10-25
o
C. Selain itu, proses ini juga dapat dilakukan pada fase padat. Asam lemak yang dihasilkan dihidrogenasi, lalu didestilasi, dan selanjutnya difraksinasi sehingga
dihasilkan asam-asam lemak murni. Asam-asam lemak tersebut digunakan sebagai bahan untuk detergen, bahan softener pelunak untuk produksi makanan, tinta, tekstil,
aspal, dan perekat.
2.4 Standar Mutu
Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya.Istilah mutu
minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti. Pertama, benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan
dengan menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur nilai titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium.Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran.
Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan
ukuran pemucatan.
Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan nonpangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian,
kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan. Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat
langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Selain itu, ada beberapa faktor yang secara langsung
berkaitan dengan standar mutu minyak sawit seperti dalam tabel 2.4 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tebel 2.4 Standar Mutu Minyak Sawit
Karakteristik Minyak Sawit
Keterangan Asam lemak bebas
Kadar kotoran Kadar air
Bilangan Iodin Bilangan Peroksida
5 0,02
0,17 51
5,0 maksimal
maksimal maksimal
minimum maksimal
Yan Fauzi et al., 2002.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Alat
− Gelas Erlenmeyer 125 ml
Pyrex −
Neraca Analitik Sartorius
− Buret 50 ml
Ruchi −
Gelas ukur 100 ml Pyrex
− Hot plate
Robusta −
Oven Memmert
− Gelas Beaker 50 ml
Pyrex −
Gelas Piala Pyrex
− Corong Pisah
Pyrex −
Bohfilter −
Desicator −
Stopwatch −
Water Jet −
Kertas Saring GF
Universitas Sumatera Utara
3.2 Bahan
− Contoh minyak kelapa sawit
− Larutan Ethyl Alkohol 95
− Indikator Phenolpthalein
− Kalium Hidroksida 0,1 N
− n-Heksan
3.3 Prosedur Percobaan
a. Penentuan kadar asam lemak bebas
− Contoh minyak yang telah homogen 2-5 gram dimasukkan kedalam gelas
Erlenmeyer yang telah ditentukan berat kosongnya. −
Dipanaskan selama ± 5 menit −
n-Heksan 50 ml dan alcohol netral 15 ml dimasukkan kedalam contoh minyak −
Ditambahkan 4 tetes indikator Phenolpthalein −
Diaduk merata −
Dititrasi dengan KOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi orange muda
− Dicatat volume KOH yang terpakai
b. Penentuan kadar air
− Contoh minyak ± 10 gram dimasukkan kedalam petridish yang telah ditentukan
berat kosongnya
Universitas Sumatera Utara
− Dipanaskan diatas hot plate selama 5-10 menit
− Didinginkan didalam desicator selama 15 menit
− Ditimbang kembali contoh yang telah didinginkan dan dicatat beratnya
c. Penentuan kadar kotoran
− Kertas saring GF dengan n-Heksan dibilas dan dimasukkan kedalam Bohfilter
− Dikeringkan bohfilter di dalam oven selama 60 menit pada suhu 100-105
o
− Didinginkan didalam desicator selama 15 menit
C
− Ditimbang berat bohfilter yang telah dikeringkan
− Ditimbang contoh minyak 10-12 gram kedalam gelas piala yang telah
ditentukan berat kosongnya −
Ditambahkan n-Heksan 50 ml kedalam contoh minyak dan diaduk sampai semua contoh minyak larut
− Disaring contoh minyak dengan boh filter
− Dicuci bohfilter dengan n-Heksan sampai filtratnya bebas dari minyak atau
lemak −
Dikeringkan bohfilter dalam oven pada suhu 100-105
o
− Didinginkan dalam desicator selama 15 menit
C selama 60 menit
− Ditimbang berat bohfilter yang telah dikeringkan
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil