Ketentuan Hukum dalam Pencegahan Kredit Macet

3. Ketentuan Hukum dalam Pencegahan Kredit Macet

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan pasal 29 ayat 4 menyebutkan bahwa dalam memberikan kredit dan melakukan usaha lainnya, nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank. Hal tersebut yang menjadikan dasar atas perlunya bank menetapkan beberapa tindakan yang mungkin bank dapat mencegah terjadinya kredit bermasalah, antara lain : 96 1. Penyusunan “Pedoman Minimum Kebijaksanaan Perkreditan” Bank diwajibkan untuk memiliki pedoman kebijaksanaan perkreditan yang memenuhi standar minimum yang harus digunakan dalam proses setiap pemberian kredit. Pedoman ini memuat mengenai kewajiban bank membentuk dan menggunakan Komite Kredit. 2. Penyempurnaan sistem informasi kredit dan daftar kredit macet Penyempurnaan ini masih menitikberatkan kepada Daftar Kredit Macet yang disusun atas dasar laporan yang disampaikan oleh bank dan ternyata belum sepenuhnya akurat. Oleh karena itu dilakukan cara dengan memasukkan debitur yang kreditnya dinyatakan bermasalah berdasarkan hasil pemeriksaan Bank Indonesia. 3. Pencantuman debitur macet dalam daftar orang yang tidak boleh menjadi pengurus bank. 96 Mansjurdin Nurdin, Permasalahan Utama Perbankan Swasta Nasional Dewasa Ini dan Upaya Penanggulangannya Makalah pada Kongres Perbanas XII1994, Jakarta, 26 Mei 1994, hal. 23- 24, sebagaimana dikutip oleh Hasanuddin Rahman, Op. cit., ha. 37. Universitas Sumatera Utara 4. Penyusunan pedoman penerapan sanksi bagi pengurus bank yang melaporkan kredit macet yang tidak benar, hal ini terdapat pada pasal 49 ayat 1 UU No. 10 Tahun 1998 dimana tindakan pelaporan yang tidak benar dapat dikategorikan sebagai perbuatan pidana. 5. Pelaksanaan fungsi internal audit pada bank, yang merupakan kewajiban dan akan dikenakan sanksi apabila tidak dilakukan. Hal ini ditentukan pada 21 April 1994 antara Bank Indonesia dengan The Institute of Internal Auditors-Indonesia. 6. Policy statement pemberian kredit kepada grup pemilik bank dan debitur tertentu, yang memuat besarnya fasilitas kredit yang akan diberikan dalam periode tertentu. Dalam Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 pasal 8 ayat 2, kembali ditegaskan bahwa Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah. Kebijakan perbankan dalam bidang perkreditan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia berdasarkan ketentuan hukum di atas, antara lain adalah Surat Keputusan Direktur BI No. 27162KEPDIR tentang Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijaksanaan Perkreditan Bank Bagi Bank Umum, tanggal 31 Maret 1995. Kebijakan ini mewajibkan setiap bank menyusun kebijakan perkreditan, mengingat bank dalam melakukan pemberian kredit mengandung risiko yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan kelangsungan usaha bank, maka dalam pelaksanaannya harus didasarkan pada asas-asas perkreditan yang sehat. Agar pelaksanaannya dapat Universitas Sumatera Utara konsisten dan berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat, diperlukan suatu kebijakan tertulis. Sebagai pengatur kebijakan perbankan Indonesia, Bank Indonesia memberikan panduan atau pedoman bagi bank dalam penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank KPB, yang terdapat pada lampiran SK DIR Bank Indonesia tersebut, yaitu Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank PPKPB. PPKPB hanya memberikan panduan mengenai aspek dan standar minimal yang wajib dimuat dalam KPB masing-masing bank, yang kemudian bank dapat memperluas KPB sesuai dengan kebutuhan masing-masing bank. 97 a. Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan b. Organisasi dan manajemen perkreditan c. Kebijaksanaan persetujuan perkreditan d. Dokumentasi 98 e. Pengawasan kredit dan administrasi kredit f. Penyelesaian kredit bermasalah Begitu luasnya dampak kredit bermasalah menunjukkan perlu adanya mekanisme untuk mencegah maupun penanganan terjadinya kredit bermasalah. Pertama, penerapan prudent credit management dalam perkreditan sangat dibutuhkan karena faktor-faktor penyebab timbulnya kredit bermasalah yang 97 Bank Indonesia, Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank PPKPB, Lampiran SK DIR BI No. 27162DIR, hal. 3, point 163. 98 Dokumen Kredit adalah seluruh dokumen yang diperlukan dalam rangka penyaluran kredit yang merupakan bukti perjanjianikatan hukum antara bank dengan debitur dan bukti kepemilikan agunan serta dokumen-dokumen perkreditan lainnya yang merupakan perbuatan hukum danatau mempunyai akibat hukum, PPKPB, hal. 27. Universitas Sumatera Utara sebagian besar adalah dampak dari kurangnya kehati-hatian dalam penyaluran kredit. Jika sejak awal asas kehati-hatian itu telah dilakukan, maka terjadi kredit bermasalah secara total dapat diatasi. 99 Prudent credit management bertujuan : 100 a. Pertumbuhan kredit lancar yang berkualitas b. Maksimalisasi keuntungan dengan cara penentuan suku bunga pinjaman yang tepat c. Maksimalisasi kualitas aktiva produktif minimalisasi kredit bermasalah Selain prudent credit management, penerapan prinsip-prinsip dalam perkreditan sebagaimana telah diuraikan sebelumnya juga dapat sebagai bagian dari mekanisme pencegahan kredit bermasalah selanjutnya. Hal tersebut juga termasuk dalam mematuhi 18 prinsip pemberian kredit oleh Roger H. Hale. 101 a. Quality of credit is more important than exploiting new opportunities 18 prinsip pemberian kredit tersebut adalah : b. Every loan should have two ways out that are not related and exist from beginning c. The character of the borrower or in the case of corporations, the principal management and shareholders must be free of any doubt as to their integrity. d. If you do not understand the business, do not lend to it e. It is your decision, and you must free and comfortable with it according to your adjustment f. The purpose of a loan should contain the basis of its repayment g. If you have all the facts, you do not need to be genius to make right decision h. The business cycle is inevitable i. Although it is harder than evaluating financial statement, assessing a companys management quality is vital j. Collateral security is not a substitute for repayment. First way out credit is cash flow k. Where security is taken, a professional and impartial view of its value and marketability must be obtained l. Lending to smaller business is riskier than lending to larger ones 99 Mariam Darus Badrulzaman , Aneka Hukum Bisnis Bandung : Alumni, 2005, hal. 108. 100 Iwan R. Prawiranata, Penerapan Prudent Banking Management Dalam Strategi Pengelolaan Kredit Jakarta : ISEI, 1994, hal. 18. 101 Mahmoedin, Op. cit., hal. 10. Universitas Sumatera Utara m. Do not let poor attention to detail credit administration spoil and therwise sound loan n. Local banks should b participant in lending to local borrowers o. If a borrower wants a quick answer, it is “no” p. If the loan is to be guaranteed, be sure that the guarantor’s interest is served as well as borrower’s q. See where the bank’s money is going to be spent r. Think first for the bank. Risk increase when credit principle are violated Setelah memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip dalam penyaluran kredit, Bank Indonesia juga menerapkan self reguating bank sebagai upaya untuk mencegah kredit bermasalah. Self regulating bank memberikan keleluasaan bagi tiap bank untuk membuat ketentuan sendiri dengan mengacu pada asas pengeolaan yang sehat dan prinsip kehati-hatian, yakni sebagai berikut : 102 a. Bank wajib menyusun dan menyampaikan rencana kerja tahunan termasuk rencana penyaluran kredit b. Pelaksanaan fungsi kredit intern bank yang efektif c. Sistem dan prosedur kebijaksanaan Perkreditan Bank KPB yang pokok- pokoknya meliputi memegang prinsip kehati-hatian, menciptakan organisasi dan manajemen perkreditan yang handal, memiliki kebijaksanaan persetujuan kredit, memiliki kebijaksanaan persetujuan kredit, memiliki dokumentasi dan administrasi kredit yang baik, melakukan pengawasan kredit dan menyelesaikan kredit bermasalah. Tindakan pencegahan timbulnya kredit bermasalah sangat penting karena jika bank lebih dini menentukan potential loan problem akan banyak peluang dan lebih 102 Rasjim Wiraatmadja, dkk. Solusi Hukum dalam Menyelesaikan Kredit Bermasalah Jakarta : InfoBank, 1997, hal. 8. Universitas Sumatera Utara luas prospek untuk mencegah terjadinya kerugian. 103 Dua faktor kunci dalam penanganan kredit bermasalah adalah deteksi dini early warning system dan tindakan koreksi yang cepat prompt corrective action. 104 Tindakan untuk mencegah kredit bermasalah dapat diawali dengan melalui monitoring yang meliputi antara lain : 105 a. Pemantauan kredit yaitu meliputi pemantauan administrasi, pemantauan setempat, dan pemantauan khusus. b. Proses pemburukan kredit ialah suatu bentuk meningkatnya jumlah kredit bermasalah selama kurun waktu tertentu. Kondisi pemburukan dapat terjadi dengan perubahan kolektibilitas dan dengan cara lain. c. Pelacakan indikasi dimana berupa upaya pendekatan untuk memperoleh informasi dan data guna memperoleh kepastian dan dapat menentukan tindakan selanjutnya. Berkaitan dengan tugasnya, Bank Indonesia juga mempunyai beberapa kebijakan dalam rangka mencegah dan menyelesaikan kredit bermasalah antara lain : 106 103 Mahmoedin, Op. cit., hal. 44 104 Pradjoto , “Versi Bank BUMN : Mekanisme Pemberian Kredit dan Penyelesaian Kredit Bermasalah,” Makalah disampaikan pada Seminar Sehari Solusi Hukum Penyelesaian Kredit Bermasalah dan Hambatan dalam Penyaluran Kredit, Jakarta, 2 Agustus 2006, hal 26. Deteksi dini berupa mengenali gejala kredit yang mulai memburuk lebih awal dan menyusun kredit yang mengandung potensi kelemahan dalam watch list. Sedangkan tindakan koreksi yang cepat meliputi kredit dalam watch list yang semakin memburuk dikategorikan sebagai kredit bermasalah Workout account, kredit diklasifikasikan menurut risiko kolektibilitas dan dicadangkan PPA-nya sesuai risiko, dan terakhir dilakukan penanganan kredit bermasalah. 105 Mahmoedin, Op. cit., hal. 44. Universitas Sumatera Utara 1. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 625SE2004 tanggal 22 Oktober 2004 tentang Rencana Bisnis Bank Umum Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4457, Dalam rangka mencapai tujuan usaha Bank yang berpedoman kepada visi dan misi yang telah ditetapkan maka Bank perlu menyusun suatu perencanaan yang matang dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan responsif terhadap perubahan eksternal dan internal. Untuk menghasilkan perencanaan yang matang tersebut, Bank harus menyusun Rencana Bisnis yang realistis dan komprehensif dengan cakupan Rencana Bisnis yang diperluas sehingga lebih mencerminkan kompleksitas usaha Bank yang semakin meningkat. 2. Ketentuan tentang Kewajiban Bank Umum untuk menerapkan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank. Peraturan Bank Indonesia PBI No. 16PBI1999 tanggal 20 September 1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum. Standar Pelaksanaan fungsi audit intern bank diperlukan dalam rangka mewujudkan sistem perbankan yang sehat serta untuk menjaga dan mengamankan kegiatan usaha sesuai dengan kebijakan bank dan peraturan yang berlaku. Standar pelaksanaan fungsi audit intern bank termasuk menyusun internal audit charter, 106 “Kebijaksanaan Bank Indonesia dalam Penyelesaian Masalah Kredit Macet Perbankan, disampaikan dalam Kursus Manajemen Kredit Bermasalah Angkatan ke-7 yang diselenggarakan oleh Institut Bankir Indonesia, 4-5 April 1997 di Jakarta, hal. 6-10. Universitas Sumatera Utara membentuk dewan audit, membentuk satuan kerja audit intern, dan menyusun panduan audit. 3. Penetapan Ketentuan Tentang Cara Tukar Menukar Informasi Antar Bank yang sekarang namanya telah berubah menjadi Badan Informasi Kredit BIK, dasar pembentukan BIK adalah Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 3 tahun 2004 Pasal 32 yang memberikan kewenangan bagi BI untuk mengatur dan mengembangkan sistem informasi antar bank yang dapat diperluas dengan menyertakan lembaga lain di bidang keuangan. Sedangkan operasional BIK diatur melalui Peraturan Bank Indonesia No. 914PBI2007 tanggal 30 November 2007 tentang sistem informasi debitur SID yang mencabut PBI SID No. 78PBI2005 Tanggal 24 Januari 2005. Bank dapat melakukan tukar menukar informasi antar bank dengan tujuan untuk memperlancar dan mengamankan kegiatan usaha bank, antara lain guna mencegah pemberian kredit rangkap serta mengetahui keadaan dan status dari suatu bank yang lain. 107 107 Apakah kredit bermasalah merupakan bagian dari rahasia bank ? Hal tersebut menjadi perdebatan para ahli. Namun, secara universal diakui bahwa kepentingan bank itu sendiri yang kemudian merupakan kepentingan bagi masyarakat luas memberikan justifikasi untuk membuka rahasia bank. Suatu perkembangan diberikan UU Perbankan No. 10 Tahun 1998 dimana dijelaskan yang termasuk kategori rahasia bank hanya informasi mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Jadi, informasi mengenai nasabah debitur tidak termasuk ke dalam pasal 40 ayat 1 UU No. 10 Tahun 1998. Hal tersebut juga dapat membantu bank dalam menilai risiko yang akan dihadapi sebelum melakukan suatu transaksi. Munir Fuady , Hukum Perbankan Modern Buku Kesatu Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003, hal. 97. Universitas Sumatera Utara 4. Ketentuan Mengenai Penyertaan Modal dan Kepemilikan Saham oleh Bank Peraturan Bank Indonesia PBI No. 510PBI2003 tanggal 1 April 2003 tentang prinsip kehati-hatian dalam kegiatan penyertaan modal. Penyertaan modal hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu paling lama 5 lima tahun atau perusahaan dimana bank telah mendapatkan laba. Apabila telah lewat jangka waktu tersebut atau perusahaan belum juga mendapatkan laba, maka bank wajib menghapusbukukan penyertaan modal tersebut. 5. Ketentuan mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK Peraturan Bank Indonesia PBI No. 813PBI2006 tentang perubahan atas PBI No. 732005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Batas Maksimum Pemberian kredit. Ketentuan BMPK akan membantu bank mengurangi risiko dengan cara menyebarkan penyediaan dana sehingga tidak terpusat pada peminjam tertentu. 6. Ketentuan mengenai Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Peraturan Bank Indonesia No. 819PBI2006. Bank berkewajiban untuk menjaga kualitas penanaman dana bank pada aktiva produktif senantiasa dalam keadaan baik karena akan sangat mempengaruhi kelangsungan usaha bank. Sedangkan penyisihan penghapusan aktiva produktif dimaksudkan guna menilai kesiapan bank dalam menanggung kemungkinan timbulnya risiko kerugian dalam penanaman dana yang dilakukan. Universitas Sumatera Utara

B. Pengaturan Penyelesaian Kredit Macet 1. Pedoman Penyelesaian Kredit Bermasalah