Standar Mutu Alat Bahan Prosedur Percobaan

10-25 o C. Selain itu, proses ini juga dapat dilakukan pada fase padat. Asam lemak yang dihasilkan dihidrogenasi, lalu didestilasi, dan selanjutnya difraksinasi sehingga dihasilkan asam-asam lemak murni. Asam-asam lemak tersebut digunakan sebagai bahan untuk detergen, bahan softener pelunak untuk produksi makanan, tinta, tekstil, aspal, dan perekat.

2.4 Standar Mutu

Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya.Istilah mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti. Pertama, benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur nilai titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium.Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan nonpangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan. Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Selain itu, ada beberapa faktor yang secara langsung berkaitan dengan standar mutu minyak sawit seperti dalam tabel 2.4 berikut. Universitas Sumatera Utara Tebel 2.4 Standar Mutu Minyak Sawit Karakteristik Minyak Sawit Keterangan Asam lemak bebas Kadar kotoran Kadar air Bilangan Iodin Bilangan Peroksida 5 0,02 0,17 51 5,0 maksimal maksimal maksimal minimum maksimal Yan Fauzi et al., 2002. Universitas Sumatera Utara BAB 3 BAHAN DAN METODE

3.1 Alat

− Gelas Erlenmeyer 125 ml Pyrex − Neraca Analitik Sartorius − Buret 50 ml Ruchi − Gelas ukur 100 ml Pyrex − Hot plate Robusta − Oven Memmert − Gelas Beaker 50 ml Pyrex − Gelas Piala Pyrex − Corong Pisah Pyrex − Bohfilter − Desicator − Stopwatch − Water Jet − Kertas Saring GF Universitas Sumatera Utara

3.2 Bahan

− Contoh minyak kelapa sawit − Larutan Ethyl Alkohol 95 − Indikator Phenolpthalein − Kalium Hidroksida 0,1 N − n-Heksan

3.3 Prosedur Percobaan

a. Penentuan kadar asam lemak bebas − Contoh minyak yang telah homogen 2-5 gram dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer yang telah ditentukan berat kosongnya. − Dipanaskan selama ± 5 menit − n-Heksan 50 ml dan alcohol netral 15 ml dimasukkan kedalam contoh minyak − Ditambahkan 4 tetes indikator Phenolpthalein − Diaduk merata − Dititrasi dengan KOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi orange muda − Dicatat volume KOH yang terpakai b. Penentuan kadar air − Contoh minyak ± 10 gram dimasukkan kedalam petridish yang telah ditentukan berat kosongnya Universitas Sumatera Utara − Dipanaskan diatas hot plate selama 5-10 menit − Didinginkan didalam desicator selama 15 menit − Ditimbang kembali contoh yang telah didinginkan dan dicatat beratnya c. Penentuan kadar kotoran − Kertas saring GF dengan n-Heksan dibilas dan dimasukkan kedalam Bohfilter − Dikeringkan bohfilter di dalam oven selama 60 menit pada suhu 100-105 o − Didinginkan didalam desicator selama 15 menit C − Ditimbang berat bohfilter yang telah dikeringkan − Ditimbang contoh minyak 10-12 gram kedalam gelas piala yang telah ditentukan berat kosongnya − Ditambahkan n-Heksan 50 ml kedalam contoh minyak dan diaduk sampai semua contoh minyak larut − Disaring contoh minyak dengan boh filter − Dicuci bohfilter dengan n-Heksan sampai filtratnya bebas dari minyak atau lemak − Dikeringkan bohfilter dalam oven pada suhu 100-105 o − Didinginkan dalam desicator selama 15 menit C selama 60 menit − Ditimbang berat bohfilter yang telah dikeringkan Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil