Pada prinsipnya setiap kredit yang diberikan harus dibayar kembali oleh debitor baik atas bunga, denda ataupun biaya-biaya yang lain, sehingga bank dengan segala cara
dan upayanya tetap harus melakukan upaya penagihan.
2. Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Arbitrase
Industri Perbankan menurut pasal 66 Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 dan penjelasannya merupakan ruang lingkup sengketa yang dapat diarbitrasekan.
141
Apa yang disebutkan di atas sesuai dengan pasal 5 Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 yang berbunyi;
Memang tidak semua sengketa perbankan dapat diselesaikan melalui arbitrase, dengan kata lain sengketa perbankan yang dapat diarbitrasekan hanyalah sebatas
sengketa yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengkete serta sengketa yang dapat diadakan
perdamaian.
1 Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa di
bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hokum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang
bersengketa.
2 Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa
yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian.
Dari ketentuan ini dapat dipastikan bahwa tidaklah semua sengketa perbankan dapat diarbitrasekan, akan tetapi tidak sedikit sengketa perbankan yang dapat
141
Undang-Undang No. 30 Tahun 1999, pasal 66 dan penjelasannya
Universitas Sumatera Utara
diarbitrasekan seperti sengketa kredit macet, kredit sindikasi, usaha patungan dan beberapa jenis sengketa lainnya.
Jenis sengketa tersebut pada kondisi perekonomian Indonesia yang carut marut ini menumpuk di beberapa lembaga keuangan yang ada seperti bank.
Penumpukan perkara ini, menjadi persoalan tersendiri bagi dunia perbankan dalam artian merupakan suatu tuntutan bagi kalangan industri perbankan saat ini untuk dapat
menyelesaiakn sengketanya secara cepat dan hemat biaya agar arus perputaran uang menjadi lancer.
Hal ini penting apabila dikaitkan dengan usaha pokok dari bank yaitu sebagai suatu lembaga yang bergerak di bidang pengumpulan uang dari masyarakat yang
selanjutnya didistribusikan kembali kepada mereka sendiri dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.
142
Lembaga arbitrase dalam industri perbankan yang terbentuk baru arbitrase yang khusus menangani sengketa-sengketa perbankan syariah atau yang biasa
disebut dengan Basyarnas Badan arbitrase Syariah Nasional yang dahulu dikenal dengan BAMUI Badan Arbitrase Muamalat Indonesia.
Sudah barang tentu apabila suatu industri perbankan mempunyai banyak sengketa dan mengalami kendala dalam penyelesaiaanya akan
menimbulkan kerugian dan kemacetan dalam arus perputaran uang misalnya sengketa kredit macet.
BAMUI dahulu dibentuk bersamaan dengan dibentuknya Bank Muamalat
142
Zulkarnain Sitompul, Problematika Perbankan, Cet. Ke-1. Bandung : Book Terrace Library, 2005, hal. 12.
Universitas Sumatera Utara
Indonesia yang merupakan bank syariah pertama di Indonesia. Lembaga ini didirikan berdasarkan SK No Kep-392MUIV1992, tujuannya untuk menangani
sengketa antara nasabah dan bank syariah pertama tersebut. Pada tahun 2003, beberapa bank atau Unit Usaha Syariah UUS lahir sehingga BAMUI dirubah
menjadi badan Basyarnas. Perubahan tersebut berdasarkan SK MUI No Kep-09MUIXII2003 tertanggal 24 Desember 2003
143
Menyelesaikan sengketa perbankan melalui arbitrase sebenarnya merupakan salah satu hal yang tepat, karena arbitrase sampai saat ini sudah menjadi
primadona dalam menyelesaiakan sengketa di antara para pihak. Arbitrase juga memiliki karakterisitik tertentu yang tidak dimiliki oleh badan peradilan lain dan
ini merupakan keunggulan arbitrase sebagai metode penyelesaian sengketa. .
3. Penyelesaian kredit melalui jalur peradilan