berbasiskan multikultural. Mata pelajaran tersebut antara lain: agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan
teknologi, estetika, dan kesehatan jasmani.
8
Senada dengan itu, Ali Maksum memaparkan bahwa mata pelajaran pendidikan multikultural juga termuat dalam undang-undang sistem
pendidikan nasional no 20 tahun 2003 pasal 37 ayat 1 tentang kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Isi dari kurikulum tersebut menggambarkan
penekanan mata pelajaran yang berbasis nilai untuk membentuk kepribadian anak bangsa yang pancasilais dan agamis serta menjunjung kearifan budaya
lokal. Lebih dari itu, ali maksum menjelaskan bahwa untuk mengembangkan
pendidikan multikultural diperlukan tiga landasan yuridis yang menjadi pijakan, yaitu: pertama, pancasila sebagai landasan ideal bangsa, serta
merupakan falsafah yang harus terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, Undang-Undang Dasar 1945 UUD 1945 disamping merupakan landasan
konstitusional, UUD 1945 juga mengandung nilai, norma, etika bermasyarakat maupun berbangsa. Ketiga, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No
20 tahun 2003 sebagai landasan operasional penyelenggaraan pendidikan nasional. Berdasarkan undang-undang ini mengandung implikasi perlunya
membangun desain pendidikan yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat, norma masyarakat, dan kebutuhan masyarakat.
9
C. Karakteristik Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural disamping mempunyai landasan teoritis, juga mempunyai karakteristik tersendiri. Menurut Ali Maksum teori pendidikan
multikultural mempunyai karakteristik sebagai berikut :
8
Ahmad Gaus , Dkk, Op.cit, h.8
9
Ali Maksum, Op,cit., h.206
1. Pendidikan multikultural cenderung berupaya memberdayakan yang lemah
dan menolak terhadap teori pendidikan universalitas yang cenderung mendukung pihak yang kuat,
2. Pendidikan multikultural bersifat inklusif dan harmonis.
3. Pendidikan multikultural tidak hanya mencakup dunia sosial tetapi juga
dunia intelektual. 4.
Pendidikan multikultural tanggap dalam mengkritik terhadap diri sendiri dan pendidikan lainnya.
10
Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan multikultural bisa menjadi acuan kepada model-model pendidikan lainnya karena karakteristik
diatas lebih menekankan pada subtansi yang mengandung nilai-nilai universal. Lebih lanjut menurut Zakiyuddin Baydhawy, pendidikan multikultural memiliki
karakteristik yang khas pula antara lain : 1.
Pendidikan yang bertujuan untuk belajar hidup dalam perbedaan 2.
Pendidikan yang membangun sikap saling percaya 3.
Pendidikan yang memelihara saling pengertian 4.
Pendidikan yang menjunjung sikap saling menghargai 5.
Pendidikan yang mengajarkan berfikir secara terbuka 6.
Apresiasi dan interdependensi, yaitu pendidikan yang menghargai budaya dan sosio-kultural
7. Resolusi konflik dan rekonsiliasi nirkekerasan, yakni pendidikan yang
mampu menyelesaikan konflik dan menganggap perbedaan itu bukan ditujukan untuk diskriminasi terhadap golongan lain.
11
Dari karakteristik diatas pendidikan multikultural memberi perhatian yang luas dalam pendidikan, pendidikan multikultural mempunyai karakter khas yang
membedakan dengan pendidikan sekular atau pendidikan lainnya yaitu
10
Ibid., h.152
11
Zakiyudin Baidhawi, Pendidikan Islam Multikulturalisme, Jakarta: PT Erlangga,2005 .,h.78
menciptakan harmonisasi dan integrasi antar budaya dalam hidup manusia melalui beberapa strategi pendekatan yang bersifat inklusif.
Ainurrofiq Dawam menambahkan bahwa karakteristik pendidikan multikultural pada akhirnya berorientasi penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Orientasi tersebut berisikan antara lain: orientasi kemanusiaan, kebersamaan, kesejahteraan, dan orientasi mengakui adanya pluralitas dan heterogenitas yang
ada dalam masyarakat.
12
Atas dasar karakteristik ini, pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang bisa diterima di semua kalangan dan masyarakat.
D. Pendidikan Islam Multikultural
Secara umum Pendidikan Islam didefinisikan sebagai pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran Islam dan nilai-nilai fundamental yang
terkandung dalam al- Qur’an dan as-Sunah. Pendidikan Islam sebagai sistem
mempunyai orientasi yang jelas bahwa semata-mata untuk beribadah kepada Allah dan bermanfaat bagi umat manusia. Bisa dikatakan jika pendidikan Islam
belum membentuk pribadi peserta didik sesuai nilai-nilai universal dan tidak bermanfaat bagi manusia lainnya maka pendidikan Islam tersebut belum mencapai
tujuan. Atas dasar ini, pendidikan Islam pada dasarnya mengandung nilai-nilai inklusif dan multikultural. Al-
qur’an menegaskan dalam surat ar-Rum ayat 22 :
dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Al- qur’an menjelaskan bahwa keragaman etnis maupun budaya
merupakan fitrah manusia seutuhnya yang telah di anugerahkan sang pencipta. Fitrah manusia seutuhnya bersifat sosial, tanpa adanya rasa sosial mustahil
manusia dapat hidup secara individual. Dari ajaran fundamentalis ini, Al- Qur’an
12
Ainurrofiq Dawam, Pendidikan Multikultural,Jogjakarta: Inspeal Ahimsa Karya Press, 2006, h. 78