Analisis Pemanfaatan Dana Kredit Pemerintah Yang Disalurkan Melalui Lembaga Perbankan (Studi Kasus Terhadap Usaha Kecil Di Kota Kabanjahe, Kabupaten Karo)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA – 1 MEDAN

ANALISIS PEMANFAATAN DANA KREDIT PEMERINTAH

YANG DISALURKAN MELALUI LEMBAGA PERBANKAN

(STUDI KASUS TERHADAP USAHA KECIL DI KOTA

KABANJAHE, KABUPATEN KARO)

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH :

BENNY Y. BANGUN 040502083 MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Benny Y. Bangun (2009). Analisis Pemanfaatan Dana Kredit Pemerintah yang Disalurkan Melalui Lembaga Perbankan (Studi Kasus Terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Kabanjahe, Kabupaten Karo). Ibu Dra. Marhaini, MS selaku Dosen Pembimbing, Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi selaku Ketua Departemen Manajemen, Bapak Drs. Raja Bongsu, MSi dan Ibu Dra. Yulinda,Msi selaku dosen penguji.

Ekonomi usaha mikro kecil menengah (UMKM) selama ini telah memainkan peran yang cukup strategis dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun regional. Bahkan dalam periode paska krisis, UMKM tetap memperlihatkan kinerjanya sebagai katup pengaman perekonomian dengan menyediakan ragam lapangan usaha yang luas bagi angkatan kerja. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun juga semakin meningkat. Kota Kabanjahe, Kabupaten Karo pertumbuhan UMKM juga mengalami peningkatan tiap tahunnya. Penyaluran kredit bagi UMKM di Kabupaten Karo juga bertambah nilainya tiap tahun. Hal ini merupakan indikasi bagi pemacuan sector UMKM di Kabupaten Karo khususnya kota Kabanjahe. Penelitian ini merupakanpenelitian terhadap usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang menerima dan memenfaatkan dana kredit pemerintah yang disalurkan meleui lembaga perbankan.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah kredit terhadap UMKM yang disalurkan pemerintah melalui lembaga perbankan diterima dan memberikan manfaat bagi UMKM di Kabanjahe.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kredit pemerintah yang disalurkan bagi UMKM di Kabanjahe memberikan manfaat bagi UMKM bagi pengembangan usahanya. Walaupun belum semua UMKM yang ada memanfaatkan kredit tersebut. Hasil ini dapat dilihat dari analisis deskriptif yang menunjukkan bahwa kredit pemerintah yang diterima dapat dimanfaatkan untuk perluasan usaha, pertambahan tenaga kerja dan penambahan jenis usaha.

Kata Kunci : Kredit Pemerintah, Usaha MIkro Kecil Menengah (UMKM), Perbankan


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunianya sehinnga penulis dapat menyaelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pemanfaatan Dana Kredit Pemerintah yang Disalurkan Melaui Lembaga Perbankan (Studi Kasus Terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Kabanjahe, Kabupaten Karo)

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan Program Strata- 1 pada Fakultas Ekonomi Departemen Manajemen.

Penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tulisan ini. Penulis berterimakasih kepada:

1. Drs. John Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatra Utara

2. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatra Utara.

3. Dra. Marhaini, MS selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan memberikan bimbingan, arahan dan perhatian yang besar dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Drs. Raja Bongsu Hutagalung, M.Si selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis.


(4)

5. Dra. Yulinda, M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan dorongan bagi penulis.

6. Keluargaku : Bapak R. Bangun, SH dan Mamak S. Surbakti, abangku Ady Putra Bangun. Terimakasih untuk kasih, kesabaran, semangat dan doa kalian. Tuhan memberkati.

7. Sry ‘cik’ Juliana. Terimakasih untuk memori dan cinta. Sampai kita bertemu lagi.

8. Jefry Maulana Barus dan Stevanus Bukit, sahabatku. Terimakasih atas semangat kalian. Waktu yang kita habiskan bersama adalah waktu-waktu terbaikku.

9. Semua teman-teman mahasiswa Departemen Manajemen, Stanley, Dani, Tohom, Simon, Rocky, Hokbin, William, Whitetop, Juni, Rahmat, Selamat, Arif dan teman-teman lain. Terimakasih atas bantuan dan dukungan kalian yang sangat berharga selama penulisan skripsi maupun dalam masa perkuliahan.

10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi pembaca sekalian.

Medan, April 2009 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BABI PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Kerangka konseptual ... 5

D. Hipotesis ... 6

E. Tujuan dan manfaat penelitian ... 6

1.Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 6

F. Metode Penelitian ... 7

1. Batasan Operasional Variabel ... 7

2. Definisi Operasional Variabel ... 8

3. Lokasi dan Waktu penelitian ... 8


(6)

5. Jenis Data ... 9

6. Teknik Pengumpulan Data ... 9

7. Metode Analisis Data ... 10

BAB II URAIAN TEORiTIS ... 11

A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Kredit ... 11

1. Defenisi ... 11

2. Tujuan Kredit ... 13

3. Kredit Pemerintah ... 14

4. Lembaga Penyaluran Kredit Pemerintah ... 15

5. Kebijaksanaan Perkreditan Bank Indonesia Terhadap UMKM . 17 6. Jenis UMKM ... 18

7. Lembaga Penyalur Kredit UMKM ... 20

C. Usaha Kecil Menengah (UKM) ... 27

1. Pengertian UMKM ... 27

2. Karakteristik UMKM ... 29

3. Keunggulan dan Kelemahan UMKM ... 30

4. Strategi Pengembangan UMKM ... 31

5. Permodalan UMKM ... 32

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 33

A. Gambaran Umum Kota Kabanjahe ... 33

B. Peluang Pengembangan dan Pemanfaatan Kredit Bagi UMKM ... 33


(7)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Analisis Deskriptif ... 43

1. Latarbelakang Pengusaha UKM ... 43

a. Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

b. Status Tempat Usaha ... 44

c. Berdasarkan Penyerapan Tenaga Kerja Awal ... 45

d. Berdasarkan Lokasi Pemasaran ... 47

e. Perluasan Usaha ... 49

f. Struktur Modal ... 51

g. Pemanfaatan Kredit ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1.1 : Gambaran Perkembangan UMKM di

Indonesia ... 1 2. Gambar 1.2 : Kerangka Konseptual ... 6 3. Gambar 4.1 : Jenis Kelamin Pengusaha UMKM di

Kabanjahe ... 44 4. Gambar 4.2 : Status Tempat Usaha Pengusaha UMKM di

Kabanjahe ... 46 5. Gambar 4.3 : Jumlah Tenaga Kerja UMKM di Kabanjahe .. 47 6. Gambar 4.4 : Jumlah Tenaga Kerja 2008 UMKM di

Kabanjahe ... 48 7. Gambar 4.5 : Lokasi Pemasaran UMKM di Kabanjahe ... 49 8. Gambar 4.6 : Pengusaha UMKM di Kabanjahe Yang

Melakukan Perluasan Usaha ... 51 9. Gambar 4.7 : Struktur Modal Pengusaha UMKM di


(9)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 : Jumlah Jenis Produk Kredit Program dan Kredit

Non Program ... 21 2. Tabel 4.1 : Pengusaha UMKM di Kabanjahe Yang

Mengajukan Kredit ... 54 3. Tabel 4.2 : Pengusaha UMKM di Kabanjahe Yang

Menerima Kredit ... 60 4. Tabel 4.3 : Pemanfaatan Kredit Oleh UMKM di


(10)

ABSTRAK

Benny Y. Bangun (2009). Analisis Pemanfaatan Dana Kredit Pemerintah yang Disalurkan Melalui Lembaga Perbankan (Studi Kasus Terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Kabanjahe, Kabupaten Karo). Ibu Dra. Marhaini, MS selaku Dosen Pembimbing, Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi selaku Ketua Departemen Manajemen, Bapak Drs. Raja Bongsu, MSi dan Ibu Dra. Yulinda,Msi selaku dosen penguji.

Ekonomi usaha mikro kecil menengah (UMKM) selama ini telah memainkan peran yang cukup strategis dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun regional. Bahkan dalam periode paska krisis, UMKM tetap memperlihatkan kinerjanya sebagai katup pengaman perekonomian dengan menyediakan ragam lapangan usaha yang luas bagi angkatan kerja. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun juga semakin meningkat. Kota Kabanjahe, Kabupaten Karo pertumbuhan UMKM juga mengalami peningkatan tiap tahunnya. Penyaluran kredit bagi UMKM di Kabupaten Karo juga bertambah nilainya tiap tahun. Hal ini merupakan indikasi bagi pemacuan sector UMKM di Kabupaten Karo khususnya kota Kabanjahe. Penelitian ini merupakanpenelitian terhadap usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang menerima dan memenfaatkan dana kredit pemerintah yang disalurkan meleui lembaga perbankan.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah kredit terhadap UMKM yang disalurkan pemerintah melalui lembaga perbankan diterima dan memberikan manfaat bagi UMKM di Kabanjahe.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kredit pemerintah yang disalurkan bagi UMKM di Kabanjahe memberikan manfaat bagi UMKM bagi pengembangan usahanya. Walaupun belum semua UMKM yang ada memanfaatkan kredit tersebut. Hasil ini dapat dilihat dari analisis deskriptif yang menunjukkan bahwa kredit pemerintah yang diterima dapat dimanfaatkan untuk perluasan usaha, pertambahan tenaga kerja dan penambahan jenis usaha.

Kata Kunci : Kredit Pemerintah, Usaha MIkro Kecil Menengah (UMKM), Perbankan


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ekonomi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) selama ini telah memainkan peran yang cukup strategis dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun regional. Bahkan dalam periode paska krisis UMKM tetap memperlihatkan kinerjanya sebagai katup pengaman perekonomian dengan menyediakan ragam lapangan usaha yang luas bagi angkatan kerja. UMKM disini memiliki pengertian industry yang melibatkan 5-19 tenaga kerja untuk usaha kecil dan 20-99 orang tenaga kerja untuk usaha menengah(Badan Pusat Statistik). Pertumbuhan produksi usaha menengah adalah yang paling dinamis. Kedua adalah usaha kecil dan yang ketiga adalah usaha besar. Ini merupakan pola umum, karena terjadi di banyak negara di mana yang tumbuh paling dominan bukan yang besar dan bukan juga yang yang kecil, tetapi yang menengah.

Jenis UMKM Tahun 2003 Tahun 2005

Usaha Kecil 39,4 % 41,1 %

Usaha Menengah 14,8 % 15,6 %

Usaha Besar 45,5 % 43,3 %

Gambar 1. 1 Gambaran Perkembangan UMKM di Indonesia

Sumber : Tempo Interaktif

Sementara itu, UMKM di sektor pertanian mencapai 95% sektor perdagangan, hotel dan restoran jumlah UMKM mencapai 96,4%, sektor bangunan sebanyak 66,4%, pengangkutan dan komunikasi sebanyak 63,3%. Sedangkan sisanya


(12)

merupakan usaha besar (Tempo Interaktif, 12 Mei 2005). Secara keseluruhan, jumlah UMKM dari tahun 2003 sampai tahun 2005 mengalami peningkatan dimana pada tahun 2003 berjumlah 39,2 juta (Jawa Pos,11 Maret 2003), sedangkan pada tahun 2005 telah mencapai 42 juta unit. Ini setara dengan dengan 99 persen dari total unit usaha yang ada. Sektor UMKM juga menyerap tenaga kerja yang besar yaitu mencapai 79 juta jiwa, dari sekitar 100 juta angkutan kerja di Indonesia. (Tempo Interaktif, 8 Juni 2005). Oleh karena itu, UMKM sangat penting dalam mendukung perekonomian nasional karena merupakan sarana penyediaan lapangan kerja serta menjadi penyangga kehidupan masyarakat.

Kota Kabanjahe, Kabupaten Karo pertumbuhan UMKM juga mengalami peningkatan. Hal tersebut mendorong timbulnya kebutuhan kredit untuk pengembangan usahanya. Penyaluran kredit UMKM di Kabupaten Karo hingga tahun 2007 mencapai sedikitnya Rp 2,4 Miliar.(Harian Sinar Indonesia Baru, 3 Desember 2007). Dimana sebagian besar UMKM yang ada masuk ke dalam kelompok kredit mikro. Kredit mikro adalah kredit yang diterima oleh usaha produktif milik warga Indonesia yang memiliki hasil penjualan paling banyak Rp100 juta/tahun dan dapat mengajukan kredit paling banyak Rp 50 juta. Jumlah ini mengalami peningkatan dibanding pada periode yang sama tahun lalu Kabupaten Karo menerima sekitar Rp 1,9 miliar untuk kredit UMKM.

Ini merupakan indikasi bagi pemacuan sektor UMKM di Kabupaten Karo, khususnya kota Kabanjahe. Penyaluran kredit ini telah membantu 3.291unit UMKM yang bergerak di berbagai bidang usaha, dimana pada periode yang sama tahun sebelumnya, kredit yang disalurkan pemerintah untuk UMKM dapat membantu


(13)

sekitar 2.663 unit UMKM. Data di BI Sumatera Utara mengungkapkan penyaluran kredit UMKM di Sumatera Utara didominasi bank swasta nasional yang nilainya mencapai Rp 14.459 triliun, disusul bank pemerintah sebesar Rp 11,161 triliun, sedang bank asing/campuran menyalurkan Rp 518.279 miliar. (www.waspada.co.id). Adapun bank yang berperan dalam penyaluran kredit kepada UMKM di kota Kabanjahe ialah Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, Bank Permata, Bank Mandiri, dan Bank Danamon Indonesia. Dari pertumbuhan penyaluran kredit UMKM bank swasta nasional juga paling ekspansif yaitu sebesar 50,74% sedang bank pemerintah hanya 15,86%, sementara bank asing justru minus 47,58%. Kualitas penyaluran kredit UMKM bank swasta nasional paling bagus. Hal itu terlihat dari posisi kredit bermasalahnya (Non Performing loan/NPL) yang hanya 2,1% sementara bank pemerintah mencapai 4,25%, sedang bank asing/campuran 6,21%. Pesatnya pertumbuhan kredit bank swasta merupakan fenomena yang wajar karena secara umum bank swasta lebih fleksibel melayani nasabahnya. Dengan tidak mengabaikan aspek kehati-hatian, secara umum bank swasta lebih cepat dalam pemutusan kredit dibanding bank pemerintah yang cenderung masih dikendalikan dari pusat. Bank pemerintah dalam pemberian kredit skala tertentu masih harus menunggu keputusan kanwil, sedang pada bank swasta di tingkat kantor cabang sudah biasa diambil keputusan tersebut. Ini merupakan salah satu sebab mengapa ekspansi kredit bank pemerintah relatif lebih lamban.

Meskipun penyaluran kredit pada sektor UMKM terus mengalami peningkatan tetapi dalam kenyataanya masih banyak UMKM yang menghadapi


(14)

banyak kesulitan dalam hal pengajuan kredit. Ada beberapa alasan mengapa lembaga keuangan termasuk perbankan masih sulit diakses oleh UMKM antara lain:

1. Masih banyak UMKM yang belum memenuhi persyaratan bank teknis. 2. Masalah permodalan ternyata bukan merupakan kendala utama bagi

UMKM. Permasalahan utamanya justru terkait dengan pemasaran, produksi, teknologi, SDM, administrasi, perijinan dan lain-lain.

3. Masih ada anggapan bahwa berhubungan dengan lembaga keuangan itu rumit, dan hanya orang-orang yang memiliki koneksi saja yang bisa mendapatkan kredit.

Meskipun penyaluran kredit pemerintah semakin meningkat, tetapi masih banyak UMKM belum memanfaatkan dengan baik kredit yang disediakan pemerintah. Hal serupa diakui juga oleh Menteri Koperasi dan UKM Suryadharma Ali bahwa penyaluran kredit bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari surat utang pemerintah (SUP) 2005 baru 70 persen dari alokasi Rp3,1 triliun(Warta Ekonomi, 11 Agustus 2005).

Berdasarkan uraian diatas , maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PEMANFAATAN DANA KREDIT PEMERINTAH YANG DISALURKAN MELALUI LEMBAGA PERBANKAN (STUDI KASUS TERHADAP USAHA KECIL DI KOTA KABANJAHE, KABUPATEN KARO)”


(15)

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana pemanfatan dana kredit pemerintah yang disalurkan melalui lembaga perbankan oleh usaha kecil yang terdapat di kota Kabanjahe.”

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan penjelasan secara teoritis pertautan antara variable yang akan diteliti (Sugiyono,2006). Kerangka ini mengambarkan hubungan antara variabel yang akan diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskriptifkan.

Pemberian kredit dalam arti luas adalah berhubungan dengan proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pemberian kredit dari bank bagi para nasabahnya. Sedangkan dalam arti yang lebih spesifik, manajemen kredit adalah proses yang berhubungan dengan pembuatan keputusan kepemimpinan perbankan dalam pemberian kredit kepada nasabahnya. Sedangkan menurut Sinungan (1995:3), kredit pada dasarnya merupakan suatu proses yang terintegrasi antara sumber-sumber dana, alokasi dana yang dapat dijadikan kredit dengan perencanaan, pengorganisasian, pemberian, administrasi dan pengamanan kredit.

Pemberian kredit usaha kecil oleh pemerintah bertujuan untuk memajukan kinerja usaha kecil dengan cara memberikan bantuan pinjaman modal bagi usaha kecil dengan bunga rendah. Dengan kebijakan tersebut, sebagai konsekuensinya pemerintah akan bertanggungjawab atas kelanjutan pembiayaan kredit program pada usaha kecil.


(16)

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan model atau bagan kerangka konseptual dalam gambar 1.1 berikut ini:

Gambar 1.2 Kerangka Konseptual

Sumber : Jeffry, 2005 (diolah)

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang harus dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan perumusan masalah yang diberikan maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: “Pemanfaatan dana kredit pemerintah melalui lembaga perbankan bagi usaha kecil di kota Kabanjahe.”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan dana kredit pemerintah yang disalurkan melalui lembaga perbankan bagi usaha kecil di kota Kabanjahe.

2. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang ingin diperoleh dengan diadakannya penelitian ini diperoleh:

Kredit Pemerintah

Lembaga Perbankan

UMKM Kabanjahe

Menerima Kredit


(17)

a. Sebagai informasi masukan bagi Pemerintah Daerah (PEMDA) Kabupaten Karo mengenai keadaan UMKM di Kabupaten Karo di Kabanjahe khususnya, kendala-kendala yang dihadapi pengusaha UMKM dalam memperoleh kredit untuk bantuan modal usahanya sehingga PEMDA Karo dapat lebih memperhatikan dan menangani kendala-kendala tersebut agar UMKM di kota Kabanjahe dapat semakin berkembang.

b. Bagi pelaku bisnis khususnya pengusaha UMKM, sebagai masukan pengetahuan serta informasi bagi pengusaha UMKM di kota Kabanjahe jika membutuhkan kredit pemerintah untuk pengembangan usaha.

c. Bagi Fakultas Ekonomi USU, diharapkan dapat menambah atau memperluas khazanah penelitian yang ada.

d. Bagi peneliti, memberikan kontribusi bagi pemikiran untuk memperluas cakrawala berpikir khususnya dalam bidang UMKM.

e. Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Batasan operasional penelitian ini adalah

a. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pemanfaatan kredit usaha kacil yang diberikan pemerintah yang disalurkan melalui Bank BRI, Bank BNI, Bank Permata, Bank Mandiri, Bank Danamon, Bank Sumut di kota Kabanjahe.


(18)

b. Penelitian dilakukaan untuk mengetahui pemanfaatan kredit usaha kecil yang diberikan pemerintah di kota Kabanjahe.

2. Definisi Operasional

Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian, maka perlu defenisi variable. Variable yang akan di teliti adalah sebagai berikut:

1. Usaha kecil dan menengah adalah usaha yang terdaftar di Depperindag Kabupaten Karo dengan aset paling banyak Rp 200.000.000,-

2. Kredit pemerintah adalah kredit yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang disalurkan melalui lembaga perbankan yaitu : Bank BRI, Bank BNI, Bank Permata, Bank Mandiri, Bank Danamon, Bank Sumut.

3. Pemanfaatan kredit adalah proporsi penggunaan kredit yang sudah diterima oleh pengusaha UMKM.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada usaha kecil dan menengah yang terdapat di kota Kabanjahe Kabupaten Karo yang dilakukan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan bulan April 2009.

4. Populasi dan Sampel

Menurut Kuncoro (2003), Populasi adalah sekelompok elemen yang lengkap yang biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya atau objek penelitian.


(19)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua usaha kecil dan menengah yang bergerak dalam penjualan pupuk yang terdaftar dalam deperindag yang berada di kota Kabanjahe yang berjumlah 25 perusahaan.

Metode pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan kriteria tertentu. Kriteria yang dipakai dalam penelitian ini adalah UKM yang bergerak dalam bidang penjualan pupuk

Metode penentuan sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode sampel jenuh. Metode sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi di gunakan menjadi sampel, dengan demikian jumlah sampel yang di dapat adalah sebanyak 25 UKM.

5. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya yaitu wawancara dengan pengusaha UMKM dan Kepala bagian penyaluran kredit dari tiap bank yang bersangkutan.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang telah diolah seperti buku-buku pendukung, internet, majalah untuk mendukung penelitian ini.

6. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Dokumentasi

Dilakukan dengan meneliti dokumen-dokumen dan bahan tulisan dari perusahaan tempat meneliti serta sumber-sumber lain seperti dari bank yang


(20)

bersangkutan. b. Wawancara

Wawancara dilakukan secara langsung bagian penyaluran kredit bank dan pengusaha UMKM yang ada di Kabanjahe.

7. Metode Analisis Data

Metode statistik deskriptif adalah suatu metode analisi di mana data yang dikumpulkan mula-mula disusun, diklasifikasikan dan dianalisis sehingga akan memberikan gambaran yang jelas mengenai perusahaan dan masalah yang sedang dianalisis.

Jika tujuan penelitian adalah deskriptif yang terbatas pada upaya memberi suatu gambaran tentang variable-variabel yang diteliti, teknis, analisis yang sering digunakan adalah statistika dasar yang berkaitan dengan parameter statistic deskriptif. Termasuk dalam parameter statistik deskriptif adalah penyajian data melalui tabel, grafik diagram lingkaran, peitogram, perhitungan, modus, median, perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran dan melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi.


(21)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jefry Maulana, 2005 dengan judul penelitian “ Analisa Pemanfaatan Kredit Pemerintah Melalui Lembaga Perbankan di Kota Surabaya” dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pemanfaatan kredit di kota Surabaya sudah optimal karena penebaran kredit usaha kecil melibatkan 20 bank yang ada di kota Surabaya

B. Kredit 1. Defenisi

Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani “ credere” yang berarti kepercayaan (truth and faith). Dengan demikian, seseorang yang memperoleh kepercayaan di mana kreditur percaya bahwa debitur akan mengembalikan pinjaman tersebut sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati ( Hasibuan 1997 : 92 ).

Dalam praktek sehari-hari pengertian ini selanjutnya berkembang lebih luas lagi, antara lain :

1. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan, ditangguhkan pada jangka waktu yang disepakati.


(22)

2. Sedangkan pengertian yang lebih mapan untuk kegiatan perbankan di Indonesia, pengertian kredit ini telah dirumuskan dalam bab 1, pasal 1, 2 Undang-Undang Pokok Perbankan No. 14 Tahun 1967 yang merumuskan :

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan antara Bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan”.

3. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan menyebutkan bahwa:

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman-meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. 4. Menurut Mulyono (1994 : 10), pengertian kredit adalah kemempuan untuk

melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan, ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang telah disepakati.

Kredit merupakan hal penting untuk mengatasi kekurangan modal yang dapat dijadikan alasan oleh pengusaha kecil dan menengah selain masalah bahan baku dan pemasaran. Dalam rangka membantu perkembangan usaha ini, pemerintah melalui perbankan telah menyediakan fasilitas kredit untuk usaha kecil dengan syarat lunak. Bank dalam memberikan kredit, selain berorientasi untuk memperoleh laba/ keuntungan, dalam arti dengan memberikan kredit bank dapat memperoleh hasil yang setingi-tingginya dari uang yang dipinjamkan tanpa mempersoalkan penggunaan


(23)

kredit tersebut, tetapi juga bertitik tolak dari segi sosial ekonomi, yaitu penilaian kredit yang dipusatkan kepada faktor-faktor tidak hanya pada penerimaan kredit tetapi juga masyarakat sekitarnya. Bank dalam memberikan kredit tidak hanya bertitik tolak mencari keuntungan, tetapi memperhatikan kepentingan dan kebutuhan masyarakat sehingga menambah kemakmuran masyarakat (Simorangkir, 2000 : 101).

2. Tujuan Kredit

Sesuai dengan tujuan pembangunan, dalam memberikan kredit bank tidak semata-mata mencari keuntungan sebesar-besarnya. Tujuan lain yang ingin dicapai dalam pemberian kredit terutama bagi bank pemerintah yang berperan sabagai agent of development adalah :

1. Ikut mensukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan. 2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna

menjamin terpenuhnya kebutuhan masyarakat.

3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin, dan dapat memperluas usahanya.

Dari tujuan tersebut terlihat adanya kepentingan yang seimbang antara kepentingan masyarakat (rakyat) dan kepentingan pemilik modal. Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain :

a. Kredit pada hakekatnya dapat meningkatkan daya guna uang. b. Kredit dapat meningkatkan peredaran lalu lintas uang.

c. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang. d. Kredit merupakan salah satu alat stabilitas ekonomi.


(24)

f. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan.

g. Kredit merupakan alat untuk meningkatkan hubungan internasional.

3. Kredit Pemerintah

Menurut Nasakti Nasution selaku Konsultan Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (PUMK) Bank Indonesia menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) disalurkan oleh Departemen Keuangan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) koordinator. BUMN koordinator diberikan kewenangan untuk menunjuk bank pelaksana sebagai penyalur kredit pemerintah serta mengelola angsuran pokok yang diterima dari bank pelaksana. Angsuran pokok tersebut wajib disalurkan melalui skim kredit yang sesuai dengan skim kredit yang menjadi wewenangnya. BUMN koordinator wajib menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia mengenai pengelolaan yang telah dilakukannya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Keuangan (Menkeu) No. 487/KMK.017/1999 tanggal 13 Oktober 1999 tentang penunjukkan BUMN sebagai koordinator penyalur kredit program, pemerintah telah menetapkan yakni (Effendy et al. 2001 : 188) :

1. BRI sebagai koordinator pengelola kredit program skim Kredit Usaha Tani (KUT), KKOP dan Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA)-TR.

2. BTN sebagai koordinator pengelola kredit program skim KPRS/RSS.

3. PT. Permodalan Nasional Madani (PT. PNM) sebagai koordinator pengelola kredit program lainnya (skim KKPA Umum, KKPA TR, KKPA PIR-Trans KTI, KKPA TKI, KMK BPR, PPKM BPR Syariah, KPKM Bank Umum, KKPA Bagi


(25)

Hasil, KKPA Nelayan, KKPA Unggas dan Kredit Usaha Angkutan Umum Bus Perkotaan).

Pemerintah memanfaatkan lembaga yang ada dan yang telah berpengalaman di bidang kredit program kecuali PT. PNM (Persero) yang baru dibentuk dan diharapkan dapat menjadi lembaga keuangan yang khusus membiayai usaha kecil diluar sektor perbankan.

Menurut Arif Hidayat selaku direktur pengelola CTLC (Community Based Training and Learning Center) Forum Daerah UKM, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) berasal dari pendapatan daerah dan dana perimbangan dari APBN, yaitu Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH). Pemerintah Provinsi menganggarkan APBD untuk kredit yang disalurkan kepada UMKM dalam bentuk dana bergulir modal kerja, Pemerintah Provinsi juga menetapkan dinas-dinas yang merekomendasikan dan menyeleksi kelayakan UMKM untuk menerima kredit dari bank pelaksana yang ditunjuk Pemerintah Provinsi untuk menyalurkan kredit UMKM. Sebelum menyetujui kredit, bank pelaksana akan melakukan survey untuk memenuhi kelengkapan administrasinya.

4. Lembaga Penyalur Kredit Pemerintah

Pemerintah telah menempuh berbagai langkah kebijakan yang terpadu di semua sektor ekonomi, meliputi : kebijakan fiskal, moneter, keuangan, sektor riil, termasuk didalamnya revitalisasi kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral. Dalam implementasinya Undang-Undang No. 13 Tahun 1968 tentang bank sentral yang kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang yang baru yaitu


(26)

Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang disahkan pada tanggal 17 Mei 1999 secara yuridis, kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia selanjutnya akan berlandaskan kepada Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 yang menetapkan bahwa Bank Indonesia bertugas :

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. 2. Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran. 3. Mengatur dan mengawasi bank.

Dengan terfokusnya tugas Bank Indonesia pada ketiga hal tersebut, maka tugas yang selama ini dilakukan oleh Bank Indonesia seperti pemberian kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dalam rangka kredit program dialihkan kepada BUMN yang ditunjuk pemerintah. Pengalihan tugas pemberian kredit program tersebut dijelaskan secara khusus pada pasal 74 Undang-Undang No. 23 Tahun 1999, yakni :

1. KLBI dalam rangka kredit program yang masih berjalan dan belum jatuh tempo seperti yang telah disetujui tetapi belum ditarik, dialihkan berdasarkan suatu perjanjian kepada BUMN yang ditunjuk pemerintah, dalam jangka waktu paling lama 6 bulan sejak berlakunya undang-undang ini.

2. BUMN sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dapat mengelola hasil angsuran dan atau pelunasan pokok dan bunga kredit likuiditas dimaksud sampai dengan jangka waktu kredit likuiditas tersebut berakhir.

3. Subsidi bunga atas kredit likuiditas yang berada dalam pengelolaan BUMN sebagaiman dimaksud pada ayat (2) tetap menjadi beban pemerintah.


(27)

Dengan kebijakan tersebut, sesuai konsekuensinya pemerintah akan bertanggung jawab atas kelanjutan pembiayaan kredit program kepada usaha kecil, menengah dan koperasi. Adapun sebelum pengalihan KLBI dalam rangka kredit program atau selama masa transisi pengalihan Bank Indonesia masih dapat merealisasikan KLBI tersebut, yaitu atas plafon KLBI dimaksud yang telah disediakan sebelum berlakunya Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia, dengan batas waktu penarikan sampai dengan tanggal dialihkannya KLBI dalam rangka kredit program kepada BUMN atau selambat-lambatnya tanggal 16 November 1999 ( Effendy et. Al., 2001 : 186-188).

5. Kebijaksanaan Perkreditan Bank Indonesia Terhadap UMKM

Kebijaksanaan perkreditan adalah suatu rangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan terlebih dahulu baik secara tertulis ataupun tidak tertulis sebelum pelaksanaan perkreditan itu sendiri berlangsung. Karena kebijaksanaan/policy ini akan menjadi pedoman kerja di bidang perkreditan maka kebijaksanaan tersebut harus mengandung keputusan-keputusan politis, keputusan-keputusan yang bersifat teknik operasionil.

Bank Indonesia terus meningkatkan perannya dalam turut memberdayakan UMKM, utamanya melalui langkah dan kebijaksanaan yang mendorong perbankan untuk membiayai usaha mikro kecil menengah. Dalam kaitan ini upaya yang ditempuh Bank Indonesia dilakukan melalui 3 pilar strategi, yaitu :

1.Kebijakan kredit perbankan 2.Pemberian bantuan teknis


(28)

Di bidang kebijakan kredit perbankan, Bank Indonesia mendorong bank-bank untuk menyalurkan Kredit Usaha Kecil (KUK) dan mencantumkanya dalam bussines plan serta melaporkannya dalam laporan keuangan publikasi sehingga masyarakat dapat menilai bank-bank yang berpihak terhadap pengembangan usaha kecil. Agar lebih meningkatkan realisasi kredit UMKM sesuai dengan bussines plan -nya. Bank Indonesia juga terus mendorong kerjasama (linkage programe) antara Bank Umum dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam rangka meningkatkan penyaluran kredit kepada usaha mikro, mendukung pembentukan unit layanan khusus mikro, kecil dan menengah (UMKM Center) di kantor-kantor cabang bank dan menyesuaikan ketentuan perbankan guna mendorong penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan perarutan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam hal ini,Bank Indonesia juga bekerja sama dengan PT. PNM (persero). PT. PNM adalah perusahaan yang sepenuhnya dimiliki pemerintah. Tugas pokoknya adalah menyediakan berbagai layanan keuangan dan bukan keuangan kepada berbagai usaha berskala menengah, kecil, mikro dan koperasi yang didasarkan pada kelayakan usaha dan prinsip-prinsip perekonomian pasar. Pembiayaan PT. PNM diselenggarakan atas dana modal yang disediakan oleh pemerintah dan dana yang berasal dari anggaran pendapatan dan belanja daerah dan nasional serta dana dari para investor asing.

6. Jenis Kredit UMKM

Kredit merupakan suatu kontributor utama perbankan. Kredit sebagai produk perbankan bervariasi dan berkembang sesuai dengan kebijakan dan strategi


(29)

pemasaran perkreditan perbankan masing-masing. Secara umum jenis kredit perbankan dibedakan menjadi 2 (Laporan Hasil Survei Skim Kredit Perbankan untuk UMKM di kota Kabanjahe, Kabupaten Karo), yaitu:

a. Kredit Program

Kredit Progam adalah jenis produk kredit perbankan yang ditujukan untuk mendukung atau ditujukan untuk program tertentu dan tidak bersifat umum. Kredit jenis ini pada umumnya ditujukan untuk kegiatan usaha produktif, berbunga relatif rendah dan memperoleh dukungan dana dari luar perbankan, misalnya dari pemerintah/ dana bantuan luar negeri/ donor maupun atau lembaga swasta.

b. Kredit Non Program

Kredit Non Program adalah jenis produk perbankan yang ditujukan untuk masyarakat umum. Produk kredit umum ditawarkan dengan suku bunga pasar dengan sumber dana berasal perbankan sendiri.


(30)

Table 2. 1.

Jumlah Jenis Produk Kredit Program dan Kredit Non Program Bank Umum.

No. Nama Bank Kredit

Program

Kredit Non Program

1. PT. BANK RAKYAT INDONESIA 7 8

2. PT. BANK NEGARA INDONESIA 3 8

3. PT. BANK PERMATA 8

4. PT. BANK MANDIRI 4 7

5. PT. BANK SUMUT 11 12

6. PT. BANK DANAMON INDONESIA 2 5

Sumber : Laporan Hasil Survei Skim Kredit Perbankan untuk UMKM di Kota Kabanjahe, Tanah Karo.

Berdasarkan skala usaha dan kreditnya, kredit untuk UMKM dikelompokkan menjadi 3 kelompok kredit yaitu kredit mikro, kredit kecil dan kredit menengah. a. Kredit Mikro,adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga

Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100juta/tahun. Usaha mikro dapat mengajukan kredit paling banyak Rp 50juta,-

b. Kredit Kecil, dalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi criteria memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1 miliar per tahun serta dapat menerima kredit bank maksimal di atas Rp 50 juta sampai dengan Rp 500 juta.

c. Kredit Menengah, adalah usaha yang bersifatproduktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari Rp 200 juta sampai dengan paling banyak


(31)

sebesar Rp 10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit bank sebesar Rp 500 juta-Rp 5 miliar.

7. Lembaga Perbankan Penyalur Kredit UMKM

Beberapa Bank yang memberikan fasilitas kredit untuk UKM, sebagai berikut:

a.Bank Rakyat Indonesia (BRI)

BRI memiliki 2 kelompok skim kredit yaitu produk kredit program dan non program/umum.Produk-produk kredit tersebut dalah sebagai berikut :

1) Kredit Program, secara umum terdapat 7 produk kredit program yaitu:

a) KKP/Kredit Ketahan Pangan (Intensifikasi Padi, Pangan, Ternak Tebu Rakyat (TR),Palawija).

b) KPKM/Kredit Pengusah Kecil dan Mikro.

c) PUKK/Pengembangan Usaha Kecil dan Koperasi.

d) P4K/Proyek Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil

e) Taskin/Pengentas Kemiskinan.

f) KKOP Pangan/ Kredit Kepada Koperasi, KKT.

2)Kredit non program/umum, secara umum terdapat 8 produk kredit non program, yaitu:

a)Kredit Produktif, terdiri dari: 1) Kredit Komersial/retail

2) KKM/ Kredit Kecil Menengah, KKI/ Kredit Kecil Investasi, UKM/Usaha Kecil dan Menengah


(32)

3) KMK WA/Kredit Modal Kerja Withdraw Approve, MK R/L Co Tetap dan Co Menurun

4) Kupedes/ Kredit Umum Pedesaan b)Kredit Konsumtif, terdiri dari :

1) Tapsun/Kredit Pegawai Tetap dan Pensiunan, Kretap/Kredit Pegawai Tetap, Kresun/Kredit Pensiunan, Golbetap/Golongan Berpenghasilan tetap.

2) Express

3) KPR/Kredit Kepemilikan Rumah 4) Kupedes

5) Beberapa jenis produk kredit tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a)MK R/L Co Tetap adalah kredit modal kerja daengan kewajiban

membayar angsuran pokok dan bunga secara tetap setiap bulannya dan dalam pelaksanaanya dapat juga hanya membayar bunga saja pada setiap bulan sampai dengan akhir tahun, baru melunasi pokok pinjaman dan bunga dangan catatan kredit tersebut tdak diperpanjang lagi.

b)MK R/L Co Menurun adalah kredit modal kerja dengan persyaratan membayar pokok dan bunga yang menurun secara berkala dengan jadwal yang disepakati bersama dan dalam jangkawaktu tertentu sesuai dengan perjanjian yang dibuat.

c)KMK WA adalah kredit modal kerja yang diberikan kepada nasabah sesuai perjanjian, biasanya diberikan kepada nasabah atau


(33)

kontraktor yang mengajukan kredit ke BRI karena mendapatkan proyek dari instansi, untuk pengajuan cukup dengan SPK (Surat Perintah Kerja) dari instansi pemberi proyek, dan dana akan dicairkan per termin sesuai dengan kesepakatan..

d)Kretap/Kresun adalah kredit yang diberikan kepada pegawai atau pensiunan, kredit ini biasanya digunakan untuk keperluan konsumtif meskipun bias juga untuk modal kerja, tergantung dari penerima kredit tersebut.

e) Express adalah kredit yang biasanya diberikan kepada professional, seperti :akuntan, dokter, pengacara dan lain-lain.

f) P4K/Proyek Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan kecil adalah kredit yang diberikan kepada kelopok masyarakat, satu kelompok terdiri dari 1-15 orang anggota, dengan besar pinjaman minimal Rp500 ribu per anggota, apabila sudah lunas pinjaman dapat ditingkatkan sampai Rp2 juta per anggota per kelompok, kelompok-kelompok yang sudah dibina diharapkan mandiri dan selanjutnya diarahkan ke Kupedes. Jangka waktu pinjaman adalah 1 tahun, apabila selesai dapat ditingkatkan sesuai dengan kemampuan anggota kelompok. Pola yang digunakan adalah tanggung renteng dan bila terjadi kemacetan/tunggakan maka dilakukan pembinaan dan pemberdayaan kelompok yang menunngak/macet tersebut. Untuk pelaksannan di lapangan, BRI bekerja sama dengan KIPP (Kantor Informasi Petugas Penyuluh)


(34)

yang secara organisasi KIPP di bawah naungan pemerintah daerah setempat.

b Bank Mandiri

Terdapat 2 kelompok skim kredit di Bank Mandiri yaitu skim kredit dan program/umum. Adapun produk- produk kredit tersebut adalah sebagai berikut : 1) Kredit Program

Secara umum terdapat 4 produk kredit, yaitu: a)PKBL/Program Kemitraan dan Bina Lingkungan b)KKP/Kredit Ketahanan Pangan

c)LKM/Kredit untuk Lembaga Keuangan Mikro d)PUKK/Pengembangan Usaha Kecil dan Koperasi 2)Kredit Non Program

Beberapa skim/jenis produk kredit tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Small Business Credit,istilah ini merupakan segmentasi kredit yang digunakan

Bank Mandiri untuk pemberian kredit kepada sebuah usaha dengan hasil penjualan kotornya <Rp 5 Miliar per tahun yang saat ini pengelolaanya dilakukan oleh Commercial Banking Center (CBC). Namun istilah ini digunakan pada tingkat kantor cabang dengan pengertian/btasan kredit yang berbeda. Di kantor cabang bank, produk kredit yang diberikan kepada nasabah perorangan dan badan usaha, untuk keperluan investasi dan modal kerja, besar kredit yang diberikan berkisar Rp 1juta sampai dengan Rp 2 Miliar.

b) Middle commercial, adalah kredit yang diberikan kepada nasabah koperasi dan badan usaha untuk keperluan investasi dan modal kerja, besar kredit Rp 2


(35)

Miliar sampai dengan Rp 5 Miliar, dengan jangka waktu pengembalian 1 sampai 5 tahun.

c) KUK (Kredit Usaha Kecil) adalah kredit yang diberikan dalam rangka pengembangan usaha kecil, terutama usaha produktif dengan nilai kredit usaha produktif dengan nilai kredit antara Rp 10 juta sampai dangan 500 juta sampai dan dengan jangka waktu pengembalian 1 tahun.

d) Non KUK adalah kredit yang diberikan kepada nasabah perorangan, koperasi, badan usaha dan non usaha dengan batasan Rp 500 juta sampai dengan Rp 25 juta, dengan jangka waktu pengembalian 1 tahun.

e) Kredit Konsumtif adalah kredit yang diberikan kepada perorangan dan non badan usaha, untuk keperluan investasi dengan batasan Rp 5 juta sampai dengan Rp 25 juta, dengan jangka waktu pengembalian 2 tahun.

f) PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) adalah kredit kredit program yang dananya berasal dari penyisihan laba BUMN, untuk keperluan kemitraan dan binaan BUMN di lingkunganya atau di sekitar lokasi usaha,kredit diberikan kepada koperasi dan anggotanya, besar pemberian kredit Rp 50 juta/koperasi,dan jangka waktu sampai dengan 5 tahun.

g) Kredit untuk LKM (Lembaga Keuangan Mikro), adalah kredit program yang diberikan kepada kelompok usaha pinjaman, untuk dipinjamkan kepada anggotanya,batas kredit Rp 50 juta dan jangka waktu pengembalian 3 tahun. h) PUKK (Pengembangan Usaha Kecil dan Koperasi), adalah kredit program

yang diberikan kepada koperasi untuk anggotanya, besar kredit yang diberikan Rp5 juta sampai dengan Rp 40 juta dengan jangka waktu


(36)

pengembalian sampai dengan 5 tahun, biasanya kredit tersebut dipergunakan untuk keperluan modal kerja atau investasi.

c Bank Danamon Indonesia

Terdapat 2 kelompok skim kredit di Bank Danamon yaitu skim kredit program dan non program/umum berikut:

1) Kredit Program, terdapat 2 produk kredit program yaitu KKP dan KPKM. 2) Kredit Non Program, terdapat 5 produk kredit yaitu:

a) KB/Kredit Berjangka, KAB/Kredit Angsuran Berjangka b) KRK/Kredit Rekening Koran

c) Kredit Mikro d) Kredit kecil e) Kredit Menengah d BNI (Bank Negara Indonesia)

Terdapat 2 kelompok skim kredit di BNI yaitu skim kredit program dan non program/umum. Adapun produk-produk kredit tersebut adalah sebagai berikut:

1) Kredit Program, secara umum terdapat 3 produk kredit yaitu: a) KPKM/Kredit Pengusaha Kecil dan Mikro

b) KI-TSL, IEPC KFW/Kredit Investasi c) KKP/Kredit Ketahanan Pangan

2) Kredit Non Program,terdapat 8 produk yaitu:

a) KMK-Non KUK/Kredit Modal Kerja bagi nasabah perorangan b) KMK-KUK/Kredit Modal Kerja untuk mendukung usaha kecil c) KKU/Kredit Kecil untuk usaha kecil dan menengah


(37)

d) Kredit Mikro e) Investasi

f) Kredit Produktif sampai dengan Rp500 juta

g) Kredit Produktif Rp 500 juta sampai dengan Rp2,5 Miliar h) Kredit Produktif Rp 2,5 sampai dengan Rp 5 miliar

C. Usaha Kecil Menengah (UKM) 1. Pengertian UMKM

a)Berdasarkan Undang-undang No.9 tahun tentang Usaha Kecil:

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha)

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- 3) Milik warga negara Indonesia

4) Berdiri sendiri dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar. 5) Dapat berbentuk usaha perseorangan badan usaha yang tidak berbadan

hukum, badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi.

b)Menurut Badan Pusat Statistik, usaha kecil adalah industri yang melibatkan tenaga kerja antara 5-19 orang dan usaha menengah terdiri dari 20-99 karyawan.

c) Menteri Kenegaraan dan Koperasi & PKM : 1) UU No.9/1995 tentang Usaha Kecil:


(38)

3) Omzet tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,-

4) Inpres No.10 tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah mendefenisikan usaha menengah adalah unit kegiatan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 2.000.000.000,- sampai maksimal Rp 10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha).

d) Menurut Bank Indonesia :

UU No.9/1995 tentang Usaha Kecil:

1) Aset paling banyak Rp 2.000.000.000,- di luar tanah dan bangunan 2) Omzet tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,-

3) SK Dir No. 30/ 45/ Dir/UK tanggal 5 januari 1997 mengenai usaha menengah:

4) Untuk sektor industri, memiliki total aset paling banyak Rp 5.000.000.000,-

5) Untuk sektor non industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 600.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) 6) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 3.000.000.000,- e) Menurut Departemen Perindustrian RI UKM adalah kelompok perusahaan yang

dimiliki penduduk Indonesia dengan jumlah nilai asset kurang dari Rp 6.000.000.000,- di luar tanah dan bangunan yang diguunakan.

f) Bank dunia mendefenisikan bahwa usaha kecil melibatkan < 20 orang, sedangkan usaha menengah melibatkan pekerja 20-150 orang dengan aset paling besar US$ 500.000 diluar tanah dan bangunan.


(39)

g) Menurut Megginson dan Byrd (2000:11), usaha kecil adalah usaha yang pemiliknya mempunyai kebebasan untuk mengoperasikan usahanya, tidak dominan di bidangnya, serta tidak terikat pada kebiasaan-kebiasaan baru.Hal ini menyebabkan usahanya mungkin tidak berkembang, mereka biasanya lebih santai dan kurang agresif dalam menjalankan usahanya.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa UMKM merupakan bentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum ataupun badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi yang memiliki aset serta tenaga kerja relatif kecil, di mana pemiliknya memiliki kebebasan dalam mengoperasikan usahanya dan mengelola keuangannya.

2. Karakteristik UMKM

Usaha kecil yang ada di Indonesia memiliki cirri khas tertentu yang membedakan dengan usaha besar ataupun usaha kecil di negara lain. Ada beberapa karakteristik yang menjadi cirri khas usaha kecil (Paramita, 2001:4) antara lain: a) Mempunyai skala usaha yang kecil baik modal, penggunaan tenaga kerja maupun

orientasi pasar.

b) Banyak lokasi di pedesaan, kota-kota kecil atau daerah-daerah pinggiran kota besar.

c) Status usaha milik pribadi atau keluarga.

d) Sumber tenaga kerja berasal dari lingkungan sosial budaya (etnis, geografis). e) Pola kerja seringkali part time atau sebagai usaha sampingan dari kegiatan


(40)

f) Memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi teknologi, pengelolaan usaha dan administrasinya sederhana.

g) Struktur permodalan sangat tebatas dan kekurangan modal kerja serta sangat tergantung terhadap sumber modal sendiri dan lingkungan pribadi.

h) Izin usaha seringkali tidak dimilik dan persyaratan usaha tidak dipenuhi.

i) Strategi perusahaan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang sering berubah secara cepat.

3. Keunggulan dan Kelemahan UMKM a) Keunggulan UMKM

Beberapa keunggulan UMKM terhadap usaha besar antara lain adalah sebagai berikut (Partomo dan Soejoedono, 2004: 13) :

1) Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk.

2) Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil.

3) Kemampuan menciptakan lapangan kerja cukup banyak atau penyerapannya terhadap tenaga kerja.

4) Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibandingkan dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis.

5) Terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan.

b) Kelemahan UMKM

Selain itu ada beberapa karakteristik lain yang sering kali dinilai sebagai kelemahan usaha kecil (Paramita, 2001 : 4), yaitu :


(41)

1) Intensitas perubahan usaha sering terjadi sehingga sulit untuk membangun spesialisasi atau profesionlisme usaha.

2) Ketidakstabilan mutu produk dan adanya sifat yang cenderung ingin mencari keuntungan jangka pendek sehingga seringkali sangat spekulatif, tiru-meniru, situasi persaingan mengarah pada persaingan tidak sehat dan lain-lain, sifat yang dapat merugikan usaha jangka panjang.

3) Manajemen keuangan belum tercatat dengan baik dan belum ada perbedaan antara konsumsi rumah tangga dengan biaya produksi, usaha serta keterbatasan modal dan keterampilan.

4) Adanya keterkaitan kekerabatan yang tinggi sehingga akumulasi modal tidak dapat tercipta melainkan tersebar di antara sanak saudara.

5) Memiliki rasa kebersamaan yang menyebabkan persaingan menjadi terbatas. 6) Kebanyakan usaha kecil merupakan usaha untuk mempertahankan hidup,

bukan usaha yang produktif.

4. Strategi Pengembangan UMKM

Dalam mengembangkan dan mengatasi kendala-kendalanya, pengusaha UMKM harus merencanakan strategi bisnis yang tepat. Strategi bisnis yang perlu diambil antara lain adalah sebagai berikut (Paetomo dan Soejoedono, 2004 : 16) : a) Untuk dapat mengembangkan UMKM perlu dipelajari terlebih dahulu

tentang cirri-ciri definisi atau pengertian kelemahan-kelemahan serta potensi-potensi yang tersedia serta perundang-undangan yang mengatur UMKM.

b) Dibadan usaha tersebut diperlukan bantuan manajerial agar tumbuh inovasi-inovasi mengelola UMKM berdampingan dengan usaha-usaha besar.


(42)

c) Secara vertical dalam sistem gugus usaha, UMKM bias menjadikan diri komplemen-komplemen usaha bagi industri perusahaan produsen utama. Maka diperlukan suatu strategi UMKM menjalin kerja komplementer dengan usaha-usaha besar.

d) Kerjasama bias berbentuk koperasi dan secara bersama-sama beroperasi masuk (enter) dalam usaha tertentu. Di Indonesia kemitraan usaha yang berbentuk koperasi merupakan strategi bisnis yang sangat penting, sehingga pemerintah menganggap perlu membentuk departemen khusus untuk menangani UMKM dan koperasi.

5. Permodalan UKM

Pengembangan yang khusus memfokuskan pada penyediaan modal perlu menentukan strategi sebagi berikut (Partomo dan Soejoedono, 2004 : 32) :

a) Memadukan dan memperkuat tiga aspek, yaitu bantuan keuangan, bantuan teknis, dan program penjaminan.

b) Mengoptimalkan penunjukkan bank dan lembaga keuangan mikro untuk usaha mikro kecil-menengah (UMKM).

c) Mengoptimalkan realisasi business plan perbankan dalam pemberian KUK (Kredit Usaha Kecil).

d) Bantuan teknis yang efektif, bekerja sama dengan asosiasi, konsultan swasta, pergururan tinggi, dan lembaga terkait.

e) Meningkatkan lembaga penjamin kredit yang ada.


(43)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A.Profil singkat Kota Kabanjahe

Kabanjahe adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Karo, Provinsi Sumtra Utara, Indonesia. Kabanjahe merupakan ibu kota Kabupaten Karo, Sumatra Utara, terletak 76 kilometer dari pusat kota Medan. Kabanjahe meliputi daerah-daerah seperti Lau Cimba, Padang mas, Gung Leto, Gung Negeri dan Kampung Dalam. Kabanjahe sendiri hanya berjarak 10 kilometer di selatan kota pariwisata Berastagi yang berhawa sejuk dengan panorama dua gunung api yang masih aktif yaitu Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak. Kabanjahe merupakan salah satu kecamatan diantara 17 kecamatan keseluruhan yang ada di Kabupaten Karo, Sumatra Utara.

B.Peluang perkembangan UMKM dan Prospek Pemanfatan kredit bagi UMKM di Kabanjahe

Peluang perkembangan UMKM di Kabanjahe sangatlah menjanjikan, hal ini terlihat dari pertumbuhan UMKM yang telah ada sendiri yang semakin tahunnya semakin berkembang maupun dengan bertambahnya usaha –usaha kecil menengah yang baru tiap tahunnya yang terdaftar di DEPPERINDAG Karo. Sektor usaha yang tidak monoton dan variatif mrupakan salah satu bukti sehatnya perkembangan UMKM di kota Kabanjahe. Melihat hal ini, banyaknya usaha-usaha kecil menengah yang memulai usahanya dan memiliki peluang kedepannya maka diharapkan adanya perhatian dari pemerintah dalam masalah kredit dan pinjaman bagi UMKM. Hal ini


(44)

harusnya menjadi masalah serius karena sampai saat ini terlihat masih banyaknya pengusaha UMKM buta sama sekali dengan kredit bantuan bagi UMKM khususnya dari pemerintah yang disalurkan melalui bank setempat. Padahal, UMKM dalam negeri telah terbukti menjadi wirausahawan yang tangguh. Ketika krisis ekonomi terjadi di Indonesia, UMKM jusru mampu menyelamatkan ekonomi dalam negeri dari keambrukan yang lebih parah. Perusahaan besar sibuk merumahkan karyawan tetapi UMKM menjadi ladang kerja baru. UMKM mampu menampung 99,45 % dari total tenaga kerja nasional atau 73,24 juta tenaga kerja. Dalam hal pemanfaatan kredit, daya serap UMKM terhadap penyaluran kredit pemerintah yang disalurkan melalui lembaga perbankan masih terkendala berbagai persyaratan teknis, sehingga dibutuhakan mekanisme tertentu untuk meningkatkan kapabilitas UMKM.

Sama halnya dengan UMKM di Kabanjahe, belum sepenuhnya usaha-usaha membutuhkan dana mendapat bantuan kredit dari pemerintah. Padahal, menurut pengusaha-pengusaha seandainya mereka mendapat bantuan dana usaha mereka dapat lebih berkembang dan mendapat income yang cukup dan dapat membayar kredit maupun bunganya. Data dari BI (Bank Indonesia) menunjukkan dari sepuluh propinsi yang menerima aliran dana kredit paling besar bagi UMKM, rata-rata produksi UMKM dari kesepuluh propinsi tersebut ialah sebanyak 337.050 unit pertahun dengan perkambangan rata-rata 23,20%. Produksi UMKM paling tinggi adalah Sumatra Utara yang mana menghasilkan produk 825.300 unit pertahun dengan rata-rata perkembangan 29,49% diikuti oleh Jawa Barat Namun, mulai awal tahun 2009 banyak kemudahan dan kelonggaran yang akan dapat dimanfaatkan oleh UMKM di Indonesia khususnya di Kabanjahe. Menurut data dari


(45)

BI (Bank Indonesia), posisi usaha mikro, kecil, dan menegah (UMKM) per Februari 2008 mencapai 503,3 triliun tatau 50,2 % dari total kredit senilai Rp 1.002,7 triliun. Porsi itu lebih besar dibandingkan dengan periode Desember 2007 sebesar 50,1 persen dan Februari 2007 yang juga 50,1 persen. Hal ini menyababkan semakin banyak bank mulai mulai awal tahun 2009 yang akan semakin meningkatkan kinerjanya dalam hal penyaluran kredit terhadap UMKM. Bank yang mengklaim bahwa mereka akan melakukan penyaluran kredit terhadap UMKM yang paling agresif adalah BRI. Mengingat pada tahun lalu, hingga April 2008 BRI telah menyalurkan Rp 2,61 triliun kepada 394.708 debitur Begitu juga dengan bank BNI dan Mandiri yang masing-masing Rp 2 triliun dan Rp 864.74 miliar hingga akhir tahun.

Begitu juga dengan kebijakan baru BI(Bank Indonesia) dan pemerintah yang betul-betul dapat dimanfaatkan oleh UMKM. BI dan pemerintah sepakat melonggarkan ketentuan perbankan untuk kredit usaha mikro, kecil dan menengah. Relaksasi aturan itu rencananya akan dimasukkan dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) 1 April 2007. Tetapi bank-bank sudah dapat menerapkan aturan tersebut. Selama ini pemberian kredit didasrkan pada tiga pilar yaitu, kemampuan perusahaan untuk membayar, prospek industri dan neraca pembayaran. Sejak peraturan tersebut dikeluarkan, hanya kemampuan membyar yang menjadi pertimbangan kucuran kredit. Dua yang lainnya dihapuskan. Menurut BI, hanya ada 4 bank yang memenuhi kriteria tersebut sedangkan 89 bank lainnya belum termasuk dalam manajemen resiko yang kuat. Aturan lain yang dilonggarkan adalah perusahaan bermasalah bias mendapatkan kredit kembali. Dengan catatan, setelah diteliti situasi kredit bermasalah


(46)

tersebut bukan disengaja tapi disebabkan situasi makro dan krisis.Tiga bank pemerintah yaitu BRI, BNI, dan bank Mandiri dan 1 bank swasta yaitu bank Danamon masing-masing diberi tugas menjalankan aturan baru tersebut. Dan,masing-masing bank akan terfokus kepada UMKM dalam masalah aturan baru ini. Ditambah dengan RUU perlindungan UMKM yang merupakan revisi dari undang-undang nomor 15 tahun 1999 tentang usaha kecil dan menengah(UKM). Dalam RUU baru ini akan mencakup 60 pasal sementara, undang-undang nomor 15 tahun 1999 hanya mencakup 40 pasal. Di dalam RUU tersebut, disebutkan jelas sanksi hukum bagi pengusaha besar yang mengaku UMKM dengan tujuan mendapatkan kredit dan

bantua

Dengan adanya kemudahan dan perlindungan hukum yang telah terealisasi, diharapkan UMKM dapat berkembang lebih baik lagi dengan memanfaatkan kebijakan tersebut. Namun, kiranya para pengusaha-pengusaha UMKM juga mengambil peran aktif dalam mengembangkan usahanya. Khususnya di Kabanjahe, kiranya para pengusaha juga turut berperan aktif dalam mencari informasi mengenai adanya informasi tentang kredit pemerintah yang bisa mereka dapatkan melalui penyaluran bank-bank yang telah ada.

C. Profil Singkat UMKM di Kabanjahe yang Memanfaatkan Kredit Pemerintah

1. UD. BINTANG TANI

Nama Pendiri : Robinson M Tahun Berdiri : 1980


(47)

Alamat : JL. Upah Tendi Sebayang, Kabanjahe Modal Awal : Rp 50.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahun 2000-2003/ Bank Danamon 2. UD. BARSIM

Nama Pendiri : Ir. Tuahta Ras Sembiring Tahun Berdiri : 1991

Alamat : Komplek RSU Kabanjahe Modal Awal : Rp 150.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahun 1998-2000/ Bank Sumut 3. UD. PATEN

Nama Pendiri : Rudiwanta Sitepu Tahun Berdiri : 2000

Alamat : Komplek Konen No.2 Kabanjahe Modal Awal : Rp 200.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahun 2001-2004/Bank Sumut 4. UD. SINAR TANI

Nama Pendiri : Ramli Sinulingga Tahun Berdiri : 2000

Alamat : Jl. Kotacane Kabanjahe Modal Awal : Rp 200.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahun 2000-2003/Bank Mandiri 5. UD. SINAR JAYA TANI


(48)

Tahun Berdiri : 1998

Alamat : Jl Mumah Purba No.31 Kabanjahe Modal Awal : Rp 150.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahun 1999-2001/Bank BRI 6. UD. SERI MAJU

Nama Pendiri : Ernawati br Sebayang Tahun Berdiri : 2000

Alamat : Jl. Wagimin No. 1 Modal Awal :Rp 200.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahun 2003-2006/Bank Permata 7. UD. BERSAUDARA JAYA

Nama Pendiri : Kris Meliala Tahun Berdiri : 2001

Alamat : Jl. Jamin Ginting No. 2A Modal Awal : Rp 90.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahun 2001-2004/Bank Mandiri 8. UD. REJEKI TANI

Nama Pendiri : Rajangayak Barus Tahun Berdiri : Tahun 1997 Alamat : Jl. Irian No.11 Modal Awal : Rp 75.000.000


(49)

9. UD. ULIH LATIH

Nama Pendiri : Kata Ersada Sitepu Tahun Berdiri : Tahun 1999 Alamat : Jl. Pasar Baru No. 46 Modal Awal : Rp 100.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahun 2005-sekarang/Bank Sumut 10.UD. MUTIARA TANI

Nama Pendiri : Egiata Barus Tahun Berdiri : Tahun 1998 Alamat : Jl. Veteran No. 205 Modal Awal : Rp 80.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahun 2001- 2004/Bank Danamon 11.UD. KARONA

Nama Pendiri : Rosmawaty br Siregar Tahun Berdiri : Tahun 2000

Alamat : Jl. Lingkar No. 8 Modal Awal : Rp 50.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahun 2005-sekarang/Bank Mandiri 12.UD. GINTING

Nama Pendiri : Rejeki Ginting,SH Tahun Berdiri : Tahun 2003 Alamat : Jl. Kotacane No.11 Modal Awal : Rp 150.000.000


(50)

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahu 2006- sekarang/Bank Mandiri 13.UD. SUMBER TANI

Nama Pendiri :Maggape Tua Manullang Tahun Berdiri : Tahun 2000

Alamat : Jl. Kotacane No.289 Modal Awal : Rp 100.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahun 2001- 2004/Bank Permata 14.UD. SUMARNO TANI

Nama Pendiri : Sumarno Ginting Tahun Berdiri : Tahun 1989 Alamat : Jl.. Bom Ginting No. 21 Modal Awal : Rp 40.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahun 1995-1999/Bank BRI 15.UD. SIBAYAK TANI

Nama Pendiri : Prada Ginting Tahun Berdiri : Tahun 1998 Alamat : Jl. Pahlawan No.19 Modal Awal : Rp 100.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahun 2000-2004/Bank Sumut 16.UD. BARUS TANI

Nama Pendiri : Alet Barus Tahun Berdiri : Tahun 1992 Alamat : Jl. Samura No.117


(51)

Modal Awal : Rp 45.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahun 1998-2002/Bank BRI 17.UD. ELTAR

Nama Pendiri : Indrawan Tarigan Tahun Berdiri : Tahun 2000 Alamat : Jl. Mumah Purba No.67 Modal Awal : Rp 95.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahun 2002- 2005/Bank Permata 18.UD. MITRA TANI

Nama Pendiri : Antoni Perangin-angin Tahun Berdiri : Tahun 2001

Alamat : Jl. Jamin Ginting No. 234 Modal Awal : Rp 90.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahun 2002-2006/Bank Mandiri 19.UD. BUAH PAGE

Nama Pendiri : Hendra Perangin-angin Tahun Berdiri : Tahun 1999

Alamat : Jl. Sudirman No.8 Modal Awal : Rp 100.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahun 2007-sekarang/Bank Mandiri 20.UD. SUBUR TANI

Nama Pendiri : Adelina Tahun Berdiri : Tahun 1995


(52)

Alamat : Jl. Simpang Singa No.1 Modal Awal : Rp 75.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahun 1997-2000/Bank Sumut 21.UD. TUNAS TANI

Nama Pendiri : Ir. Tuahta Ras Sembiring Tahun Berdiri : Tahun 2003

Alamat : Jl. Bangsi Sembiring No.276 Modal Awal : Rp 200.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahun 2003-2007/Bank Permata 22.UD. PT. AYTA NUAN PERSADA

Nama Pendiri : Edison Sitepu Tahun Berdiri : Tahun 2004 Alamat : Jl. UKA No.34 Modal Awal : Rp 200.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahun 2004-2007/Bank BNI 23. SENTOSA

Nama Pendiri : Abdi Sitepu Tahun Berdiri :Tahun 2005 Alamat : Jl Pala Bangun No.15 Modal Awal : Rp 150.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank : Tahun 2005-2008/Bank BRI 24. GUDANG ELOK


(53)

Tahun Berdiri : 2005

Alamat : Jl. Bangsi Sembiring No.2 Modal Awal : Rp 140.000.000

Menggunakan Kredit Sejak/Bank: Tahun 2007- sekarang/Bank BNI 25. A. BARUS

Nama Pendiri : Alex Barus Tahun Berdiri : Tahun 1999 Alamat : Jl. Pala Bangun No.11A Modal Awal : Rp 80.000.000


(54)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Analisis Deskriptif

Metode statistik deskriptif adalah suatu metode analisis data dimana data yang dikumpulkan mula-mula, diklasifikasi dan dianalisis senantiasa akan memberikan gambaran yang jelas mengerti perusahaan dan masalah yang sedang dianalisis.

1. Latar Belakang Pengusaha UKM a. Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar: berdasarkan jenis kelamin pengusaha Sumber: Depperindag (diolah) 2009

Sebanyak 88% (22) UMKM yang bergerak dalam usaha penjualan pupuk dimiliki oleh pria. Ada 8% (2) UMKM sepenuhnya dikelola oleh managernya kaena pemiliknya tidak berada di Kabanjahe, 8 % (2) UMKM yang dikelola oleh anaknya dan 8% (2) dengan dibantu oleh istrinya. Sedangkan UMKM yang lain dikelola tanpa bantuan keluarga.

Penelitian menunjukkan bahwa UMKM yang bergerak dalam usaha penjualan pupuk lebih banyak dimiliki dan dikelola oleh pria dibandingkan wanita.

P ria W a nita

88% 12%


(55)

Hal ini dikarenakan masih memiliki kewajiban untuk mengurusi pekerjaan rumah tangga dan usaha yang menuntut tenaga serta waktu lebih banyak umumnya oleh pria.

b. Status Tempat Usaha

Pengusaha yang merintis usaha mempunyai pertimbangan menentukan tempat usahanya yaitu menentukan lokasi yang memperhitungkan biaya yang akan dikeluarkan untuk menyewa tempat usaha tersebut. Sebanyak 66,7% (16) pengusaha tempat usahanya dimiliki sendiri, saat memulai usaha, 41,7% (10) pengusaha di kota Kabanjahe, 12,5% (3) pengusaha membeli tempat usaha yang berlokasi di pusat kota memanfaatkan tempat menguntungkan pengusaha, terutama pengusaha yang

melakukan ekspor karena dapat dijadikan tempat penyimpanan barang yang akan di ekspor. Selain itu, kawasan tersebut letaknya strategis karena dekat dengan pusat pasar rakyat, sehingga memudahkan prosesan dana, melakukan pengamatan dengan menjadikan rumah tinggal sebagai tempat mesih membiayai kegiatan poduksi produk.

Sebanyak 53% (8) pengusaha sejak awal menyewa tempat usahanya dengan pertimbangan keterbatatasan dana ataupun menghindari resiko kegagalan karena belum dapat memprediksi usaha di masa mendatang.


(56)

Gambar: Status Tempat Usaha UMKM di Kabanjahe Sumber: Depperindag (diolah) 2009

c. Berdasarkan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Awal Usaha dan Pada Tahun 2008

1.Penyerapan tenaga kerja pada awal usaha

Selama ini sektor UMKM banyak memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, terlihat dari peranan UMKM dalam penciptaan lapangan kerja maupun penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Dalam hal ini, jumlah tenaga kerja merupakan salah satu faktor pengukur skala besarnya suatu usaha. Besarnya jumlah tenaga kerja yang diserap akan mengkategorikan suatu usaha termasuk dalam usaha kecil, menengah ataupun usaha besar.

Salah satu indikator suatu usaha dapat dikatakan berkembaang atau berhasil dengan membandingkan jumlah tenaga kerja hingga kondisi terakhir. Saat memulai usaha, pengusaha UMKM Kabanjahe yang berjualan pupuk memperkerjakan tenaga kerja dengan perhitungan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan usahanya. Pertambahan jumlah tenaga kerja. Akan terjadi seiring dengan perkembangan usaha. Sebagian pengusaha dalam menjalankan usaha masih bisa


(57)

mengandalkan tenaga sendiri. Selain itu, dalam mengelola usahanya pengusaha juga mendapat bantuan dari anggota keluarganya sehingga tidk membutuhkan tenaga kerja. Ada juga yang melakukan kerjasama dengan teman membuka usaha tidak menggunakan tenaga kerja, hanya mengerjakan berdua. Berbeda dengan pengusaha yang sejak awal usaha telah membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak untuk dapat menjalankan usahanya. Di kabanjahe sendiri, ada sebanyak 3 pengusaha yang telah memperkerjakan kurang lebih 20 orang awal memulai usahanya.

Jumlah Tenaga Kerja Awal usaha

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Jumlah Pengusaha Ju m lah T en ag a K er ja

Gambar 4.3 Jumlah Tenaga Kerja Awal Sumber : Depperindag 2009 (diolah)

2.Penyerapan Tenaga Kerja Pada Tahun 2008

Pengusaha pupuk di Kabanjahe yang pada awal usaha tidak menggunakan tenaga kerja saat mulai memanfaatkan tenaga kerja agar bisa membantu menyelesaikan pekerjaan dikarenakan usahanya mulai berkembang. Hal serupa


(58)

terjadi pada pengusaha yang usahanya semakin berkembang sehingga terjadi penambahan tenaga kerja.

Sebanyak 72% (16) usaha di Kabanjahe tenaga kerjanya bertambah untuk menyesuaikan dengan perkembangan usaha dan ada juga 28% (9) UMKM yang tenaga kerjanya berkurang. Pengusaha mengurangi tenaga kerja dikarenakan semakin ketatnya persaingan dengan munculnya pesaing baru yang menjual produk serupa pada berbagai tingkat harga bersaing menyebabkan kondisi usaha kurang baik sehingga melakukan penghematan biaya dengan mengurangi jumlah tenaga kerja.

Jumlah Tenaga Kerja 2008

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Jumlah Pengusaha Ju m lah T en ag a K er ja

Gambar 4.4 Jumlah Tenaga Kerja 2008 Sumber : Depperindag 2009 (diolah)

d.Berdasarkan Lokasi Pemasaran

Penentuan lokasi pemasaran merupakan salah satu strategi pemasaran yang harus diperhatikan oleh pengusaha karena salah satu yang juga menjadi kunci


(59)

keberhasilan suatu usaha atau bisnis adalah tersedianya pasar dan pemasaran yang jelas pruduk UMKM. Sebelum memasarkan produk atau jasanya, pengusaha UMKM terlebih dahulu merencanakan serta menyeleksi lokasiuntuk produk atau jasa tersebut. Lokasi yang ditetapkan adalah lokasi strategis yang cocok untuk memasarkan jenis produk atau jasanya bisa mendapatkan sambutan yang baik dari konsumen.

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Diluar Kota Kabanjahe Didalam Kota Kabanjahe

Jumlah Pengusaha

Gambar 4.5 Lokasi Pemasaran UMKM di Kabanjahe

Sumber : Depperindag 2009 (diolah)

Dari hasil penelitian terhadap pengusaha UMKM yang menjual produk pupuk di Kota Kabanjahe, diketahui bahwa di Kabanjahe masih ada pengusaha yang menggunakan pendekatan pemasaran tradisional yang umumnya mendistristribukan produk atau jasanya terbatas pada daerah tertentu saja saja atau pada pihak tertentu sebanyak 48% (25) pengusaha masih memberikan pelayanan produk jasanya di seputaran kota Kabanjahe saja, sedangkan sisanya pengusaha mengembangkan pangsa pasarnya keluar dari daerah Kabanjahe. Dengan tingginya persaingan dalam negeri disertai perubahan teknologi dan selera masyarakat yang terus berlangsung


(60)

menantang penguasan untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan usahanya dengan semuanya perubahan ini. Hal ini menuntut pengusaha tersebut untuk selalu inovatif dan kreatif. Dalam menghadapi persaingan yang ketat karena bertambahnya pesaing barupada jenis produk dan jasa serupa. Selain itu, adanya permintaan produk UMKM dari luar daerah Kabanjahe sendiri menunjukkan bahwa produk UMKM berkualiatas dan tidak kalah bersaing baru pada jenis produk dan jasa serupa. Selain itu, adanya permintaan produk UMKM dari luar daerah-daerah Kabanjahe sendiri, menunjukkan bahwa produk UMKM dari luar daerah produk dari daerah lain sangatlah penting. Dalam menghadapi mekanisme pasar yang semakinterbuka dan kompetitif.

Penguasaan pasar merupakan prasyarat peningkatan daya saing UMKM. Oleh karena itu, peran pemerintah UMKM serta menciptakan iklim usaha yang kondusif guna stimlasi dan perlindungan usaha bagi UMKM. Untuk itu UMKM perlu diberikan dukungan-dukungan kemudahan untuk mengakses informasi usaha, melaksanakan promosi, pengembangan jaringan usaha, pencadangan lokasi usaha dan perlindungan dari persaingan yang tidak sehat. Sejalan dengan hal tersebut, pemberdayaan UMKM di bidang promosi dan pemasaran diarahkan untuk tujuan meningkatkan daya saing dan daya kompabilitas produk UMKM, serta mengembangkan infrastruktur pemasaran sehingga proses pemasaran produk UMKM terjamin, mudah, cepat dan murah.

e. Perluasan Usaha

Perluasan usaha dapat meliputi penambahan jumlah tenaga kerja, penambahan mesin-mesin produksi, perluasan lokasi pemasaran, peluasan tempat usaha, dan penambah jenis produk dan jasa. Modal yang lembaga perbankan akan


(61)

sangat membantu bagi pengatan dan penambahan modal sehingga pengusaha UMKM dapat melakukan perluasan usaha.

11,4 11,6 11,8 12 12,2 12,4 12,6 12,8 13 13,2 Melakukan Perluasan

Usaha Tidak Melakukan Perluasan Usaha

Jumlah Pengusaha

Gambar 4.6 Perluasan Usaha Sumber : Depperindag 2009 (diolah)

Di Kabanjahe 32% (8) dari pengusaha pupuk melakukan perluasan usaha dengan menambah jenis jasa. Jenis jasa tersebut terdiri dari : jasa angkutan pengiriman barang, penjualan pasir dan penyewaan alat berat. Pengusaha-pengusaha tersebut melakukan perluasan usaha dengan hanya menggunakan modal sendiri. Hanya 12% (3) pengusaha yang menggunakan modal sendiri dan mengambil kredit dari bank untuk melakukan perluasan usaha. Sedangkan 4% (1) pengusaha melakukan perluasan dengan modal sendiri dan mendapatkan pinjaman-pinjaman dari teman.

Penelitian ini menunjukkan bahwa 52% (13) pengusaha di Kabanjahe belum melakukan perluasan usaha karena pengusaha memiliki keterbatasan dana sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan perluasan usaha. Dengan adanya kondisi BBM yang tidak menentu, memberatkan pengusaha, terutama pengsuaha yang


(62)

memproduksi sendiri produknya karena biaya operasionalnya semakin meningkat sehingga menghambat pengusaha untuk memperluas usahanya menurut pengusaha, akibat persaingan yang tinggi saat ini pengusaha hanya fokus untuk tetap mempertahanakan usahanya saja sehingga pengusaha belum memikirkan untuk melakukan perluasan usaha tetapi pengusaha sebenarnya berminat melakukan perluasan usaha apabila di kemudian hari memiliki dana yang mencukupi ataupun kondisi usahanya mulai membaik.

f. Struktur Modal

UMKM di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial yaitu mobilisasi modal awal dan akses ke modal kerja serta finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang. Walaupun pada umumnya modal awal bersumber dari modal (tabungan) sendiri atau sumber-sumber informal, namun sumber-sumber permodalan ini sering tidak cukup untuk kegiatan produksi, apalagi untuk investasi perluasan kapasitas produksi atau menggantikan mesin-mesin tua. Kegiatan permodalan adalah upaya untuk menggali atau mencari sumber-sumber pembelajaran, dengan memperhatikan jenis awal pendanaan maupun komposisi dari masing-masing sumber pendanaanya yang dapat menunjukkan struktur modal perusahaan. Ketetapan penentuan struktural modal ini akan sangat mempengaruhi besarnya biaya modal perusahaan yang berakibat pada tingkat perolehan keuntungan atau profitabilitas perusahaan.


(63)

Gambar 4.7 Struktur modal pengusaha pupuk di Kabanjahe Sumber : Depperindag 2009 (diolah)

Dari gambar 4.7 menunjukkan bahwa 68% (17) pengusaha pupuk di Kabanjahe menggunakan modal sendiri 100%. Hal ini memperlihatkan bahwa saat ini pengusaha mengaku memiliki modal yang mengikuti sehingga belum memerlukan kredit. Di antara pengusaha yang saat ini proporsi modal sendirinya 100% ternyata ada 32% (8) pengusaha di Kabanjahe mengaku pernah menerima kredit. Sedangkan pengusaha lain masih memiliki pola pemikiran tradisional dengan hanya mengambalkan modal sendiri. Kurangnya minat pengusaha untuk memanfaatkan kredt yang ditawarkan bank karena adanya persepsi dari pengsuaha yang takut bahwa pinjaman tersebut nantinya tidakd apat dilunasi. Selain itu, pengusaha terbebani dengan biaya operasional yang besar sehingga tidak ingin mengambail pinjaman karena apabila mengambil pinjaman dari bank pengusaha harus membayar bunga bank.


(64)

Saat ini, masih ada sekitar 20% (5) UMKM di Kota Kabanjahe yang memanfaatkan kredit yaitu UD. Buah Page, UD. Karona, UD. Ulih Latih, Gudang Elok, dan UD. Ginting. Sedangkan pengusaha lain yang dulunya pernah menerima kredit telah melunasi kreditnya dan tidak berminat akan kredit lagi karena memiliki modal yang mencukupi, tidak ingin terbelit hutang, dan lebih memiliki meminjam dari teman.

Tabel. 4.1

Pengusaha Kabanjahe yang Mengajukan Kredit

NO RESPONDEN

MENGAJUKAN KREDIT

PENGALAMAN DITOLAK DITERIMA

1 UD. BINTANG TANI DANAMON PROSEDUR BERBELIT-BELIT DAN LAMA

2 UD. BARSIM BANK SUMUT JAMINAN SANGAT BESAR

3 UD. PATEN BANK.

SUMUT

PROSEDUR BERBELIT-BELIT DAN LAMA

4 UD. SINAR TANI BANK

MANDIRI

TERLALU BANYAK SYARAT 5 UD. SINAR JAYA TANI BRI PENCAIRAN DANA LAMA 6 UD. SERI MAJU PERMATA ADMINIS TRASI RUMIT 7 UD. BERSAUDARA

JAYA

BANK MANDIRI

TIDAK ADA KESULITAN 8 UD. REJEKI TANI BANK SUMUT PENGAJUAN KREDIT TIDAK

SESUAI

9 UD. ULIH LATIH BANK SUMUT TDAK ADA KESULITAN 10 UD. MUTIARA TANI DANAMON BUNGA TINGGI

11 UD. KARONA MANDIRI TIDAK ADA KESULITAN

12 UD. GINTING MANDIRI AGUNAN BESAR

13 UD. SUMBER TANI PERMATA PROSEDUR BERBELIT-BELIT DAN LAMA

14 UD. SUMARNO TANI BRI PENCAIRAN DANA LAMA

15 UD. SIBAYAK TANI BANK SUMUT PERSIYARATAN MUDAH

16 UD. BARUS TANI BRI TDAK ADA KESULITAN

17 UD. ELTAR PERMATA AGUNAN BESAR

18 UD. MITRA TANI MANDIRI AGUNAN BESAR

19 UD. BUAH PAGE MANDIRI PROSEDUR BERBELIT-BELIT DAN LAMA


(65)

21 UD. TUNAS TANI PERMATA PROSEDUR BERBELIT-BELIT DAN LAMA

22 PT. AYTA NUAN PERSADA

BANK BNI TDAK ADA KESULITAN

23 SENTOSA BRI PENCAIRAN DANA LAMA

24 GUDANG ELOK BANK BNI PROSEDUR BERBELIT-BELIT DAN LAMA

25 A. BARUS DANAMON BUNGA TINGGI

Sumber: Hasil Wawancara

Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa pengusaha UMKM di Kabanjahe tidak ada yang pernah ditolak oleh bank menurut pengusaha yang pernah mengajukan kredit, prosedur untuk mengajukan kredit cukup rumit seperti harus membuat proposal dan di survei tetapi asalkan memenuhi semua persyaratan dan jaminannya cukup maka bank akan menyetujui kredit yang diajukan ada 4% (1) pengusaha yang kreditnya disetujui bank, tetapi pengusaha akhirnya menolak kredit tersebut karena menganggap bahwa nilai kredit yang disetujui tidak sesuai dengan keinginan pengusaha.

Penelitian menunjukkan bahwa ada juga pengusaha lain di Kabanjahe tidak pernah mengajukan kredit. Adapun alasan-alasan yang dikemukakan pengusaha yang tidak pernah mengajukan kredit adalah sebagai berikut :

1. Memiliki modal yang cukup

Pengusaha yang modalnya sudah mencukupi tidak tertarik dengan kredit usaha yang dijalankan saat ini sudah dirasakan cukup dan tidakada rencana untuk memperluas usaha sehinga tidak membutuhkan modal tambahan. Ada juga yang usahanya merupakan usaha patungan dengan teman atau keluarga sehingga tidak mengalami kesulitan dalam permodalan.


(66)

2. Persepsi pengusaha UMKM mengenai prosedur pengajuan kredit

Prosedurnya dianggap terlalu berbelit-belit dan menghabiskan waktu lama. Selain itu, pengusaha mempunyai pandangan negatif terhadap bank, adanya anggapan bahwa berhubungan dengan rumit dan hanya orang yang memiliki koneksi saja bisa menerima kredit. Hal ini menyebabkan pengusaha lebih meminjam dari teman karena lebih mudah prosesnya dan bisa lebih cepat, sehingga dana yang dibutuhkan segera bisa didapatkan dan bisa dikembalikan sewaktu-waktu.

3. Kondisi Ekonomi yang Tidak Menentu

Kondisi ekonomi saat ini dirasakan semakin terpuruk terlebih lagi dengan kondisi turun naiknya BBM yang meningkatkan biaya operasional perusahaan sehingga pengusaha mengalami kesulitan dalam mendanai kegiatan operasionalnya. Terlebih lagi, kondisi pasar tidak menentu dan sulit sehingga pengusaha hanya berusaha mempertahankan usahanya saat ini dan tidak ingin menambah kesulitannya dengan mengambil kredit nantinya harus melunasi cicilan pokok utang beserta bunganya.

4. Tingkat Suku Bunga Pinjaman Tinggi

Suku bunga pinjaman yang tinggi menjadi pertimbangan bagi pengusaha dalam memutuskan mengambil pinjaman. Suku bunga pinjaman sangat memberatkan pengusaha, karena pengusaha sudah terbebani dengan biaya operasional yang tinggi sehingga tidak ingin menambah biaya yang harus ditanggung.


(67)

Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa semua pengusaha pupuk di Kabanjahe tidak mengajukan dan menerima produk kredit konsumtif. Tetapi pengusaha mengajukan dan menerima kredit untuk usaha produktif. Hal ini dikarenakan para pengusaha tersebut mengajukan kredit dengan tujuan untuk memanfaatkan kredit tersebut untuk keperluan usahanya.

Kredit pemerintah yang disalurkan lembanga perbankan ke sektor UMKM hanya disalurkan melalui bank-bank pelaksana yang ditunjuk oleh BUMN koordinator, sehingga tidak semua Bank menyalurkan kredit pemerintah. Meski bank menyalurkan kredit pemerintah tetapi bank juga memiliki produk kredit sendiri, yaitu kredit yang bersumber dari dana bank sendiri. Kredit yang dannya bersumber dari pemerintah dinamakan kredit program sedangkan produk kredit yang bersumber dari dana bank sendiri dinamakan kredit non program (umum). Di Kabanjahe sendiri 34% (8) UKM yang menerima kredit dari bank penyalur kredit pemerintah, yaitu Bank Danamon, Bank Sumut dan BRI dan hanya 8% (2) dari pengusaha UMKM yang menerima kredit program.

Dari 56% (14) pengusaha pupuk di Kabanjahe yang menerima kredit hanya 32% (8) pengusaha yang mengetahui adanya kredit pemerintah yang disalurkan melalui lembaga perbankan. Pengusaha mengaku mengetahui dari teman, koran maupun TV tetapi tidak mengetahui secara pasti di bank mana saja bisa mendapatkan kredit tersebut. Tetapi pengusaha mempunyai persepsi bahwa kredit pemerintah prosedurnya lebih lama dan berbelit-belit.

Pada kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari produk kredit perbankan khususnya kredit untuk usaha produktif belum banyak dikenal oleh masyarakat. Pada


(68)

umumnya bank lebih banyak melakukan promosi dalam rangka menghimpun dana masyarakat seperti tabungan dan deposito dibandingkan mempromosikan produk kreditnya. Meskipun bank melakukan promosi produk kredit tetapi lebih diprioritaskan kepada produk konsumtif khususnya kredit kepemilikan rumah (KPC). Kredit kepemilikan mobil (KPM) dan lain-lain sejenisnya yang ditujukan kepada perorangan. Sehingga sepengetahuan masyarakat mengenai adanya kredit pemerintah yang disalurkan melalui lembaga perbankan untuk usaha UMKM umumnya masih terbatas dan lebih mengenal fungsi bank sebagai pemberi pinjaman kredit secara umum.

32 % (8) pengusaha pupuk di Kabanjahe mengaku pernah ditawarkan kredit, deposito, dan kartu kredit dari Bank Permata, Bank Mandiri, dan BNI. Hanya 4% (1) pengusaha di datangi bank penyalur kredit pemerintah yaitu Bank Danamon. Pengusaha mengaku hanya ditawarkan kredit rekening koran (KRK) tetapi pengusaha tidak berminat.

Beberapa hal yang menyebabkan pengusaha UMKM tidak menerima kredit pemerintah, antara lain :

1. Pengetahuan pengusaha mengenai adanya kredit pemerintah yang disalurkan melalui lembaga perbankan sangat minim karena 52% (13) pengusaha di Kabanjahe mengaku tidak mengetahui adanya kredit pemerintah yang disalurkan melalui lembaga perbankan. Selama ini pengusaha hanya mengenal jenis kredit umum.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abstrak, 8 Agustus 2005, Pengembangan UKM, http:// www.smeeda.com

Diskop Karo Usulkan Rp 1 M Untuk Koperasi, (18 Februari 2008), Harian Waspada,

www.waspada.co.id

Effendy et al, 2001, Sejarah Peranan Bank Indonesia Dalam Pengembangan Usaha

Kecil, Jakarta : Bank Indonesia

Faisal Basri kritik wakil presiden Jusuf Kalla,(12 Mei 2005), Tempo Interaktif, http:

//www.tempointerakt.com

Hasibuan, Melayu SP, 1997, Manajemen perbankan, Jakarta:PT. Toko Gunung Agung

Kadin-BI Gelar Bazar Kredit ,(11 Maret 2003), Jawa Pos, http://www.jawapos.com/indeks

Koperasi karo terima bantuan Rp 2,4 miliar dari pemerintah pusat 3 Desember 2007,Harian Sinar Indonesia Baru, http://www.hariansinarindonesiabaru.com Kuncoro, Mudrajad, 2005,Metode Riset untuk Bisnis&Ekonomi, Jakarta: Penerbit

Erlangga Edisi Pertama

Maulana, Jefry,2005, Analisa Pemanfaatan Kredit Pemerintah Melalui Lembaga Perbankan di Kota Surabaya, FE, Universitas Negeri Malang.

Megginson, William. L. Mary Jane Byrd, and Leon C Megginson, 2000, Small Business

management: An entrepreneurs guide book, (3rd ed), United States of America: McGraw. Hill.

Mulyono, Teguh Pudjo, 1994, Manajemen perkreditan bagi bank komersil,

Yogyakarta BPEE.

OP, Simorangkir, 2000, Pengantar lembaga keuangan bank& non bank, Jakarta: Ghalia Indonesia

Partomo, Titik Sartika& Soejoedono, Abd, Rachman, 2004, Ekonomi skala kecil menengah& koperasi , Bogor Selatan: Ghalia Indonesia


(2)

Prananingtyas, Paramita, 2001, Pembaharuan peraturan perundang- undangan mengenai usaha kecil dan menengah di Indonesia, 7 September 2005,

http:/

Presiden minta perbankan dukung usaha kecil, 8 Juni 2005, Tempo Interaktif, http://www.korantempo.com

Realisasi penyaluran kredit UKM baru 70 persen, 11 agustus 2005, Warta Ekonomi,

http://www.wartaekonomi.com


(3)

KUESIONER PENELITIAN

“ANALISIS PEMANFAATAN DANA KREDIT PEMERINTAH YANG DISALURKAN MELALUI LEMBAGA PERBANKAN (STUDI KASUS TERHADAP UMKM DI KOTA KABANJAHE, KABUPATEN KARO)” I.

1. Nama : 2. Jenis kelamin : 3. Posisi/Jabatan : 4. Alamat : Identitas Responden

II.

5. Jenis usaha :

6. Berapa lama usaha anda telah beroperasi : 7. Status tempat usaha :

a. Milik sendiri : Sejak : Tahun……..

b. Kontrak/sewa : Sejak : Tahun…….. 8. Modal pada saat memulai usaha berasal dari :

Gambaran Usaha

a. Modal sendiri………..% b. Patungan………..%

c. Pinjaman dari (teman/keluarga/bank)………..% 9. Persentase modal sekarang :

a. Modal sendiri………% b. Patungan………%


(4)

10. Berapa jumlah karyawan pada awal mendirikan usaha ? a. 5-19 orang

b. 20-99 orang c. > 99 orang

11. Berapa jumlah karyawan saat ini ? a. 5-19 orang

b. 20-99 orang c. > 99 orang

12. Pada awal usaha, produk/jasa apa saja yang anda jual ? 13. Apakah anda melakukan perluasan usaha (menambah jenis produk/jasa yang dijual) ?

a. Ya b. Tidak 14. Apabila ya :

a. Jenis produk/jasa :

b. Apakah anda menggunakan modal sendiri atau pinjaman (dari teman/keluarga) atau kredit dari bank ?

15. Apabila tidak :

a. Mengapa anda tidak melakukan perluasan usaha ? b. Apakah anda berkeinginan melakukan perluasan usaha ? 16. Sampai mana anda mendistribusikan produk anda ?


(5)

III. Penyaluran dan Pemanfaatan Kredit Pemerintah Melalui Lembaga

a. Ya Perbankan

17. Apakah anda mengetahui mengenai kredit pemerintah yang disalurkan melalui lembaga perbankan?

b. Tidak 18. Apabila ya :

a. Jenis kredit apa saja yang anda ketahui ?

b. Apakah anda pernah menerima kredit tersebut ? a. Ya

b. Tidak, alasannya? 19. Apabila tidak :

a. Apakah anda pernah menerima kredit dari bank ? a. Ya

b. Tidak, alasannya ?

c. Sebutkan jenis kredit yang anda terima ? 20. Mengapa anda memeilih jenis kredit tersebut ?

21. Berapa lama jangka waktu pinjaman yang anda ambil ? 22. Kredit tersebut anda manfaatkan untuk apa ?

23. Dari bank mana anda pernah menerima fasilitas kredit ? 24. Mengapa anda memilih bank tersebut ?

25. Apakah permohonan kredit anda pernah ditolak oleh bank,mengapa ? 26. Kesulitan-kesulitan yang anda alami dalam memperoleh kredit ?


(6)

tidak kemukakan alasanya ?

28. Apakah anda pernah didatangi lembaga perbankan ?

29. Menurut anda apakah informasi mengenai kredit pemerintah terhadap UMKM