menciptakan harmonisasi dan integrasi antar budaya dalam hidup manusia melalui beberapa strategi pendekatan yang bersifat inklusif.
Ainurrofiq  Dawam  menambahkan  bahwa  karakteristik  pendidikan multikultural pada akhirnya berorientasi penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Orientasi  tersebut  berisikan  antara  lain:  orientasi  kemanusiaan,  kebersamaan, kesejahteraan,  dan  orientasi  mengakui  adanya  pluralitas  dan  heterogenitas  yang
ada  dalam  masyarakat.
12
Atas  dasar  karakteristik  ini,  pendidikan  multikultural merupakan pendidikan yang bisa diterima di semua kalangan dan masyarakat.
D. Pendidikan Islam Multikultural
Secara  umum  Pendidikan  Islam  didefinisikan  sebagai    pendidikan  yang dipahami  dan  dikembangkan  dari  ajaran  Islam  dan  nilai-nilai  fundamental  yang
terkandung  dalam  al- Qur’an  dan  as-Sunah.  Pendidikan  Islam  sebagai  sistem
mempunyai  orientasi  yang  jelas  bahwa  semata-mata  untuk  beribadah  kepada Allah  dan  bermanfaat  bagi  umat  manusia.  Bisa  dikatakan  jika  pendidikan  Islam
belum  membentuk  pribadi  peserta  didik  sesuai  nilai-nilai  universal  dan  tidak bermanfaat bagi manusia lainnya maka pendidikan Islam tersebut belum mencapai
tujuan.  Atas  dasar  ini,  pendidikan  Islam  pada  dasarnya  mengandung  nilai-nilai inklusif dan multikultural. Al-
qur’an menegaskan dalam surat ar-Rum ayat 22 :
dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan  bahasamu  dan  warna  kulitmu.  Sesungguhnya  pada  yang  demikan
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Al- qur’an  menjelaskan  bahwa  keragaman  etnis  maupun  budaya
merupakan  fitrah  manusia  seutuhnya  yang  telah  di  anugerahkan  sang  pencipta. Fitrah  manusia  seutuhnya  bersifat  sosial,  tanpa  adanya  rasa  sosial  mustahil
manusia  dapat  hidup  secara  individual.  Dari  ajaran  fundamentalis  ini,  Al- Qur’an
12
Ainurrofiq Dawam, Pendidikan Multikultural,Jogjakarta: Inspeal Ahimsa Karya Press, 2006, h. 78
mengakui bahwa budaya merupakan bagian dari fitrah manusia, dan kebudayaan pula yang membentuk suatu peradaban manusia terlepas dari baik dan buruknya.
Menurut  Muslih  Usa  dan  Aden  Wijdan  seperti  yang  dikutip  Maslikhah  memberi pengertian bahwa pendidikan islam  merupakan  proses pembelajaran  yang sangat
intens  pada  pembentukan  kepribadian,  budi  pekerti  yang  luhur.    Walaupun pendidikan Islam dipahami secara berbeda, namun pada dasarnya merupakan satu
kesatuan dalam satu sistem, yaitu pendidikan islam.
13
Istilah  multikultural  tidak  lepas  dari  istilah  pluralisme  yang  menjadi perhatian  masyarakat  sekarang  ini  akibat  dari  era  globalisasi  yang  semakin
ekstrim.  Diskursus  tentang  multikultural  dan  pluralis  sudah  lama  bermunculan dalam  dekade  terakhir  ini.  Pluralisme  erat  kaitanya  dengan  keragaman  agama,
sedangkan  multikultural  erat  kaitanya  dengan  keragaman  budaya.  Dalam  hal  ini sebagian  orang  mengartikan  kata  pluralisme  dengan  konotasi  negatif,  menurut
penulis,  konotasi  negatif  tersebut  berdasarkan  pada  sisi  transformatif  yang berlangsung  tiba-tiba.  Masyarakat  Indonesia  yang  kental  akan  budaya
fundamentalis serta tradisionalis tidak akan bisa menerima pluralisme yang dalam konotasi  ekstrimnya  diartikan  sebagai  kejahatan  pemikiran.  Dalam  konteks
pendidikan, pendidikan multikultural menurut  Franz Magnis Suseno seperti yang dikutip Achmad Syauqi dan Ngainun Naim yaitu pendidikan yang mengandaikan
kita untuk membuka visi tentang cakrawala yang luas, dan mampu melintasi batas kelompok etnis atau tradisi budaya dan agama kita. Sehingga, kita mampu melihat
manusia  sebagai  sebuah  keluarga  yang  memiliki  perbedaan  dan  kesamaan  cita- cita.  Pendidikan  inilah  yang  akan  menjadi  nilai-nilai  dasar  kemanusiaan  untuk
perdamaian, kemerdekaan, dan solidaritas.
14
Pendidikan  multikultural  memang  mempunyai  kesamaan  dengan  dengan pendidikan  pluralis,  tetapi  yang  menjadikan  perbedaan  mendasar  yaitu
orientasinya. Pendidikan pluralis bertransformatif menjadi pendidikan liberal, neo modernis  yang  hanya  memikirkan  adanya  perbedaan,  sedangkan  pendidikan
13
Maslikhah, Op.cit, h. 120
14
Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Op.cit, h. 50-51
multikultural  merupakan  pendidikan  yang  menawarkan  sisi  humanisme  manusia yang memikirkan bagaimana menghadapi perbedaan itu.
Senada  dengan  itu,  Ainurrofiq  Dawam  menjelaskan  definisi  pendidikan multikultural  sebagai  proses  pengembangan  seluruh  potensi  manusia  yang
menghargai  pluralitas  dan  heterogenitasnya  sebagai  konsekuensi  keragaman budaya    etnis,  suku,  dan  agama.  Pengertian  pendidikan  multikultural  yang
demikian,  tentu  mempunyai  implikasi  yang  luas  dalam  pendidikan.  Karena kependidikan  itu  sendiri  secara  umum  dipahami  sebagai  proses  tanpa  akhir  atau
proses  sepanjang  hayat.  Dengan  demikian,  pendidikan  multikultural  memiliki makna  penghormatan  dan  penghargaan  setinggi-tingginya  terhadap  harkat  dan
martabat  manusia  dari  segala  aspek.  Harapannya,  dalam  jangka  panjang  adalah terciptanya  kedamaian  yang  sejati,  keamanaan  yang  tidak  dihantui  kecemasan,
kesejahteraan yang tidak dihantui manipulasi, dan kebahagiaan yang terlepas dari jaring-jaring manipulasi rekayasa sosial.
15
Berangkat  dari  kesadaran  multikulturalitas  dalam  masyarakat  kita  yang terdiri dari banyak suku dan beberapa agama, maka pencarian bentuk pendidikan
alternatif  mutlak  diperlukan,  yaitu  suatu  bentuk  pendidikan  yang  berusaha menjaga  kebudayaan  suatu  masyarakat  dan  memindahkannya  kepada  generasi
berikutnya,  menumbuhkan  tata  nilai,  memupuk  persahabatan  antara  siswa  yang beraneka ragam  suku, ras, dan agama, mengembangkan sikap saling memahami,
serta mengerjakan keterbukaan dan dialog. Bentuk pendidikan seperti inilah  yang dapat  mengantisipasi  konflik  sosial-keagamaan  menuju  perdamaian.  Model
pendidikan  tersebut  akhirnya  dikenal  sebagai  pendidikan  islam  berbasis multikultural.
16
Pendidikan  Islam  dengan  berasaskan  multikulturalisme  tidak  saja mengandaikan  hadirnya  keanekaragaman  elemen  sosial  budaya  tetapi  juga
hadirnya proses integrasi. Proses integrasi ini bukan dalam pengertian penciptaan identitas tunggal melalui penyeragamaan yang bersifat menekan dan merendahkan
,  tetapi  kerelaan  saling  melebur  tanpa  harus  menghilangkan  identitas-identitas
15
Ainurrofiq Dawam, Emoh Sekolah, Yogyakarta: Inspeal Ahimsa Karya Press, 2003, h.99-100
16
Ali Maksum, Op,cit., h.203
sosial  tiap  individu  atau  kelompok.  Paradigma  multikulturalisme  sebagai  basis bagi  pendidikan  Islam  berarti  meniscayakan  pemahaman  bahwa  unsur-unsur
sosial  budaya  harus  bersifat  inklusif  untuk  membuka  diri  terhadap  budaya  lain dari  luar,  dan  berani  berkompromi  dengan  yang  lain.  Pemahaman  yang  bersifat
inklusif  ini  pada  akhirnya  bergerak  menuju  keberagamaan  yang  inklusif  untuk menerima  perbedaan  yang  ada  pada  masyarakat.  Dalam  konteks  pendidikan,
pendidikan  islam  multikultural  menekankan  adanya  sikap  harmonisasi  dalam segala  aspek,  hal  itu  sesuai  dengan  sumber  ajaran  Islam  yang  tersirat  dalam  Al-
Qur’an :
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” QS Al Anbiya‟: 107
Menurut  Nikmah  Rahmawati  seperti  yang  dikutip  maslikhah,  jika  kita ingin  menanamkan  nilai-nilai  pluralisme,  mewujudkan  kebebasan  yang
bertanggung  jawab,  serta  menghapus  praktik  monopoli  dalam  pendidikan termasuk pendidikan Islam, maka yang perlu kita benahi adalah sistem pendidikan
itu  sendiri,  sumber  daya  manusia,  dan  kurikulum.  Untuk  merealisasikan  upaya tersebut  perlu  dirancang  strategi  serta  mengukur  kemampuan  secara  mendalam
dari  pendidikan  Islam  itu  sendiri.  Kajian  ini  dimaksudkan  untuk  memberikan deskripsi pendidikan Islam yang berbasis multikulturisme.
17
E. Paradigma Pendidikan Islam Multikultural
Kata paradigma berarti kerangka berfikir, cara pandang, model teori ilmu pengetahuan. Paradigma pendidikan berarti model atau kerangka berfikir tentang
proses  dan  hasil  dari  pendidikan.  Proses  dan  hasil  pendidikan  meliputi  aspek prosedur,  teknik,  strategi,  dan  komponen-komponen  teknis  yang  diproyeksikan
pada tujuan.
18
Pendidikan Islam multikultikultural dilihat dari sudut lembaga dapat
17
Maslikhah, Op.cit. 150-151
18
Ibid, h. 151-152