Prosedur dan Mekanisme Pemberian Kredit Perbankan

sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya. 7. Protection, adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi. Sedangkan yang dikenal dengan prinsip 3 R terdiri dari hasil yang dicapai return, pembayaran kembali repayment, dan kemampuan untuk menanggung risiko risk bearing ability. 80 Yang dimaksud dengan prinsip 3R adalah singkatan dari Returns, Repayment, dan Risk Bearing Ability. 1. Returns hasil yang diperoleh Returns merupakan hasil yang akan diperoleh oleh debitur, dalam hal ini ketika telah dimanfaatkan nanti mestilah dapat diantisipasi oleh kreditur. Artinya perolehan tersebut mencukupi untuk membayar kembali kredit beserta bunga, ongkos – ongkos, di samping membayar cash flow, kredit lain jika ada dan lain – lain. 2. Repayment pembayaran kembali Kemampuan membayar dari pihak debitur tentu saja harus dipertimbangkan. Apakah kemampuan membayar tersebut sesuai dengan jadwal pembayaran kembali dari kredit yang akan diberikan itu. 3. Risk Bearing Ability kemampuan menanggung resiko Selain itu juga perlu diperhatikan sejauh mana terdapatnya kemampuan debitur untuk menanggung resiko. Misalnya dalam hal terjadi hal – hal di luar antisipasi kedua belah pihak. Terutama jika dapat menyebabkan timbulnya kredit macet. Untuk itu harus diperhatikan apakah jaminan danatau asuransi barang atas kredit sudah cukup aman untuk menutupi resiko tersebut.

2. Prosedur dan Mekanisme Pemberian Kredit Perbankan

Setelah memperhatikan prinsip-prinsip perkreditan yang umum dikenal, suatu bank juga mempunyai Pedoman Kebijakan Perkreditan Bank sebagaimana yang diamanatkan oleh surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No. 27162KEPDir. 31 Maret 1995 tentang Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank PPKPB. 80 Firdaus, Op. cit., hal. 89-90 Universitas Sumatera Utara PPKPB tersebut mengatur mengenai bagaimana cara memberikan kredit prosedur, bagaimana memonitori kredit, dan bagaimana menyelamatkan kredit yang bermasalah. Suatu kebijaksanaan perkreditan bank minimal memuat ketentuan- ketentuan sebagai berikut : 81 a. Portofolio kredit yang sehat b. Organisasi dan manajemen perkreditan c. Kebijakan persetujuan kredit d. Administrasi dan dokumentasi kredit e. Monitoring dan pengawasan kredit f. Penyelamatan dan penyelesaian kredit bermasalah Kebijaksanaan ini dilakukan untuk menghindari dampak dari risiko yang mungkin terjadi. Risiko kredit yang mungkin terjadi antara lain adalah risiko usaha, risiko geografis, risiko keramaiankeamanantawuranperkelahian, risiko politikkebijakan pemerintah, risiko ketidakpastian dan risiko lainnya. 82 Dengan memperhatikan prinsip dan pedoman kebijakan dalam perkreditan bank diatas, tiap-tiap bank mempunyai kebebasan untuk menentukan mekanisme penyaluran kredit. Mekanisme pemberian kredit adalah tahap-tahap yang harus dilalui Jika terjadi risiko-risiko kredit tersebut maka kemungkinan besar akan menyebabkan terjadinya kredit bermasalah. 81 Ibid, hal 41-52. 82 Ibid, hal. 36. Universitas Sumatera Utara sebelum suatu kredit diputuskan untuk diberikan. 83 Mekanisme pemberian kredit bank tersebut meliputi persiapan kredit, analisis atau penilaian kredit, keputusan kredit, pelaksanaan dan administrasi kredit, dan supervise kredit dan pembinaan debitur. 84 Tahap persiapan kredit adalah tahap awal untuk para pihak saling mengenal. Tahap ini dapat dilakukan melalui wawancara untuk mendapatkan informasi dasar. 85 Selain itu, tahap persiapan ini juga dapat dilakukan dengan pengajuan proposal dan pelampiran dokumen-dokumen oleh debitur. 86 Selanjutnya, tahap analisis adalah tahap penilaian usaha dan proyek pemohon kredit. 87 Aspek – aspek penilaian tersebut meliputi antara lain aspek yuridis, aspek pasar, aspek keuangan, aspek teknisi, aspek manajemen, aspek social ekonomi, aspek AMDAL suatu proyek yang akan dibiayai dengan kredit tersebut. 88 Di samping itu, dikenal juga aspek hubungan yaitu meliputi hubungan baik dengan berbagai pihak dan pemeliharaan hubungan selama ini. 89 Aspek tenaga kerja, komersial, agunan, dan aspek-aspek khusus lainnya juga menjadi dasar analisis kredit. 90 Hasil analisis tersebut haruslah bersifat obyektif karena kemudian akan menjadi penentu dalam tahap keputusan kredit dimana akan diputuskan apakah permohonan kredit akan diterima atau ditolak. Jika diterima, maka akan dilakukan ke 83 Ibid, hal. 35. 84 Firdaus, Op. cit., hal. 91. 85 Ibid, hal. 91. 86 Kasmir, Op. cit., hal. 125-126. 87 Firdaus, Op. cit., hal. 94 88 Kasmir, Op. cit., hal. 121-123 89 Machmoedin, op.cit hal. 128. 90 Ibid, hal. 129-130 Universitas Sumatera Utara tahap pelaksanaan dan administrasi. Dalam tahapan tersebut, penandatanganan perjanjian kredit menjadi focus utama. Hal tersebut karena perjanjian kredit tersebut yang nantinya akan menjadi dasar pengikat para pihak untuk menjalankan kewajiban- kewajibannya. Terakhir adalah tahap supervisi dan pembinaan debitur yaitu supaya pengamanan kredit dengan memantau dan memberikan nasihat kepada debitur agar pengembalian kredit akan berjalan dengan baik. 91 Bank melakukan supervisi dan pembinaan melalui laporan hasil analisis kredit, perjanjian kredit, informasi tentang debitur, laporan keuangan, kartu operasional kredit, laporan hasil kunjungan setempat, dan instrument lainnya. 92 Dalam melakukan supervise, bank tidak dapat mencampuri urusan sehari-hari debitur dan bank juga berkewajiban selalu merahasiakan informasi untuk kepentingan debitur. 93 Supervisi dan pembinaan ini bertujuan agar pemberian kredit berjalan sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati, tercipta iklim saling percaya, dan tercipta administrasi yang memadai untuk kepentingan debitur, bank, dan pemerintah. 94 Tahap ini juga merupakan suatu upaya untuk meminimalisasikan munculnya kredit bermasalah. 95 91 Firdaus, Op. cit., hal. 133. 92 Ibid, hal. 135-137. 93 Ibid, hal. 136. 94 Ibid, hal. 134. 95 Ibid, hal. 134. Universitas Sumatera Utara

3. Ketentuan Hukum dalam Pencegahan Kredit Macet