Tujuan Dan Manfaat Penelitian
a Pendidikan modern dinilai gagal dalam memecahkan berbagai
persoalan manusia. b
Pendidikan modern banyak disalahgunakan untuk kepentingan individu yang berkuasa daripada kepentingan umat manusia.
c Pendidikan modern menyimpang dari standar formal maupun
akademiknya dan hanya mengikuti kemauan dari pendidikan yang lebih maju.
d Pendidikan modern tidak berdaya dalam memecahkan masalah-
masalah sosio-kultural yang ada pada umat manusia. e
Pendidikan modern hanya mengakui keberadaan logika dan fisik, dan menganggap mistis dan metafisik merupakan kajian yang sepele dalam
ilmu pengetahuan. f
Pendidikan modern memberikan perhatian yang sangat kecil terhadap hal-hal yang melingkupi norma-norma sosial dan metafisis.
7
Pendidikan modern yang lahir bersamaan dengan abad pencerahan di Barat ternyata terbius oleh kemajuan globalisasi dan pengaruh budaya
kristenisasi saja, sehingga nilai-nilai universal yang tercakup dalam pendidikan modern tersebut adalah nilai-nilai pendidikan Barat. Pada kasus
yang ada dampak negatif dari pendidikan modern adalah persaingan dan penindasan terhadap yang lemah seperti perang dunia, diskriminasi ras,
penjajahan terhadap negara-negara yang terbelakang. Hal ini dibuktikan bahwa teknologi pengetahuan modern berhasil menciptakan senjata pemusnah
massal dan menghancurkan kebudayaan dan peradaban manusia. Berbeda dengan pendapat H.A.R Tilaar, Ainurrofiq Dawam seperti yang
dikutip Maslikhah berpendapat bahwa ideologi pendidikan multikultural berasal dari ideologi sirkularisme yang mencakup ideologi-ideologi antara
lain:
7
H.A.R Tilaar, Manifesto Pendidikan Nasional Tinjauan dari perspektif Postmodernisme dan Studi Kultural, Jakarta: PT Kompas Me dia Nusantara, 2005,h. 44-45
a Ideologi theisme, yaitu ideologi pendidikan yang mendasarkan diri
pada nilai-nilai ketuhanan. Ideologi ini bersifat spiritual, mistisme, dan transendental. Nilai-nilai dalam pendidikan ini adalah nilai-nilai yang
sarat dengan dimensi transendental dan spiritual. b
Ideologi humanisme, yaitu ideologi pendidikan yang berdasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai itu bersumber dari hati nurani
manusia dan secara integral menyatu dalam hukum yang diyakini kebenarannya.
c Ideologi sosialisme, yaitu ideologi pendidikan yang berdasarkan pada
nilai-nilai kebersamaan manusia. Ideologi ini memiliki nilai-nilai bahwa manusia memiliki hak yang sama terhadap segala sesuatu.
d Ideologi kapitalisme, yaitu ideologi pendidikan yang didasarkan pada
nilai-nilai kapital atau permodalan. Nilai-nilai yang ada dalam pendidikan ini ialah mengagungkan sesuatu yang bersifat kebendaan.
Dari ideologi ini pada akhirnya diyakini mampu melahirkan karakter teliti, disiplin, jujur, dan berorientasi terhadap kemajuan.
Dari dua pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa ideologi pendidikan multikultural itu ingin mengharmoniskan dan mencoba
mengintegrasikan antara dua aliran ideologi pendidikan yang bertentangan. 2.
Landasan Yuridis Secara teori definitif serta aplikasinya, pendidikan multikultural memang
sangat patut untuk di aplikasikan dalam pendidikan di Negara kita, baik pendidikan umum, maupun pendidikan Islam semuanya mempunyai orientasi
yang ingin dicapai sesuai dengan undang-undang pendidikan nasional.
Ahmad Gaus , Dkk
menyatakan bahwa pendidikan multikultural memang belum mempunyai landasan yang kongkrit dalam undang-undang pendidikan
nasional kita, akan tetapi peraturan menteri pendidikan nasional no 23 tahun 2006 memuat beberapa mata pelajaran yang dapat dijadikan sebagai gerbang
utama pendidikan multikultural. Dari peraturan tersebut munculah standar kompetensi lulusan SKL yang termuat dalam kelompok mata pelajaran
berbasiskan multikultural. Mata pelajaran tersebut antara lain: agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan
teknologi, estetika, dan kesehatan jasmani.
8
Senada dengan itu, Ali Maksum memaparkan bahwa mata pelajaran pendidikan multikultural juga termuat dalam undang-undang sistem
pendidikan nasional no 20 tahun 2003 pasal 37 ayat 1 tentang kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Isi dari kurikulum tersebut menggambarkan
penekanan mata pelajaran yang berbasis nilai untuk membentuk kepribadian anak bangsa yang pancasilais dan agamis serta menjunjung kearifan budaya
lokal. Lebih dari itu, ali maksum menjelaskan bahwa untuk mengembangkan
pendidikan multikultural diperlukan tiga landasan yuridis yang menjadi pijakan, yaitu: pertama, pancasila sebagai landasan ideal bangsa, serta
merupakan falsafah yang harus terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, Undang-Undang Dasar 1945 UUD 1945 disamping merupakan landasan
konstitusional, UUD 1945 juga mengandung nilai, norma, etika bermasyarakat maupun berbangsa. Ketiga, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No
20 tahun 2003 sebagai landasan operasional penyelenggaraan pendidikan nasional. Berdasarkan undang-undang ini mengandung implikasi perlunya
membangun desain pendidikan yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat, norma masyarakat, dan kebutuhan masyarakat.
9