ketepatan, kedudukan maksimum, dan estetis yang baik.19

Pada dua penelitian geometri yang dilakukan Hammesfahr (1999 cit Rouse 2001) menunjukkan ketidaksesuaian margin gigi setelah sementasi yang paling minimal adalah pada preparasi shoulder, yang secara signifikan lebih baik dari shoulder bevel ataupun chamfer. Desain shoulder menunjukkan distorsi tepi gigi


(21)

yang lebih sedikit daripada chamfer karena ketebalan batas margin pada mahkota. Preparasi shoulder pada restorasi overlay tuang menurut Berry et al (2001) dipersiapkan pada permukaan eksternal dari kuspid sentrik untuk memberikan lapisan metal yang melindungi gigi. Bur ditarik sejajar ke permukaan eksternal gigi, tinggi shoulder 1 mm dan kedalaman aksial 1 mm dipotong. Cavosurface margin harus diperluas ke arah gingiva sekurang-kurangnya 1 mm melewati kontak oklusal. Sudut garis oklusoaksial dibuat membulat.6

Preparasi chamfer dibentuk sepanjang batas margin oklusal preparasi kavitas. Posisi bur membentuk sudut 450 terhadap permukaan aksial. Hal ini memberikan efek perlindungan pada tonjol.6 Menurut Dykema et al (1986), lebar standar preparasi chamfer berkisar 0,3-0,5 pada restorasi mahkota metal-keramik.17

Gambar 5. Preparasi cavosurface margin berbentuk : A. Shoulder; B. Chamfer17

2.4 Marginal gap

Marginal gap yang disebut juga sebagai marginal opening, atau margin discrepancy adalah jarak antara tepi restorasi dan tepi kavitas gigi.11 Marginal gap


(22)

sangat mempengaruhi prognosa jangka panjang suatu restorasi gigi, karena ruangan (marginal opening) yang terjadi dapat menjadi tempat penumpukan plak yang mana plak tersebut dapat menyebabkan inflamasi jaringan periodontal, karies, dan gagalnya restorasi. Secara klinik marginal opening yang normal yaitu sebesar 40-120 μm.15

Holmes et al cit Limkangwalmongkol et al 2007 menggambarkan pengukuran marginal fit mahkota pada lokasi yang berbeda sebagai internal gap, marginal gap, vertical marginal discrepancy, horizontal marginal dicrepancy, overextended margin, underextended margin, absolute marginal discrepancy, dan seating discrepancy. Pengukuran yang paling baik adalah absolute marginal discrepancy karena mengukur kesalahan yang sangat besar dan menggambarkan total pengukuran kesalahan vertical dan horizontal marginal discrepancy.12


(23)

Marginal opening dapat terjadi karena :15

a. Tepi kavitas yang tidak halus, karena restorasi PFM memerlukan permukaan kavitas yang halus untuk mendapatkan kerapatan margin yang baik (Prince and Donovan, 1983).

b. Adanya penyusutan dan terbentuknya spheroid pada tepi porselen selama pembakaran.

c. Terjadi perubahan bentuk diantara permukaan metal dan keramik selama proses pembuatan restorasi metal-keramik. Faktor-faktor penyebab distorsi tersebut termasuk suhu oksidasi, koefisien suhu metal dan porselen tidak sesuai, jenis alloy, dan desain tepi. Bridger dan Nicholls menemukan bahwa distorsi terjadi diantara aplikasi porselen akhir dengan tahap glazing. Current meneliti bahwa kebanyakan perubahan dimensi terjadi pada tahap degassing.

d. Buchanan et al menemukan margin opening selama kondensasi metal (degassing) dan aplikasi lapisan opak pertama yang biasa tertutup selama pembakaran glaze.

Faktor-faktor yang mempengaruhi marginal gap, antara lain, adalah sebagai berikut: keahlian teknisi (Cooney et al., 1985); perubahan bentuk dari tepi porselen pada restorasi PFM (Belles et al., 1991), (Boyle et al., 1993); sejumlah besar koreksi (Omar, 1987; Lomanto and Weiner, 1992); dan penyemenan restorasi atau tidak (Cagidiaco et al., 1992; Boyle et al., 1993).25 Marginal gap dapat diukur dengan profilometer,12 microscope,19 light microscope,25 travelling microscope, stereo microscope, dan scanning electron microscopic analysis.28 Marginal gap sangat dipengaruhi oleh: margin placement, margin adaptation, dan margin geometry.16


(24)

2.4.1 Margin Placement

Margin pada preparasi seharusnya di supragingiva. Margin subgingiva pada restorasi yang disemenkan telah diketahui menjadi faktor penyebab utama terjadinya penyakit periodontal, yang mana margin tersebut mengganggu pelekatan epitel. Margin supragingiva biasanya berada pada enamel, sedangkan margin subgingiva berada pada dentin atau sementum. Keuntungan margin supragingiva, antara lain adalah sebagai berikut: mudah dibentuk, mudah dibersihkan, mudah dicetak, dan mudah dievaluasi.

Margin subgingiva dianjurkan pada keadaan :

a. Karies gigi, erosi servikal, restorasi yang meluas ke arah subgingiva. b. Kontak proksimal yang meluas ke crest gingiva.

c. Penambahan retensi.

d. Margin pada mahkota metal keramik untuk menyembunyikan crest labiogingiva.

e. Sensitivitas akar yang tidak dapat dikontrol dengan prosedur konservatif, seperti aplikasi bahan dentin bonding.

f. Modifikasi bentuk aksial

2.4.2 Margin adaptation

Adalah hubungan antara restorasi yang disemenkan dengan gigi. Hal ini berpotensi untuk terjadinya karies karena larutnya bahan luting dan perbedaan kekasaran permukaan. Restorasi yang diadaptasikan secara tepat pada gigi, berpeluang lebih sedikit dalam menyebabkan karies atau penyakit periodontal.


(25)

Adaptasi margin yang benar-benar tepat tidak dapat dilakukan. Seorang ahli yang berkemampuan tinggi dapat membuat ketepatan margin pada bahan casting sebesar 10 μm, dan pada margin porselen sebesar 50 μm.

Desain preparasi yang baik mempunyai margin yang rata. Bentuk margin yang kasar, tidak teratur atau ber-step dapat mengurangi adaptasi margin. Seringkali margin yang halus akan memudahkan pembuatan cetakan, die, waxing, dan penyelesaian akhir serta restorasi akan bertahan cukup lama.

2.4.3 Margin Geometry

Adalah bentuk melintang margin gigi, yang disebut juga desain margin. Bentuk melintang margin sering dianalisa dan dibicarakan. Perbedaan bentuk tersebut telah digambarkan dan dianjurkan. Ciri-ciri desain margin seharusnya :

a. Mudah dipreparasi tanpa menyebabkan perluasan yang berlebihan atau menyebabkan enamal tidak terdukung.

b. Mudah dicetak dan dibuat die. c. Batasnya jelas.

d. Memberi ruang yang cukup untuk bahan restorasi. e. Struktur gigi konservatif.


(26)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka konsep

Perbedaan marginal gap cavosurface margin berbentuk shoulder dan chamfer overlay porcelain fused to metal dengan coping collarless pada gigi pasca

endodonti

Gigi pasca endodonti

Overlay Collarless Porcelain fused to metal

Cavosurface margin

Shoulder

McLean (1980)

 Memberikan tempat maksimum untuk porselen dan metal.  Menghasilkan tekanan yang

paling kecil di daerah servikal.  Menghasilkan estetis yang baik. Faucher dan Nicholls (1980)

 Distorsi margin lebih kecil Dykema (1986)

 Margin sulit dibentuk.  Kerangka metal di bagian

servikal lebih tahan terhadap distorsi selama siklus

pemanasan porselen.

Chamfer

McLean (1980)

 Memberikan tempat terbatas untuk porselen dan metal.

 Menghasilkan tekanan yang rendah di daerah servikal.

 Menghasilkan estetis yang kurang baik.

Faucher dan Nicholls (1980)  Distorsi margin lebih besar Dykema (1986)

 Margin mudah dibentuk.

 Kerangka metal di bagian servikal mengalami distorsi lebih banyak selama siklus pemanasan dan pendinginan porselen.


(27)

Desain cavosurface margin shoulder dan chamfer merupakan desain margin yang paling sering digunakan untuk restorasi mahkota penuh porcelain fused to metal. Menurut McLean (1980), shoulder memberikan tempat maksimum untuk porselen dan metal, menghasilkan tekanan yang paling kecil di daerah servikal dan estetis yang baik. Sedangkan chamfer memberikan tempat terbatas untuk porselen dan metal, menghasilkan konsentrasi tekanan yang rendah di daerah servikal, dan estetis yang kurang baik.

Menurut Faucher dan Nicholls (1980), tipe shoulder menunjukkan distorsi margin yang lebih kecil dibandingkan dengan tipe chamfer. Menurut Dykema (1986), desain cavosurface margin chamfer paling mudah pembuatannya, tetapi kerangka metal di bagian servikal mengalami distorsi lebih banyak selama siklus pemanasan dan pendinginan porselen. Pembentukan margin pada shoulder lebih sulit dilakukan tetapi kerangka metal di bagian servikal lebih tahan terhadap distorsi selama siklus pemanasan porselen.

Penjelasan di atas menunjukan perbedaan antara shoulder dan chamfer. Kedua desain ini diaplikasikan pada gigi pasca endodonti yang akan direstorasi dengan overlay PFM dengan coping collarless untuk menguji perbedaan marginal gap-nya.

3.2 Hipotesis Penelitian

Dari uraian tersebut dapat diambil suatu hipotesa bahwa ada perbedaan marginal gap cavosurface margin berbentuk shoulder dan chamfer overlay porcelain fused to metal dengan coping collarless pada gigi pasca endodonti.


(28)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Eksperimental laboratorium

4.2 Tempat dan Waktu

Tempat : 1. Departemen Konservasi Gigi FKG USU 2. Laboratorium Dental FKG USU

3. Laboratorium Terpadu FK USU Waktu : 5 bulan (September 2007–Januari 2008)

4.3 Populasi dan sampel penelitian 4.3.1 Populasi

Gigi–gigi molar mandibula dan maksila manusia yang telah diekstraksi untuk keperluan pembuatan gigi tiruan, mobiliti 3, dan gigi M3 terpendam.

4.3.2 Sampel

Gigi–gigi molar mandibula dan maksila manusia yang telah diekstraksi dan permukaan oklusal di preparasi kavitas overlay MOD untuk restorasi PFM.

4.4 Kriteria Sampel :

a. Gigi M1, M2, dan M3 mandibula dan maksila manusia. b. Mahkota masih utuh, tidak karies, dan tidak retak. c. Tidak ada restorasi pada gigi


(29)

4.5 Besar Sampel

Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus yang digunakan oleh Steel dan Torrie (1995).

Keterangan :

N : Jumlah sampel pada setiap kelompok Z α : Harga standard normal dari α = 0.05 Z β : Harga standard normal dari β = 0.1

σ : Standar deviasi = 26,8 μm (Limkangwalmongkol P et al)12

d : Penyimpangan yang dapat diterima = 50 μm (Limkangwalmongkol P et al)12 Penelitian ini menggunakan 8 sampel direndam dalam larutan normal saline dan dibagi menjadi dua kelompok perlakuan, yaitu :

Perlakuan 1: Desain cavosurface margin shoulder pada bagian bukal sampel.

Perlakuan 2: Desain cavosurface margin chamfer pada bagian lingual/palatal sampel.

N = {(Zα + Z ß ) s }² 2σ² d ²

N = {1 ,9 6 + 1 ,6 4 }² x 2 (2 6 ,8 )² (5 0 )²


(30)

4.6 Variabel Penelitian

4.6.1 Variabel bebas

a. Cavosurface margin shoulder b. Cavosurface margin chamfer

Variabel Tergantung

Marginal gap overlay PFM dengan desain coping collarless

Variabel Tak Terkendali

Variasi struktur anatomi gigi

Variabel Terkendali

a. Gigi M1, M2, M3 mandibula dan maksila manusia

b. Jangka waktu pencabutan dan penyimpanan gigi

c. Sampel direndam dalam normal saline pada suhu kamar

d. Ukuran preparasi kavitas sama untuk setiap sampel

e. Preparasi overlay dilakukan oleh satu operator yang sama

f. Teknik pencetakan kavitas yang sama untuk setiap sampel g. Pembuatan PFM dilakukan oleh

satu operator laboratorium yang sama

h. Penggunaan alat dan bahan yang sama untuk setiap sampel

i. Alat dan perbesaran

stereomicroscope untuk pengujian marginal gap

j. Ketebalan metal dan porselen

Variabel Bebas

a. Cavosurface margin shoulder

b. Cavosurface margin chamfer


(31)

4.6.2 Variabel tergantung

Marginal gap overlay PFM dengan desain coping collarless

4.6.3 Variabel terkendali

a. Gigi M1, M2, M3 mandibula dan maksila manusi b. Jangka waktu pencabutan dan penyimpanan gigi

c. Sampel direndam dalam normal saline pada suhu kamar d. Ukuran preparasi kavitas sama untuk setiap sampel e. Preparasi overlay dilakukan oleh satu operator yang sama f. Teknik pencetakan kavitas yang sama untuk setiap sampel

g. Pembuatan PFM dilakukan oleh satu operator laboratorium yang sama h. Penggunaan alat dan bahan yang sama untuk setiap sampel

i. Alat dan perbesaran stereomicroscope untuk pengujian marginal gap j. Ketebalan metal dan porselen

4.6.4 Variabel tak terkendali

Variasi struktur anatomi gigi

4.7 Definisi Operasional

a. Overlay merupakan restorasi yang menutupi semua kuspid pada gigi molar.

b. Porcelain Fused to Metal (PFM) adalah restorasi porselen yang difusikan secara kimia pada dasar kerangka metal dan dibakar pada suhu berkisar 850-1050oC.


(32)

c. Cavosurface margin shoulder adalah margin preparasi yang membentuk sudut sebesar 900 terhadap permukaan struktur gigi yang dibentuk dengan menggunakan bur silindris.

d. Cavosurface margin chamfer adalah margin preparasi yang membentuk sudut sebesar 1300-1600 terhadap permukaan struktur gigi yang dibentuk dengan menggunakan bur silindris torpedo.

e. Marginal gap adalah ruangan antara margin preparasi gigi dan margin restorasi pada mid bukal dan mid palatal/lingual yang diperiksa dengan stereomicroscope dengan perbesaran 40x dan diukur dengan skala milimeter pada lensa okuler serta hasilnya dihitung dalam satuan mikrometer.

f. Coping metal merupakan restorasi tuang yang terbuat dari metal sebagai kerangka dasar dalam pembuatan porcelain fused to metal.

g. Collarless adalah restorasi metal keramik yang mana bagian servikalnya tidak menggunakan metal tetapi porselen.

4.8 Alat Penelitian

4.8.1 Alat untuk persiapan sampel

Jangka dan penggaris endodonti (Forestadent, China), untuk pengukuran anatomi gigi.


(33)

Gambar 7. Jangka dan penggaris endodonti

4.8.2 Alat untuk perawatan endodonti

a. High speed bur (Yoshida, Japan) b. Bur intan bulat #12 (Edenta, Swedia) c. Bur intan fissure #12 (Edenta, Swedia) d. Bais (Swordfish, China)

e. Jarum ekstirpasi (Svenska, Swedia) f. K-file #15-#40 (Dia Dent, France) g. Bur Gates Glidden #2 (Dentsplay, Swiss)

h. Pinset, sonde lurus, plastis instrument, spatula semen, lecron, ekskavator (SMIC, China)

i. Lentulo spiral (FKG Dentaire, Swiss) j. Plugger (FKG Dentaire, Swiss) k. Spreader (FKG Dentaire,Swiss) l. Amalgamator (Varimix III, USA) m. Amalgam carier (France, Perancis) n. Amalgam stopper (France, Perancis)


(34)

Gambar 8. Alat-alat penelitian: A. Bais; B. Bur intan bulat, bur intan fissure, dan bur gates glidden; C. Jarum ekstirpasi, K-file, lentulo spiral, plugger, dan spreader; D. Semen spatel dan glass plate; E. Amalgamator; F. Amalgam pistol, amalgam stopper, dan burnisher

4.8.3 Alat preparasi overlay

a. High speed bur (Yoshida, Japan)

b. Bur intan silindris #14 (Edenta, Swedia)

c. Bur intan silindris torpedo # 18 (Edenta, Swedia) d. Bais (Swordfish, China)

A B

C D


(35)

Gambar 9. Alat-alat preparasi overlay : A. Bur intan silindris; B. Bur intan torpedo

4.8.4 Alat untuk pembuatan die

a. Rubber bowl dan spatel b. Lampu spiritus

c. Sendok cetak fisiologis

d. Die lock (Zero pin stone tray, Holland)

Gambar 10. Alat-alat untuk pembuatan die : A. Die lock; B. Sendok cetak fisiologis

A B


(36)

4.8.5 Alat pengujian marginal gap

Stereomicroscope (Olympus,Japan)

Gambar 11. Alat uji marginal gap

4.8.6 Alat tambahan

a. Shade guide (VITA toothguide 3D-Master,Italy) b. Kamera digital (Kodak, China)

c. Kaliper wax dan metal (Forestadent, China)

Gambar 12. Alat tambahan : A.Shade-guide; B. Kaliper wax dan metal

B A


(37)

4.9 Bahan Penelitian

a. Normal saline (PT. Otsu NS, Indonesia), untuk penyimpanan sampel penelitian.

b. NaOCl 5% (Kimia Farma, Indonesia), untuk bahan irigasi saluran akar. c. Paper point (Suro Endo, Korea), untuk mengeringkan saluran akar. d. Gutta-perca (Suro Endo, Korea), sebagai bahan pengisi saluran akar. e. Sealer (Endomethasone, Germany), sebagai semen saluran akar. f. Green Kerr (Peny compound), untuk memeriksa kavitas.

g. Dental stone (GC, Japan), untuk membuat cetakan pada die lock. h. Wax (Anchor,Indonesia),untuk membuat sendok cetak fisiologis. i. Acrylic (Mega Tray), untuk pembuatan sendok cetak fisiologis.

j. Bahan cetak Putty soft (Panasil), dan Exaflex injection (GC, China), sebagai bahan cetak double impression untuk mencetak gigi.


(38)

Gambar 13. Bahan-bahan penelitian: A. Normal saline; B. Sealer, paper point, dan gutta-perca; C. Amalgam kapsul; D. Acrylic; E. Bahan cetak double impression

C D

A B


(39)

4.10 Prosedur Penelitian 4.10.1 Persiapan sampel

Delapan gigi molar mandibula dan maksila manusia yang baru dicabut dan telah diseleksi serta direndam dalam larutan normal saline selama kurang dari enam bulan.

4.10.2 Penentuan warna gigi

Warna gigi untuk setiap sampel ditentukan dengan menggunakan shade guide. Warna gigi yang dipilih adalah warna yang mendekati warna gigi asli masing-masing sampel. Penentuan warna dilakukan dibawah sinar matahari untuk mendapatkan warna yang benar-benar sesuai dengan warna gigi asli.

4.10.3 Perawatan endodonti

Setiap sampel diukur panjang gigi untuk menentukan panjang kerja yaitu dengan mengurangi 2 mm dari panjang gigi masing–masing sampel. Preparasi akses dilakukan sampai menembus orifisi saluran akar dengan menggunakan high speed bur intan bulat #12 (Edenta, Swiss). Kemudian kavitas akses dipreparasi dengan menggunakan bur intan fissure #12 (Edenta, Swiss) untuk mendapatkan akses lurus ke saluran akar. Dinding kamar pulpa dibuat sejajar dengan aksis panjang gigi. Kemudian dilakukan ekstirpasi pada jaringan pulpa yang melekat pada dinding saluran akar dengan jarum ekstirpasi (Svenska, Swedia), kemudian diirigasi dengan larutan NaOCl 5 %.

Saluran akar dipreparasi dengan teknik step-back menggunakan K-file (Dia Dent, France) mulai dari no 15 sampai no 25 sesuai dengan panjang kerja gigi,


(40)

dilanjutkan dengan memakai file satu nomor lebih besar dari file utama dan panjang kerja dikurangi 1 mm. Tindakan ini diulang sampai lebih kurang tiga nomor lebih besar dan setiap peningkatan nomor selalu diikuti dengan rekapitulasi dan irigasi saluran akar. Kemudian orifisi diperbesar dengan bur gates glidden #2 (Dentsply, Swiss), diirigasi kembali dan dikeringkan dengan menggunakan paper point (Suro-endo, Korea). Saluran akar diobturasi dengan gutta-perca (Suro-(Suro-endo, Korea) dan sealer (Endometason, Germany) dengan teknik kondensasi lateral. Gutta-perca dibuang 2 mm dari orifisi dengan menggunakan plugger panas sebagai tempat pasak amalgam. Setelah preparasi endodonti, gigi tetap direndam.

Gambar 14. Perawatan endodonti : A. Preparasi akses; B. Akses lurus; C. Preparasi saluran akar; D. Pengisian gutta perca

A

C

B


(41)

4.10.4 Pembuatan inti amalgam

Amalgam yang digunakan yaitu High copper amalgam kapsul 1 spill (Logic+, SDI, Australia) ditriturasi dengan menggunakan amalgamator (Varimix III, USA). Kemudian amalgam dimasukkan ke dalam kavitas dan dikondensasaikan secara manual dengan menggunakan amalgam stopper (SMIC, China). Setelah itu amalgam dibiarkan selama 24 jam dalam larutan saline.

Gambar 15. Pembuatan inti amalgam

4.10.5 Preparasi kavitas

Setelah amalgam mengeras dilakukan preparasi kavitas overlay dengan menggunakan high speed bur (NSK, Japan) yang menggunakan bur intan fissure #12 (Edenta, Swiss). Dinding bukal dan lingual/palatal dipreparasi sejajar dengan aksis panjang gigi dan tonjol gigi dikurangi 2 mm dari puncak gigi.

Perlakuan 1, bagian bukal gigi dibentuk cavosurface margin shoulder dimana batas preparasi membentuk sudut cavosurface 900 terhadap permukaan struktur gigi dengan menggunakan bur silindris. Pengukuran dilakukan pada: (a) lebar dinding bukal 3 mm, (b) lebar kamar pulpa 2 mm, (c) lebar dinding bukal setelah dilakukan preparasi margin, (d) lebar dasar preparasi shoulder 2 mm, (e) ketinggian preparasi shoulder 1,5 mm, (f) collarless 0,5 mm.


(42)

Perlakuan 2, bagian lingual/palatal gigi dibentuk cavosurface margin chamfer yaitu dengan membentuk sudut cavosurface 130-1600 terhadap permukaan struktur gigi dengan menggunakan bur silindris torpedo. Pengukuran dilakukan pada: (a) lebar dinding bukal 3 mm, (b) lebar kamar pulpa 2 mm, (c) lebar dinding bukal setelah dilakukan preparasi margin, (d) lebar preparasi chamfer 2 mm, (e) ketinggian preparasi chamfer 1,5 mm, (f) collarless 0,5 mm.

Gambar 16. A. Preparasi cavosurface margin shoulder; B. Preparasi cavosurface margin chamfer; C. Gigi sampel hasil preparasi desain cavosurface margin shoulder (bukal) dan chamfer (palatal/lingual); D. Desain preparasi overlay

A B


(43)

4.10.6 Pemeriksaan kavitas

Apabila preparasi telah baik, dilakukan proofing menggunakan green-kerr yang telah dipanasi diatas lampu spritus sampai lunak, kemudian green-kerr ditekan ke dalam kavitas untuk melihat hasil preparasi sudah baik atau belum. Hasil preparasi dikatakan baik apabila hasil proofing tidak ada undercut dan sudut–sudutnya terlihat jelas.

Gambar 17. Hasil pemeriksaan kavitas

4.10.7 Pembuatan die

Sampel yang telah dipreparasi ditanam pada die lock dengan menggunakan dental stone. Setelah mengeras, bagian tepi cetakan dental stone dibuatkan step sebagai stopper sendok cetak fisiologis.

Untuk membuat sendok cetak fisiologis, seluruh gigi ditutupi dengan wax bertujuan untuk mendapatkan ruangan saat pencetakan dilakukan. Setelah itu, dengan selembar wax gigi tersebut ditutupi mengikuti kontur gigi yang telah ditanam tersebut. Kemudian dengan menggunakan akrilik Mega Tray, wax ditutupi sampai


(44)

batas step yang telah dibuat sebelumnya dan akrilik tersebut disinar kurang lebih 15 menit. Setelah mengeras sendok cetak fisiologis diberi lubang-lubang untuk tempat mengalirnya bahan cetak.

Pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan cetak double impression putty soft (Panasil) dan exaflex injection (GC, China). Kemudian cetakan diisi dengan fujirok dan ditanam kembali pada die lock.

Gambar 18. Pembuatan die : A. Penanaman gigi pada die lock; B. Pembuatan sendok cetak fisiologis; C. Pencetakan sampel; D. Pembuatan die

A B


(45)

4.10.8 Pembuatan coping metal

Kavitas pada model die dibersihkan dan diolesi dengan bahan separator. Prepon dipanaskan pada sebuah wadah dengan lampu spiritus hingga lunak. Kemudian dengan menggunakan solder khusus prepon tersebut dimodelir sesuai bentuk preparasi gigi. Wax-up pada bagian tepi preparasi dilakukan dengan teknik collarless yang mana coping metal tidak menutupi seluruh permukaan tepi overlay. Ketebalan prepon sebesar 0,5 mm yang diukur dengan kaliper khusus wax. Setelah itu dilakukan pengecoran wax agar menjadi coping metal. Metal yang dipakai adalah nikel-kromium alloy. Setelah terbentuk coping metal, dilakukan penggerindingan pada coping untuk menghilangkan gelembung-gelembung yang ada pada metal kemudian dipolish hingga mengkilat dan di passen pada sampel.

Gambar 19. Pembuatan coping metal : A. Bahan dan alat wax-up; B. Hasil Wax-up; C. Casting metal; D. Coping metal di-passen pada die

A B


(46)

4.10.9 Build-up porselen

Setelah coping dipolish kemudian dilakukan sandblasty pada coping untuk menghilangkan karbon-karbon yang terdapat pada metal dan dilanjutkan dengan proses sterilisasi. Kemudian coping diberi aplikasi poreselen dengan teknik direct liff, yaitu coping diletakkan pada master die kemudian diberi aplikasi porselen. Namun pembakaran porselen dilakukan tidak pada master die tetapi pada firing tray. Pertama coping diberi opaque sesuai warna shade-guide yang telah ditentukan sebelumnya, kemudian dibakar. Pelapisan opaque dilakukan dua kali agar metal benar-benar ditutupi dengan baik. Setelah opaque, dilakukan build-up dentin pada permukaan coping tersebut dan dibakar kembali, proses ini juga dilakukan dua kali untuk mendapatkan ketebalan restorasi yang cukup. Kemudian dilakukan build-up enamel dan translucent pada setiap coping dan dibakar kembali. Setiap selesai pembakaran dilakukan penggerindingan pada porselen untuk membuang porselen yang berlebih. Setelah pelapisan tersebut selesai dilakukan, tahap akhir dari pembuatan porselen ini adalah pemberian glaze agar warna porselen lebih mengkilat dan dibakar kembali.

Bentuk restorasi tidak membentuk anatomi gigi. Restorasi yang dibuat hanya berbentuk petak saja tanpa tonjol dan groove. Ketebalan porselen diukur dari selisih coping dengan ketebalan seluruh restorasi PFM yaitu 2 mm yang diukur dengan menggunakan kaliper khusus.


(47)

Gambar 21. A. Coping metal setelah degassing; B. Sterilisasi coping metal; C. Bahan build up porselen; D. Overlay PFM di-passen pada sampel

4.10 Pemeriksaan marginal gap overlay PFM

Marginal gap pada setiap desain cavosurface margin pada setiap gigi diperiksa dengan menggunakan stereomicroscope di laboratorium Terpadu FK USU. Restorasi overlay tidak disemenkan ke sampel gigi, melainkan dihubungkan ke sampel gigi dengan bantuan bais dari mikroskop. Kemudian sampel tersebut diletakkan di meja mikroskop, lalu sampel diterangi dengan cahaya dari mikroskop. Kemudian marginal gap pada setiap desain cavosurface margin diperiksa, yaitu pada mid bukal untuk cavosurface margin shoulder dan pada mid palatal/lingual untuk cavosurface margin chamfer. Pemeriksaan ini menggunakan perbesaran 40x. Pengukuran marginal gap dihitung dengan menggunakan skala millimeter pada lensa

A B


(48)

okuler mikroskop. Kemudian hasilnya difoto dan dicatat. Hasil pengukurannya dibagi 40 sesuai perbesaran yang digunakan dan dibuat dalam satuan mikrometer.

Gambar 22. Pengukuran marginal gap dengan stereomicroscope

4.12 Analisa Data

Untuk melihat adanya perbedaan marginal gap pada masing-masing desain cavosurface margin, data dianalisis secara statistik dengan tingkat kemaknaan (α = 0,05). Data yang diperoleh di uji terlebih dahulu dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov test untuk melihat distribusi data yang ada. Setelah distribusi data yang diperoleh normal, maka uji yang dipakai adalah uji statistic t-test.


(49)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini terdiri atas 8 sampel gigi pasca endodonti yang mana masing-masing gigi diberi dua perlakuan yaitu ; perlakuan pertama desin cavosurface margin shoulder pada bagian bukal gigi, dan perlakuan kedua desain cavosurface margin chamfer pada bagian palatal/lingual gigi.

Gambar 23. Gambar sampel penelitian : A. Bukal sampel (shoulder), dan B. Palatal/lingual sampel (chamfer).

Hasil penelitian marginal gap pada kedua kelompok perlakuan terlihat pada tabel 1.


(50)

Tabel 1. Data hasil pengukuran marginal gap dengan stereomicroscope

Shoulder Marginal gap (μm) Chamfer Marginal gap (μm) 1 2 3 4 5 6 7 8 75,00 62,50 150,00 50,00 125,00 125,00 125,00 75,00 1 2 3 4 5 6 7 8 125,00 62,50 250,00 75,00 275,00 150,00 125,00 75,00

Rata-rata 98,4375 Rata-rata 142,1875

Dari tabel 1 terlihat ada perbedaan yang terlalu ekstrem baik diantara kedua kelompok perlakuan maupun terhadap sampel dalam satu kelompok perlakuan itu sendiri.

Gambar 24. Gambar marginal gap dengan perbesaran 40x dengan stereomicroscope: A. Pengukuran marginal gap yang terkecil, dan B. Pengukuran marginal gap yang terbesar.

A B

Marginal gap


(51)

Data pengukuran marginal gap antara desain cavosurface margin shoulder dan chamfer terlebih dahulu dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov test untuk mengetahui distribusi data yang diperoleh, hasil yang diperoleh menyatakan bahwa distribusi data adalah normal (Shoulder : K-S 0.748 dengan Asymp.Sig 0.631 dan Chamfer : K-S 0.598 dengan Asymp.Sig 0.867). Hasil Kolmogorov-Smirnov ini dapat terlihat pada lampiran 5. Setelah itu data diuji secara statistik menggunakan uji t (t-test) dengan tingkat kemaknaan (α = 0,05).

TABEL 2. Analisis hasil cavosurface margin shoulder dan chamfer dengan menggunakan uji t-test berpasangan

Cavosurface margin

Marginal gap (μm)

P

N x ± SD

Shoulder 8 98.4375 ± 36.86213

0,058

Chamfer 8 142.1875 ± 80.43895

Pada tabel 2 menunjukkan rerata marginal gap pada shoulder (98.4375 μm) lebih kecil daripada rerata marginal gap pada chamfer (142.1875 μm). Hal ini juga terlihat secara signifikan pada hasil statistik yang diperoleh dari uji t-test yang mana SD pada shoulder (36.86213) lebih kecil daripada SD pada chamfer (80.43895). Namun, dari hasil analisis t-test di atas memperlihatkan bahwa pada α = 0,05 marginal gap pada shoulder dan chamfer tidak berbeda (p>0.05).


(52)

BAB 6 PEMBAHASAN

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi molar mandibula dan maksila yang telah diekstraksi dikarenakan untuk keperluan prostodonti dan bedah mulut. Waktu yang diperlukan untuk pengumpulan sampel kurang lebih 6 bulan dan sampel direndam pada larutan normal saline sehingga gigi dapat tetap lembab dan tidak mengalami dehidrasi walaupun disimpan dalam jangka waktu yang lama.

Pada penelitian ini, semua coping metal dapat di-passen dengan baik pada gigi. Tebal coping yang digunakan adalah 0,5 mm dan pada bagian margin bukal dan palatal/lingual coping dikurangi 0,5 mm, yang disebut dengan collarless. Ketebalan 0,5 mm ini dimaksudkan agar coping tidak terlalu tipis sehingga mengurangi distorsi baik setelah degassing maupun aplikasi porselen, terutama pada perlakuan khusus yaitu build up porselen pada bagian margin yang tidak dilapisi metal. Namun kenyataannya, setelah pembakaran opak pertama, metal mengalami distorsi sehingga jarak collarless menjadi lebih besar dari 0,5 mm. Hal ini mungkin disebabkan oleh jenis metal yang digunakan, yaitu nikel-kromium alloy. Campuran logam ini mempunyai beberapa kelemahan, yaitu sangat sulit dicetak secara akurat, margin dapat lebih pendek dan rapuh dari hasil wax-up, serta bonding dari metal dengan porselen dan warnanya dipengaruhi oleh produksi oksida. Selain itu, mungkin juga disebabkan oleh adanya pemuaian metal selama proses peleburan logam dengan


(53)

porselen, perbedaan thermal ekspansi dan kecepatan pendinginan antara logam dan porselen serta adanya penyusutan (shringkage) pada porselen.29

Pada bagian margin restorasi diberi perlakuan khusus, yaitu pemberian lapisan porselen dan margin porselen yang berkali-kali. Hal ini dilakukan berulang kali karena selalu terjadi shringkage setelah pembakaran porselen. Hal mungkin terjadi karena sifat porselen itu sendiri yang selalu mengalami shringkage setelah pembakaran dan karena sulitnya mengaplikasikan porselen pada bagian margin dengan teknik direct liff yang mana porselen tidak dapat dibakar langsung pada master die, tetapi restorasi PFM diangkat dari master die dan diletakkan pada firing tray untuk dibakar,17 sehingga porselen yang telah diaplikasikan pada bagian margin sering tertinggal pada master die. Beberapa peneliti telah meneliti teknik-teknik untuk pembakaran all porcelain margin dengan teknik platinum matrices, refractory dies, separating varnish baik dengan wax atau resin binders.12,17

Salah satu faktor lain yang dapat mempengaruhi adaptasi margin adalah pemeliharaan ketepatan margin overlay PFM saat proses casting, yaitu selama proses pembakaran porselen, hal ini bergantung pada daya tahan restorasi tuang itu sendiri dan proses pemuaian saat pembakaran porselen. Temperatur tinggi dapat membantu menghindari distorsi dari metal dan hal ini dapat dicapai dengan menggunakan logam-logam yang memiliki titik lebur yang lebih tinggi dibandingkan dengan porselen (misalnya, metal 1150oC dan porselen 900oC). Campuran logam yang paling akurat adalah logam campuran emas dengan temperatur pemuaian logam yang lebih mendekati temperatur porselen.29 Porselen memiliki koefisien termal konduktifitas yang rendah, sehingga porselen harus didinginkan secara perlahan untuk menghindari


(54)

pembentukan stress yang dapat menyebabkan terjadinya keretakan, sedangkan metal memiliki koefisien termal yang lebih tinggi sehingga metal dingin pada kecepatan yang berbeda dengan porselen. Untuk itu, koefisien termal ekspansi metal dan porselen harus saling mendekati untuk menghindari kontraksi setelah pembakaran. Penambahan sodium oxide merupakan salah satu cara untuk meningkatkan koefisien termal ekspansi porselen.30

Desain coping metal dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan terhadap estetis PFM. Pada penelitian ini PFM menggunakan coping collarless. Walaupun sebenarnya pembuatan desain coping dapat dilakukan sama seperti pembuatan coping metal untuk gigi tiruan mahkota, tetapi ketinggian preparasi desain kavitas overlay yang lebih pendek dari gigi tiruan mahkota menyebabkan sulitnya mengatur ketebalan wax-up terutama dibagian cavosurface margin gigi. Teknik collarless porselen dipilih untuk menghindari bayangan gelap metal pada daerah margin restorasi, sehingga warna yang dihasilkan menyerupai gigi asli. Namun, dari hasil yang diperoleh masih terlihat bayangan hitam di daerah margin restorasi. Hal ini mungkin disebabkan karena tidak digunakannya lapisan enamel dan translusen pada margin overlay PFM yang mana seharusnya pada margin overlay PFM tersebut diberi lapisan opak, dentin, enamel, dan translusen. Selain itu juga karena keterbatasan laboratorium dalam penyediaan warna porselen yang sesuai dengan gigi.


(55)

Gambar 25. Gigi-gigi sampel setelah direstorasi overlay PFM

Pada penelitian ini, restorasi PFM collarless tidak disemenkan pada gigi, tetapi restorasi PFM collarless disatukan dengan gigi sampel dengan bantuan bantuan bais pada stereomicroscope. Hal ini sesuai dengan studi yang menyatakan bahwa ketika restorasi tersebut disemenkan pada gigi, maka adaptasi primer restorasi ke gigi akan hilang serta pengaruh jenis semen, viskositas, dan teknik luting menjadi lebih besar.31 Suatu penelitian yang dilakukan oleh Kern et al (1993 cit Boeckler et al 2005) mengenai perbedaan marginal fit restorasi sebelum dan sesudah proses sementasi. Mereka menemukan peningkatan marginal gap 43 μm – 63 μm ketika mahkota disemenkan dengan glass ionomer atau zinc phosphate.27

Marginal gap diuji dengan stereomicroscope yang dibantu dengan lampu penerang dari stereomicroscope disertai dengan pengambilan gambar dengan perbesaran 40x. Perbesaran 40x digunakan agar marginal gap yang kelihatan lebih jelas. Bila tidak disertai dengan lampu penerang maka hasil gambar menjadi kabur

1 2 3 4


(56)

dan tidak jelas dan dengan bantuan lampu penerang tersebut diperoleh gambar yang terang dan perbedaan warna antara margin restorasi dan margin gigi menjadi lebih jelas. Pengukuran dilakukan langsung dari stereomicroscope dengan bantuan skala milimeter dari lensa okuler. Hasil pengukuran dibagi 40 karena menggunakan perbesaran 40x.

Berdasarkan pengamatan dengan streomicroscope, terlihat bahwa marginal gap di seluruh permukaan margin tidak sama besar. Oleh karena itu, demi keseragaman pengukuran dilakukan pada mid bukal untuk desain cavosurface margin shoulder dan pada mid palatal/lingual untuk desain cavosurface margin chamfer. Pengukuran ini mengikuti penelitian yang dilakukan oleh Limkangwalmongkol et al.12 Ketidakseragaman marginal gap yang terjadi mungkin karena teknik aplikasi porselen yang digunakan yaitu teknik direct liff yang mana teknik ini mempunyai kelemahan yaitu lebih menyebabkan permukaan porselen tidak rata dan heterogen.12 Selain itu, hal ini juga sangat dipengaruhi oleh ketrampilan operator dalam pembuatan PFM collarless.


(57)

Beberapa penelitian untuk menguji marginal gap pernah diteliti sebelumnya. Faucher dan Nicholls (1980) membuktikan bahwa tipe flat shoulder dengan atau tanpa bevel (sudut bevel tidak disebutkan) menunjukkan distorsi margin lebih kecil dibandingkan dengan tipe chamfer.17 Dykema (1986) menyatakan bahwa desain cavosurface margin chamfer mengalami distorsi lebih banyak selama siklus pemanasan dan pendinginan porselen daripada desain cavosurface margin shoulder.17 Balkaya et al (2002) mengevaluasi distorsi margin pada tiga desin margin yang berbeda yaitu shoulder, chamfer, dan knife edge. Mereka menyimpulkan bahwa secara signifikan distorsi margin pada shoulder lebih kecil daripada chamfer.32 Demikian pula, Shillingburg et al (2003) meneliti tentang desain margin dan distorsi margin pada restorasi PFM. Mereka menyimpulkan bahwa desain cavosurface margin shoulder dengan atau tanpa bevel secara signifikan menghasilkan distorsi yang lebih kecil daripada desain cavosurface margin chamfer.33 Namun, pengujian marginal gap pada restorasi overlay PFM pada gigi pasca endodonti dengan desain cavosurface margin yang berbeda belum pernah diteliti sebelumnya, sehingga tidak ada data yang dapat dibandingkan pada penelitian ini.

Pada penelitian ini, rerata marginal gap pada desain cavosurface margin shoulder adalah 98,4375 μm dan pada desain cavosurface margin chamfer adalah 142,1875 μm. Terlihat bahwa rerata marginal gap cavosurface margin shoulder yang diperoleh masih berada dalam rentang ukuran marginal gap yang dapat diterima secara klinis yaitu maksimum 120 μm,16

sedangkan cavosurface margin chamfer lebih besar dari rentang tersebut. Hal ini disebabkan karena ruangan yang tersedia pada cavosurface margin chamfer tidak cukup untuk restorasi PFM29 dan cavosurface


(58)

margin chamfer mengalami distorsi lebih banyak selama siklus pemanasan dan pendinginan porselen.14,17

Secara statistik hipotesa penelitian ini ditolak (p>0.05), tidak ada perbedaan yang bermakna diantara kedua desain cavosurface margin. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal, antara lain ; Pertama, bentuk cavosurface margin chamfer yang kurang tepat sehingga bentuknya hampir sama dengan bentuk cavosurface margin shoulder. Kedua, kemungkinan variasi sampel yang menyebabkan variasi anatomi gigi yang mana pembuatan margin overlay sesuai dengan bentuk anatomi gigi menyebabkan kesulitan dalam mengaplikasikan porselen pada bagian margin overlay. Ketiga, keterbatasan peneliti dalam mengukur marginal gap. Keempat, kemungkinan besar sampel yang digunakan tidak dapat mewakili perbedaan yang ada. Semakin besar sampel yang dipergunakan akan memberikan hasil penelitian yang lebih representatif.


(59)

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dalam penelitian ini, uji marginal gap digunakan untuk mengukur adaptasi margin suatu restorasi. Rerata marginal gap cavosurface margin chamfer lebih besar dari cavosurface margin shoulder. Namun, hasil uji statistik dengan menggunakan uji t-test berpasangan menunjukkan bahwa pada α = 0,05 rerata perbedaan marginal gap antara kedua perlakuan tidak signifikan (p = 0,058).

7.2 Saran

7.2.1 Diharapkan pada penelitian selanjutnya, peneliti meminimalkan variasi gigi yang digunakan sebagai sampel untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

7.2.2 Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk meneliti marginal gap restorasi collarless PFM dengan teknik aplikasi porselen yang lain.

7.2.3 Diharapkan untuk penelitian selanjutnya menggunakan sampel yang lebih besar.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

1. Walton RE, Torabinejad M. Prinsip dan praktek ilmu endodonti. Alih bahasa: Narlan S, Winiati S, Bambang N. Ed ke-2. Jakarta: EGC, 1998: 338-59.

2. Anonymous. Material, methods, and indications for restoration of posterior teeth.

Agustus 2007).

3. Burke F, Walmsley AD, Walsh TF, Lumley P, Hall RA, Shortall AC. Restoration

of teeth: complex restorations. 2002.

4. American Dental Association. Comparison of indirect restorative dental

materials. 2002. <

5. Marzouk MA, Simonton AL, Gross RD. Operative dentistry modern theory and practice. 1st ed. St.Louis: Ishyaku Euro Amerika, Inc., 1985: 323-40.

6. Berry TG, Kaiser DA, Schurartz RS. Cast gold restorations. In: Summit JB, Robbins JW, Schwartz RS, eds. Fundamentals of Operative Dentistry: A contemporary approach. 2nd ed. Illinois: Quintessence Pubishing Co., Inc., 2001: 500-19.

7. Liberman R, Judes H, Cohen E, Eli I. Restoration of posterior pulpless teeth amalgam overlay versus cast gold onlay restoration. J Prosthet Dent 1987; 57(5): 540-3.

8. Matsumoto W, Antunes RP, Orsi IA, Fernandes RM. Collarless metal ceramic fixed partial denture: A clinical report. Braz Dent J 2001; 12(1): 215-8.

9. Anonymous. Concepts ceramic materials.

10. Anonymous. The glossary of prosthodontics terms. J Prosthet Dent 1999; 81(1): 48-110.

11. Shillingburg H.T, Hobo S, Whitsett L.D, et al. Fundamental of fixed prosthodontics. 4rd ed. Philadelphia: WB. Saunders Co., 1986: 455-7.


(61)

12. Limkangwalmongkol P, Chiche G, Blatz MB. Basic science research: Precision of fit two margin designs for metal-ceramic crowns. J Prosthodont 2007; 16(4): 233-7.

13. Yun JW, Yang JH, Chang IK, Lee SH, Chung HY. Collarless metal ceramic crown: A study on fracture strength of collarless metal ceramic crown with different metal coping design. Korean medical database, 1999. (16 Agustus 2007). (abstract).

14. Pranata NW. Disain margin pada preparasi mahkota metal keramik. JP-IPROSI, 1987; 1 : 36-41.

15. Goldin EB, Boyd NW, Goldstein GR, Hittelman EL, Thompson VP. Marginal fit of leucite–glass pressable ceramic restorations and ceramic–pressed-to-metal restorations. J Prosthet Dent 2005; 93: 141-7.

16. Rosentiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary fixed prosthodontics. 3rd ed. St. Louis: Mosby, Inc., 2000: 216-7.

17. Dykema RW, Goodarce CJ, Philips RW. Modern practice in crown and bridge prosthodontics. 3rd ed. Philadelphia: W.B Saunders Co., 1971: 461-75.

18. Sturdevant JR, Sturdevant CM. Class II cast metal restorations. In: Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ, eds. Sturdevant’s art and science of operative dentistry. 4th ed. St. Louis : Mosby, Inc., 2002: 801-69.

19. Rouse JS. Anterior ceramic crowns. In: Summit JB, Robbins JW, Schwartz RS, eds. Fundamentals of Operative Dentistry: A contemporary approach. 2nd ed. Illinois: Quitessence Publishing Co., Inc., 2001: 451-75.

20. Craig RG, Powers JM, Wataha JC. Dental materials: properties and manipulation. 7th ed. St.Louis: Mosby, Inc., 2000: 283-93.

21. Karlina E, Herda E. Efek berbagai perlakuan pada permukaan metal dan pada unit metal keramik terhadap ikatan metal keramik. JKG UI 2002; 9(3): 13-7. 22. Pizana F. Peterson area dental laboratory information letter. 10th ed. Dental

Squadron/USAFA, 2000: 3.

23. Anonymous. Preparation of # 12 for PVC

24. Chice G, Pinault A. Metal ceramic crowns: Esthetics of anterior fixed prosthodontics. Illinois: Quintessence Publishing Co., Inc., 2001: 75-96.


(62)

25. Matsumoto1, W, Baez2 RJ, Panzeri, H. Comparative study of the direct-lift and

platinum foil techniques in the marginal discrepancy of collarless metal ceramic restorations. Braz Dent J 1996; 7(2): 109-13.

26. Pickard HM. A manual of operative dentistry. 5th ed. Oxford: Oxford University Press., 1983: 207-36.

27. Boeckler AF, Stadler A, Setz JM. The significance of marginal gap and overextension measurementin the evaluation of the fit of complete crowns. J Contemp Dent Pract 2005; 4(6): 26-37.

28. Devaki V. Marginal fit of metal ceramic restorations with various finish lines : An in vitro study. Dissertation. Madras: University of Tamilnadu DR. M.G.R. Medical, 2005.

29. McLaen JW. The science and art of dental ceramics. Chicago Quintessence Publishing Co., Inc., 1980: 329-89.

30. Ferracane JL. Materials in dentistry: principles and applications. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott William and Wilkins, 2001: 283-93.

31. Hilgert E, Buso L, Neisser MP, Bottino MA. Evaluation of marginal adaptation of ceramic crowns depending on the marginal design and the addition of ceramic. Braz J Oral Sci 2004; 11(3): 619-23.

32. Balkaya MC, Nayyr E, Pamuk S. Evaluation distortion of three different margin design. Turkey:University of Istanbul Faculty of Dentistry, 2002. (16 Agustus 2007). (abstract).

33. Shillingburg HT, Hobo S, Fisher DW. Preparation design and margin distortion in porcelain fused to metal restorations. J Prosthet Dent 2003; 89(6): 527-32.


(63)

Lampiran 1 : Kerangka penelitian

Uji marginal gap

Restorasi overlay PFM dengan desain coping collarless

Uji statistik

Data

Kelompok perlakuan (8)

Akses endodonti

Bukal (Shoulder) Palatal/lingual (Chamfer)

Preparasi saluran akar dan obturasi

Pembuatan pasak amalgam

Preparasi kavitas


(64)

Lampiran 2 : Pengukuran anatomi gigi sebelum preparasi

No. Sampel Buko-pal/ling (mm)

Mesio-distal (mm)

CEJ-oklusal (mm)

1 11 11 5

2 11 9 4

3 10 10 5,5

4 10,5 9 5

5 10 10 4

6 10,5 11 5

7 11 9 5


(65)

Lampiran 3 : Pengukuran saat preparasi saluran akar

No Panjang kerja (mm) IAF (mm) MAF (mm)

MB DB ML/ MP

DL/ DP

MB DB ML/ DP

DL/ DP

MB DB ML/ DP

DL/ DP

1 17 15 16 - 15 15 15 - 30 30 30 -

2 16 17 17 - 15 15 15 - 30 30 30 -

3 18 17,5 19,5 - 15 15 15 - 30 30 30 -

4 18 17 19 - 15 25 15 25 30 40 30 40

5 17 17 15 - 20 25 25 - 35 40 40 -

6 20,5 19 22 20,5 15 25 15 25 30 40 30 40

7 19 18 18 - 15 15 25 - 30 35 40 -


(66)

Lampiran 4 : Hasil pengukuran dinding kavitas setelah preparasi cavosurface

margin

Lampiran 5 : Hasil uji distribusi dengan Kolmogorov-Smirnov Test

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Shoulder Chamfer

N 8 8

Normal Parameters(a,b) Mean 98.4375 142.1875

Std. Deviation 36.86213 80.43895

Most Extreme Differences Absolute .264 .211

Positive .238 .211

Negative -.264 -.161

Kolmogorov-Smirnov Z .748 .598

Asymp. Sig. (2-tailed) .631 .867

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

No Lebar kamar pulpa (mm)

Tebal dinding bukal (mm)

Tebal dinding palatal/ Lingual (mm)

1 3 2 2,5

2 2,5 2 3

3 2 2 2,5

4 2 2 2,5

5 3 2 2,5

6 2 2,5 2,5

7 2,5 2,5 2,5


(67)

Lampiran 6 : Hasil uji statistic t-test berpasangan T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 Shoulder 98.4375 8 36.86213 13.03273

Chamfer 142.1875 8 80.43895 28.43946

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Shoulder & Chamfer 8 .816 .014

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviati on Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lowe r Uppe r Pai r 1 Shoulder - Chamfer -43.75 000 54.6906 9 19.33 608 -89.47 256 1.972 56


(1)

25. Matsumoto1, W, Baez2 RJ, Panzeri, H. Comparative study of the direct-lift and

platinum foil techniques in the marginal discrepancy of collarless metal ceramic restorations. Braz Dent J 1996; 7(2): 109-13.

26. Pickard HM. A manual of operative dentistry. 5th ed. Oxford: Oxford University Press., 1983: 207-36.

27. Boeckler AF, Stadler A, Setz JM. The significance of marginal gap and

overextension measurementin the evaluation of the fit of complete crowns. J

Contemp Dent Pract 2005; 4(6): 26-37.

28. Devaki V. Marginal fit of metal ceramic restorations with various finish lines :

An in vitro study. Dissertation. Madras: University of Tamilnadu DR. M.G.R.

Medical, 2005.

29. McLaen JW. The science and art of dental ceramics. Chicago Quintessence Publishing Co., Inc., 1980: 329-89.

30. Ferracane JL. Materials in dentistry: principles and applications. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott William and Wilkins, 2001: 283-93.

31. Hilgert E, Buso L, Neisser MP, Bottino MA. Evaluation of marginal adaptation

of ceramic crowns depending on the marginal design and the addition of ceramic.

Braz J Oral Sci 2004; 11(3): 619-23.

32. Balkaya MC, Nayyr E, Pamuk S. Evaluation distortion of three different margin

design. Turkey:University of Istanbul Faculty of Dentistry, 2002. (16 Agustus

2007). (abstract).

33. Shillingburg HT, Hobo S, Fisher DW. Preparation design and margin distortion


(2)

Lampiran 1 : Kerangka penelitian

Uji marginal gap

Restorasi overlay PFM dengan desain coping collarless

Uji statistik

Data

Kelompok perlakuan (8)

Akses endodonti

Bukal (Shoulder) Palatal/lingual (Chamfer)

Preparasi saluran akar dan obturasi

Pembuatan pasak amalgam

Preparasi kavitas


(3)

Lampiran 2 : Pengukuran anatomi gigi sebelum preparasi

No. Sampel Buko-pal/ling (mm)

Mesio-distal (mm)

CEJ-oklusal (mm)

1 11 11 5

2 11 9 4

3 10 10 5,5

4 10,5 9 5

5 10 10 4

6 10,5 11 5

7 11 9 5


(4)

Lampiran 3 : Pengukuran saat preparasi saluran akar

No Panjang kerja (mm) IAF (mm) MAF (mm)

MB DB ML/ MP

DL/ DP

MB DB ML/ DP

DL/ DP

MB DB ML/ DP

DL/ DP

1 17 15 16 - 15 15 15 - 30 30 30 -

2 16 17 17 - 15 15 15 - 30 30 30 -

3 18 17,5 19,5 - 15 15 15 - 30 30 30 -

4 18 17 19 - 15 25 15 25 30 40 30 40

5 17 17 15 - 20 25 25 - 35 40 40 -

6 20,5 19 22 20,5 15 25 15 25 30 40 30 40

7 19 18 18 - 15 15 25 - 30 35 40 -


(5)

Lampiran 4 : Hasil pengukuran dinding kavitas setelah preparasi cavosurface

margin

Lampiran 5 : Hasil uji distribusi dengan Kolmogorov-Smirnov Test

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Shoulder Chamfer

N 8 8

Normal Parameters(a,b) Mean 98.4375 142.1875

Std. Deviation 36.86213 80.43895

Most Extreme Differences Absolute .264 .211

Positive .238 .211

Negative -.264 -.161

Kolmogorov-Smirnov Z .748 .598

Asymp. Sig. (2-tailed) .631 .867

No Lebar kamar pulpa (mm)

Tebal dinding bukal (mm)

Tebal dinding palatal/ Lingual (mm)

1 3 2 2,5

2 2,5 2 3

3 2 2 2,5

4 2 2 2,5

5 3 2 2,5

6 2 2,5 2,5

7 2,5 2,5 2,5


(6)

Lampiran 6 : Hasil uji statistic t-test berpasangan T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 Shoulder 98.4375 8 36.86213 13.03273

Chamfer 142.1875 8 80.43895 28.43946

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Shoulder & Chamfer 8 .816 .014

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviati on Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lowe r Uppe r Pai r 1 Shoulder - Chamfer -43.75 000 54.6906 9 19.33 608 -89.47 256 1.972 56