digunakan. Insisi pada segmen bawah rahim mempunyai keuntungan yaitu hanya membutuhkan sedikit pembebasan kandung kemih dari
myometrium Cunningham, 2010.
2.2.3.3 Seksio Sesarea Klasik
Indikasi seksio sesarea klasik adalah plasenta previa, letak janin melintang atau oblik dan jika persalinan cepat sangat penting. Seksio
sesarea klasik merupakan tindakan paling sederhana. Buatlah insisi vertikal pada bagian bawah korpus uteri melalui peritoneum viseral ke
dalam miometrium. Setelah masuk ke dalam kavum uteri , perluaslah insisi ke arah kaudal dan kranial dengan gunting perban. Lahirkan bayi,
plasenta, dan selaput ketuban. Tutuplah insisi dengan tiga lapis jahitan yang dapat diserap. Tutuplah dua lapisan yang lebih dalam dengan jahitan
terputus atau bersambung menggunakan benang 0 atau 00 dan lapisan yang lebih atas dengan jahitan bersambungatau baseball menggunakan
benang 00 atau 000 Pernoll, 2009.
2.2.4 Komplikasi Seksio Sesarea
Pernoll 2009 menyatakan beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada kasus seksio sesarea.
a. Kematian Ibu.
Angka kematian ibu pada seksio sesarea adalah 40-80100.000, meningkat sebanyak 25 kali angka kematian ibu pada persalinan per
vaginam. b.
Kesakitan Ibu selama Operasi. Komplikasi pembedahan selama seksio sesarea berkisar di atas
11 kira-kira 80 minor dan 20 mayor. Komplikasi mayor meliputi trauma pada kandung kemih, laserasi sampai serviks atau
vagina, laserasi korpus uteri, laserasi melalui ismus ke ligamentum latum, laserasi pada kedua arteri uterina, trauma usus dan trauma pada
bayi dengan sekuele. Komplikasi minor meliputi transfusi darah, trauma pada bayi tanpa sekuele, laserasi minor pada isus dan kesulitan
melahirkan.
Universitas Sumatera Utara
c. Kesakitan Ibu Pascaoperasi
Kesakitan pasca seksio sesarea kira-kira sebesar 15 dan sekitar 90 di antaranya disebabkan oleh infeksi endometitis, infeksi
saluran kemih, sepsis karena luka. Komplikasi lebih banyak terjadi pada kasus seksio darurat kira kira 25 sedangkan pada kasus elektif
hanya 5. Predisposisi terjadi kesakitan pasca operasi adalah lamanya pecah selaput ketuban sebelum operasi, lama persalinan sebelum
operasi, anemia dan obesitas. Komplikasi non infeksi pasca bedah yang lazin 10 total komplikasi meliputi ileus paralitik,
perdarahan intraabdominal, paresis kandung kemih, trombosis dan gangguan paru.
2.3 Spinal Anestesi
Disebut juga spinal analgesia atau subarachnoid nerve block, terjadi karena deposit obat anestesi lokal di dalam ruangan subarachnoid.
Terjadi blok saraf yang spinalis yang akan menyebabkan hilangnya
aktivitas sensoris, motoris dan otonom Morgan, 2006. Berbagai fungsi yang dibawa saraf-saraf medula spinalis misalnya
temperatur, sakit, aktivitas otonom, rabaan, tekanan, lokalisasi rabaan,
fungsi motoris dan proprioseptif. Secara umum fungsi-fungsi tersebut
dibawa oleh serabut saraf yang berbeda dalam ketahanannya
terhadap obat anestesi lokal. Oleh sebab itu ada obat anestesi lokal yang lebih mempengaruhi sensoris daripada motoris. Blokade dari medulla
spinalis dimulai kaudal dan kemudian naik ke arah sephalad.Serabut saraf yang bermielin tebal fungsi motoris dan propioseptif paling resisten dan
kembalinya fungsi normal paling cepat, sehingga diperlukan konsentrasi tinggi obat anestesi lokal untuk memblokade saraf tersebut.Level blokade
otonom 2 atau lebih dermatom ke arah sephalik daripada level analgesi kulit, sedangkan blokade motoris 2 sampai 3 segmen ke arah kaudal dari
level analgesi Morgan, 2006.
Universitas Sumatera Utara