Alkanolamida yang digunakan untuk formula pangan, kosmetika dan obat obatan haruslah bebas dari bahan beracun, pelarut, asam lemak bebas, amina yang berlebih serta
harus tidak berbau dan bentuknya menarik. Namun penelitian untuk memproduksi alkanolamida pada skala industri masih kurang karena penghilangan pelarut dan warna
yang tidak diinginkan memerlukan tahapan yang rumit dan biaya yang tinggi Daniel, 2007.
2.4. Dietanolamina
Dietanolamina adalah senyawa yang terdiri dari gugus amina dan dialkohol. Dialkohol menunjukkan adanya dua gugus hidroksil pada molekulnya. Dietanolamina juga dikenal
dengan nama bis hydroxyethylamine, diethylolamine, hydroxtdiethylamine, diolamine
dan 2,2-iminodiethanol. Sidat-sifat dietanolamina adalah sebagai berikut : a.
Rumus molekul : C
4
H
11
NO
2
b. Berat molekul
: 105,1364 gmol c.
Densitas : 1,090 gcm
3
d. Titik leleh
: 28ºC 1atm e.
Titik didih : 268,8ºC 1atm
f. Kelarutan
: H
2
O, alcohol, eter
Dietanolamina banyak digunakan dalam produk kosmetik dan detergen karena mampu menciptakan tekstur yang lembut dan foaming agent
2.5. Surfaktan
Surfaktan adalahbahan yang memiliki gugus hidrofil suka air dan gugus lipofil suka minyak. Kedua gugus tersebut memiliki keseimbangan hidrofilik dan lipofilik
Hidrophilic Lipophilic Balance = HLB yang menggolongkan jenis surfaktan tersebut, apakah pengemulsi, pembasah, deterjen, atau anti busa dan sebagainya Martin,1993.
Molekul-molekul atau ion-ion yang teradsorpsi pada pembatasan interfasa disebut sebagai bahan aktif permukaan surface active agents atau surfaktan
surfactants. Surfaktan mempunyai peran penting untuk menurunkan tegangan permukaan bahanyang dikenai. Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu
sebagai bahan pembasah wetting agent, bahan pengemusi emulsifying, dan sebagai bahan penglarut solubilizing agent. Aktifitas kerja suatu surfaktan karena sifat ganda
dari molekul tersebut Pavia,1976. Molekull surfaktan memiliki bagian polaryang suka akan air dan bagian yang nonpolar yang suka akan minyaklemak. Bagian polar molekul
surfaktan dapat bermuatan positif, negatif ataunetral Lehninger,1988. Siat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorpsi pada antar muka udara-air, minyak-air dan
zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam
fase minyak. Surfaktan turunan asam lemak dengan alkohol merupakan surfaktan nonionik
yang banyak digunakan sebagai pengemulsi dalam makanan, sediana farmasi dan kosmetik karena tidak toksis. Emulsi yang dihasilkan umumnya tidak sensitif terdapat
pengaruh elektrolit, sehingga yang diperoleh relatif stabil Meffert,1984. Penelitian sifat-sifat biologis dari surfaktan termasuk skrining dari efikasi
antimikroba dan biodegradabilitas. Asam lemak dari berbagai jenis asam lemak berantai panjang dikenal karena sifat antimikrobanya. Biodegradabilitas dari surfaktan telah
menjadi subjek dari berbagai penelitian beberapa tahun belakangan ini sehingga menjadi ketertarikan yang luas dalam pengembangan molekul surfaktan yang memiliki sifat
antimikroba dan juga kompatibilitas terhadap lingkungan. Bermacam-macam surfaktan yang telah disintesis dan beberapa diantaranya telah diaplikasikan terutamauntuk
kosmetik dan makanan Sivasamy,2001. Surfaktan digunakan dalam pengolahan pangan untuk meningkatkan mutu produk
dan mengurangi kesulitan penanganan bahan yang mudah rusak. Pemakaian surfaktan selama produk disimpan akan mempertahankan viskositas, tekstur, mountfeel dan
memperpanjang masa simpangnya, yang termasuk dalam golongan surfaktan adalah pengemulsi, penstabil, dan pembasah Winarno,1997.
Klasifikasi surfaktanbedasarkan muatannya dibagi menjadi empat golongan Swern,1979 yaitu :
1. Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion
2. Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation
3. Surfaktan non-ionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan
Ester sukrosa asam lemak merupakan salah satu contoh surfaktan non-ionik dengan residu sukrosa sebagai polarnya Brahmana,1993.
4. Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif
dan negatif Sebagai gambaran untuk perimbangan hidrofil-lipofil bahan-bahan aktif permukaan,
dapat digunakan skala keseimbangan hidrofil-lipofil yang sering disebut HLB Hidrophilic-lipophilic balance yang ditemukan oleh Grifin 1949. Dengan bantuan
harga keseimbangan ini, maka kita dapat membentuk rentang HLB setiap surfaktan secara optimal gambar 2.3. Makin besar nilai HLB suatu bahan maka bahan tersebut semakin
bersifat hidrofilik. Umumnya bagian nonpolar lipofilik adalah merupakan rantai alkil yang panjang,
sementara bagian yang polar hidrofilik mengandung gugus hidroksil. Belitz dan Grosch,1986. Sebagian gambaran untuk perimbangan hidrofil-lipofil bahan-bahan aktif
permukaan, dapat digunakan skala keseimbangan hidrofil-lipofil yang sering disebut HLB Hidrophilik Lipophilik Balance yang ditemukan oleh Grifin 1949. Dengan bantuan
harga keseinbangan itu , maka kita dapat membentuk rentang HLB setiapsurfaktan secara oktimal gambar 2.3. Makin besar nilai HLB suatu bahan maka bahan tersebut semakin
bersifat hidrofilik.
Hubungan antara silai HLB dengan penggunaanya sebagai surfaktan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.3. Skala Keseimbangan Hidrofil Lipofil HLB Secara teori harga HLB suatu bahan dapat dihitung bedasarkan harga gugus
hidrofilik lipofilik yang derivatnya dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 2.1. Harga HLB beberapa gugus hidrofilik dan lipofilik GUGUS HIDROFIL
HARGA HLB -SO4Na
+
38.7 -COONa
+
19.1 -Namida tersier
9.4 -Ester cincin sorbitan
6.8 -Ester bebas
2.4 -Hidroksil bebas
1.9 -Hidroksil cincin sorbital
0,5 GUGUS LIPOFIL
-CH3 0.475
-CH2 0.475
=CH- 0.475
Bedasarkan harga yang terdapat pada tabel 2.1. diatas dapat ditentukan harga HLB secara teori dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
HLB = gugus hidrofil – gugus lipofil + 7 Harga HLB dapat ditentukan dengan harga CMC Critical micelle Concentrstion. Harga
CMC diperoleh dengan mengunakan alat tensiometer. Kemudian dengan menggunakan rumus berikut maka akan diperoleh harga HLB Brahmana,dkk,1993.
HLB = 7-0,36 ln CoCn Dimana :Cw = Harga CMC Co = 100-Cw
Penentuan harga HLB dapat juga diperoleh bedasarkan harga bilangan penyabunan dan bilangan asam yakni dengan menggunakan rumus sebagai berikut Shido
dan Firberg,1983.
HLB =20 1-SA Dimana : S = bilangan penyabunan
A = bilangan asam Nilai HLB untuk beberapa bahan dan nilai yang sehubungan dengan tujuan
penerapannya tercantum pada tabel 2.2. Tabel 2.2. Nilai HLB dalam kaitannya dengan kegunaan industri
Kisaran HLB Penggunaan
3-6 7-9
8-18 15-18
Pengemulsi wo Humectans
Pengemulsi ow Pemantap Turbiditas
Sumber : Belizt dan Grosch, 1986
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Alat-alat
- Neraca Analitik
Mettler PM 200 -
Perkolator -
- Labu Leher Dua
Pyrex -
Labu Takar Pyrex
- Gelas Erlemeyer
Pyrex -
Gelas Beaker Pyrex
- Gelas Ukur
Pyrex -
Corong Pisah Pyrex
- Corong Saring
Pyrex -
Termometer Fisher Scientific
- Buret
Pyrex -
Pendingin Bola Jena
- Hotplate Stirer
Pisons -
Rotarievaporator Heildolph VV2000
- Tabung CaCl
2
- -
Botol Aquades -
- Magnetik Stirer
- -
Desikator -
- Spektrofotometer FT-IR
Shimadzu -
Blender -