Hafnida : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Jumlah Daya Listrik Di Kota Medan, 2010.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi daerah penelitian 4.1.1 Kondisi geografis pemerintahan Kota Medan
Pemerintahan Kota Medan merupakan salah satu daerah tingkat II Dati II yang terdapat di provinsi Sumatera Utara dan sekaligus menjadi ibukota provinsi tersebut.
Luas wilayah pemerintahan Kota Medan adalah 263 km
2
. Di sebelah utara berbatasan dengan selat Sumatera, sebelah barat dengan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, dan
di sebelah timur dengan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Secara administratif pemerintahan Kota Medan terdiri dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan. Potensi
lahan yang dimiliki Kota Medan sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan industri dan pertanian.
Pemerintahan Kota Medan terletak pada ketinggian 2,5-37,5 m dari permukaan laut dengan kemiringan 0-2 datar seluas 245,31 km
2
atau 97,57 dan kemiringan 2-51 bergelombang seluas 19,69 km
2
atau 7,43 dari luas seluruh wilayah. Kedalaman 30-60 cm seluas 124,60 km
2
atau 47,02 dan kedalaman 60-90 cm seluas 140,40 km
2
atau 52,98 dari luas seluruh wilayah dan tidak bererosi. Pemerintahan Kota Medan memiliki iklim tropis, dengan
temperatur rata-rata tahunan adalah 26 C.
4.1.2 Perkembangan penduduk
Hafnida : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Jumlah Daya Listrik Di Kota Medan, 2010.
Pada umunya keberadaan penduduk dalam jumlah yang besar dengan pertumbuhan yang tinggi dianggap sebagai penghambat dalam pembangunan karena jumlah penduduk yang besar
akan memperkecil pendapatan dan menimbulkan masalah ketenagakerjaan, tetapi hal ini tergantung dari kapasitas penduauk tersebut.
Pada tahun 2006, diproyeksikan penduduk Kota Medan mencapai 2.067.288 jiwa. Dibanding hasil sensus penduduk 2000, terjadi pertambahan penduduk sebesar 163.015 jiwa
0,92 dengan luas wilayah mencapai 265,10 km
2
, kepadatan penduduk mencapai 7798 jiwakm.
4.2 Gambaran Umum PT.PLN Persero Wilayah Sumatera Utara 4.2.1 Sejarah berdirinya PLN Wilayah II Sumatera Utara
Sejarah kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah merupakan hal yang baru. Kalau listrik mulai ada di Indonesia pada tahun 1893 di Batavia Jakarta, maka sekitar 30 tahun kemudian
1923 listrik mulai ada di Medan. Sentralnya dibangun di pertapakan kantor PLN Cabang Medan yang sekarang di Jalan Listrik No.12, dibangun oleh NV NIGENOGEM perusahaan
swasta Belanda. Kemudian menyusul pembangunan pembagkit tenaga listrik di Tanjung Pura dan Pangkalan Berandan 1924, Tebing Tinggi 1927, Sibolga NV ANIWM, Berastagi dan
Tarutung 1929, Tanjung Balai 1931, milik Gementee – Kotapraja, Labuhan Bilik 1936, dan Tanjung Tiram 1930.
Masa penjajahan Jepang, Jepang hanya mengambil alih pengelolaan Perusahaan Listrik milik swasta Belanda tanpa mengadakan penambahan mesin dan perluasan jaringan. Daerah
Hafnida : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Jumlah Daya Listrik Di Kota Medan, 2010.
kerjanya dibagi menjadi Perusahaan Listrik Sumatera Utara, Perusahaan Listrik Jawa dan seterusnya sesuai struktur organisasi pemerintahan tentara Jepang waktu itu.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, dikumandangkanlah Kesatuan Aksi Karyawan Perusahaan Listrik di seluruh penjuru tanah air untuk mengambil alih
Perusahaan Listrik bekas milik swasta Belanda dari tangan tentara Jepang. Perusahaan Listrik yang sudah diambil alih itu diserahkan kepada Pemerintah RI dalam hal ini Departemen
Pekerjaan Umum. Untuk mengenang peristiwa ambil alih itu, maka dengan Penetapan Pemerintah No.1 SD45 ditetapkan tanggal 27 Oktober sebagai Hari Listrik. Sejarah kemudian
membuktikan bahwa dalam suasana yang semakin memburuk dalam hubungan Indonesia – Belanda, pada tanggal 3 Oktober 1953 keluar Surat Keputusan Presiden No.163 yang memuat
ketentuan nasionalisasi perusahaan listrik milik swasta Belanda sebagai bagian dari perwujudan pasal 33 ayat 2 Undang – Undang Dasar 1945.
Setelah aksi pengambilalihan itu, sejak tahun 1955 berdirilah Perusahaan Listrik Negara distribusi cabang Sumatera Utara Sumatera Timur dan Tapanuli yang dikepalai oleh R.
Sukarno merangkap Kepala di Aceh, dan pada tahun 1959 dikepalai oleh Ahmad Syaifullah. Setelah Badan Pekerjaan Umum BPU Perusahaan Listrik Negara berdiri dengan Surat
Keputusan Menteri Pekerjan Umum Tinggi No.16120 tanggal 20 Mei 1961 maka organisasi
pembangkit tenaga listrik di Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau diubah menjadi
PLN Eksploitasi I. Pada tahun1965, BPU Perusahaan Listrik Negara dibubarkan dengan Peraturan Menteri
Perusahaan Umum Tenaga Listrik No.9PRT64 dan Peraturan Umum Menteri Perusahaan
Hafnida : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Jumlah Daya Listrik Di Kota Medan, 2010.
Umum Tenaga Listrik No.1PRT65 ditetapkan pembagian daerah kerja PLN yang menjadi kesatuan daerah eksploitasi Sumatera Utara tetap sebagai Eksploitasi I.
Dari Eksploitasi I Menjadi Eksploitasi II
Sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Eksploitasi I Sumatera Utara tersebut, maka dengan keputusan Direksi PLN No.KPTS009DIRPLN66 tanggal 14 April 1966, PLN
Eksploitasi I dibagi menjadi 6 cabang dan sektor yaitu cabang Medan, Binjai, Sibolga, Pematang Siantar, Rantau Parapat dan Padang Sidempuan. Peraturan Pemerintah No.18 tahun
1972 mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dengan hak, wewenang dan tanggung jawab membangkitkan, menyalurkan, mendistribusikan tenaga listrik
keseluruh Wilayah Negara RI. Dalam Surat Keputusan Menteri tersebut PLN Eksploitasi I Sumatera Utara diubah menjadi PLN Eksploitasi II Sumatera Utara.
Ekploitasi II Menjadi Wilayah II
Kemudian menyusul Peraturan Menteri Perusahan Umum Tenaga Listrik No.013PRT75 yang berubah dari PLN Eksploitasi menjadi PLN Wilayah. PLN Eksploitasi II menjadi PLN
Wilayah II Sumatera Utara.
Dari PERUM Menjadi PERSERO
Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No.231994 tanggal 16 Juni 1994 maka ditetapkan status PLN sebagai persero. Adapun yang melatarbelakangi perubahan status tersebut
adalah untuk mengantisipasi kebutuhan listrik yang terus meningkat dewasa ini. Pada abad ke- 21, PLN harus mampu menggunakan tolak ukur internasional, dan harus mampu berswadaya
Hafnida : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Jumlah Daya Listrik Di Kota Medan, 2010.
tinggi, dengan manajemen yag berani, transparan, terbuka, desentralisasi, pusat laba profit center dan pusat kas cost center.
Perkembangan pembangkit tenaga listrik di Sumatera Utara terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang begitu pesat, hal ini ditandai dengan semakin
bertambahnya jumlah pelangan, perkembangan fasilitas pembangkit tenaga listrik, kemampuan pasokan pembangkit tenaga listrik dan indikasi – indikasi pertumbuhan lainnya. Untuk
mengantisipasi pertumbuhan dan perkembangan pembangkit tenaga listrik Sumatera Utara dimasa yang akan datang serta sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan jasa
pembangkit tenaga listrik, maka berdasarkan Surat Keputusan Menteri No.078.K023DIR1996 tanggal 8 Agustus 1996 dibentuk organisasi baru di bidang jasa pelayanan pembangkit tenaga
listrik yaitu PT PLN Persero Pembangkit dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara. Dengan pembentukan organisasi PT PLN Persero Pembangkit dan Penyaluran
Sumatera Bagian Utara yang terpisah dari PLN Wilayah Sumatera Utara, maka fungsi – fungsi pembangkitan dan penyaluran yang sebelumnya dikelola PLN Wilayah Sumatera Utara berpisah
tanggung jawab ke PLN Pembangkit dan Penyalur Sumatera Bagian Utara. Sementara itu, PLN Wilayah Sumatera Utara berkonsentrasi pada distribusi dan penyaluran tenaga listrik.
4.2.2 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan 1.Visi Perusahaan