Karakteristik Pendidikan Multikultural Kajian Teori Tentang Pendidikan Multikultural

sosial tiap individu atau kelompok. Paradigma multikulturalisme sebagai basis bagi pendidikan Islam berarti meniscayakan pemahaman bahwa unsur-unsur sosial budaya harus bersifat inklusif untuk membuka diri terhadap budaya lain dari luar, dan berani berkompromi dengan yang lain. Pemahaman yang bersifat inklusif ini pada akhirnya bergerak menuju keberagamaan yang inklusif untuk menerima perbedaan yang ada pada masyarakat. Dalam konteks pendidikan, pendidikan islam multikultural menekankan adanya sikap harmonisasi dalam segala aspek, hal itu sesuai dengan sumber ajaran Islam yang tersirat dalam Al- Qur’an : Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” QS Al Anbiya‟: 107 Menurut Nikmah Rahmawati seperti yang dikutip maslikhah, jika kita ingin menanamkan nilai-nilai pluralisme, mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab, serta menghapus praktik monopoli dalam pendidikan termasuk pendidikan Islam, maka yang perlu kita benahi adalah sistem pendidikan itu sendiri, sumber daya manusia, dan kurikulum. Untuk merealisasikan upaya tersebut perlu dirancang strategi serta mengukur kemampuan secara mendalam dari pendidikan Islam itu sendiri. Kajian ini dimaksudkan untuk memberikan deskripsi pendidikan Islam yang berbasis multikulturisme. 17

E. Paradigma Pendidikan Islam Multikultural

Kata paradigma berarti kerangka berfikir, cara pandang, model teori ilmu pengetahuan. Paradigma pendidikan berarti model atau kerangka berfikir tentang proses dan hasil dari pendidikan. Proses dan hasil pendidikan meliputi aspek prosedur, teknik, strategi, dan komponen-komponen teknis yang diproyeksikan pada tujuan. 18 Pendidikan Islam multikultikultural dilihat dari sudut lembaga dapat 17 Maslikhah, Op.cit. 150-151 18 Ibid, h. 151-152 mempersiapkan generasi baru pada masa yang akan datang. Generasi baru tersebut agar mampu hidup layak menurut sistem norma yang berlaku serta mampu hidup mandiri dan menjalankan perannya di masa yang akan datang. Dalam melaksanakan tugas dan perannya di masa datang, pendidikan Islam multikultural dapat diberi muatan apa saja termasuk pesan pendidikan agama Islam. Melihat makna strategis pendidikan, maka tidak mustahil agama menggunakan lembaga ini untuk melestarikan dan memperkokoh keberadaan dirinya. Di antara tujuan pendidikan agama adalah agar siswa gemar menjalankan ritual hidup sesuai tuntunan agama. Untuk kepentingan tiga hubungan tripartiat, mampu mempolakan hubungan privat tersebut dalam bentuk pengamalan untuk kemanusiaan dan kealaman mengikuti tuntunan agama. Agama yang ditujukan secara universal kepada segenap manusia dapat dipahami secara total- komprehensif untuk menjunjung tinggi perdamaian, menuntun persaudaraan sesama manusia, dan kelestarian alam lingkungannya . Pendidikan Islam multikultural jika ditinjau dalam konteks diatas menurut Ngainun Naim dan Ahmad Syauqi yaitu pendidikan yang berusaha menerima ekspresi budaya-budaya manusia dalam memahami pesan utama agama Islam. Kemudian pendidikan itu dilandasi pada ajaran Islam, penggunaan pendidikan Islam ini memperkokoh bahwa pendidikan Islam sarat dengan ajaran menghargai dimensi sosio-kultural sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri. Implikasi multikultural yang dirangkai dengan pendidikan Islam yaitu sebagai paradigma sekaligus konstruksi teoritis dan aplikatif yang menghargai keragaman agama dan budaya. 19 Manusia memiliki beberapa dimensi yang harus diakomodir dan dikembangkan secara komprehensif. Kemanusiaan manusia pada dasarnya adalah pengakuan akan pluralitas, heterogenitas, dan keragaman manusia itu sendiri. Keragaman itu dapat berupa ideologi, agama, paradigma, pola pikir, kebutuhan, keinginan, tingkat ekonomi, strata sosial, suku, etnis, ras, budaya, nilai-nilai tradisi, dan lain sebagainya. Dalam kaitan ini, pendidikan Islam multikultural 19 Ngainun Naim dan Achmad Sauqi Op.cit h. 51-52 menurut maslikhah mempunyai tujuh dimensi yaitu: dimensi fisik atau jasmani, akal, keyakinan, etika, kejiwaan, estetika, dan sosial kemasyarakatan. 20 Dalam hubungan ini, pendidikan Islam harus mampu menjadi transformatif, yakni Pendidikan yang mampu untuk memperkokoh rasa cinta tanah air, setia kawan, dan selalu berorientasi pada upaya mewujudkan islam sebagai rahmatan lil „alamin. Di samping itu, pendidikan Islam harus memodifikasi dirinya agar mampu menjalankan perannya sebagai subsistem Pendidikan Nasional. 21

F. Hasil Penelitian yang relevan

Penelitian yang berkaitan dengan masalah pendidikan multikultural dan pemikiran Gus Dur diperoleh dari kajian relevan penulis terhadap penulis sebelumnya. penelitian-penelitian tersebut mengupas berbagai hal berkaitan dengan persoalan paradigma pendidikan multikultural sebagai pendidikan alternatif yang patut dikembangkan dalam pendidikan umum maupun pendidikan Islam. Pemikiran-pemikiran Gus Dur yang Kompleks dan penuh paradoks mempunyai berbagai macam hasil penelitian di berbagai bidang, baik bidang sosial, agama, politik, dan sebagainya. Dari berbagai hasil penelitian tersebut tentunya penulis tidak bisa menghimpun kesemua penelitian yang relevan dengan hal tersebut. Penulis ingin membingkai dan mengembangkanya menjadi satu konsep tersendiri terhadap pemikiran Gus Dur tentang pendidikan multikultural. Adapun hasil kajian penelitian yang relevan tersebut antara lain : 1. Skripsi karya Miratul Hayati berjudul “rekontruksi pendidikan islam berbasis multikultural ”. Hasil penelitian yang telah dilakukannya mempunyai benang merah bahwa pendidikan Islam berbasis multikultural merupakan sebuah jawaban terhadap era globalisasi dan konflik-konflik kultur. 2. Skripsi karya Fauzan yang berjudul “Pendidikan Multikultural dalam Piagam Madinah”. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa pendidikan 20 Maslikhah, Op.cit, h. 168 21 Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Op.cit. h. 54