BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kredit Macet disebabkan oleh faktor yang berasal dari Bank maupun dari Nasabah. Faktor internal perbankan yang meliputi kelemahan dalam analisis
kredit, kelemahan-kelemahan kredit, agunan, sumber daya manusia , teknologi, dan kecurangan petugas bank. Faktor internal nasabah yang
meliputi kelemahan karakter nasabah, kemampuan nasabah, musibah yang dialami nasabah, kecerobohan nasabah, dan manajemen nasabah
2. Upaya untuk mencegah dan menyelesaikan kredit bermasalah diatur dalam berbagai peraturan perundang – undangan antara lain :
a. Peraturan Bank Indonesia Nomor 625SE2004 tanggal 22 Oktober 2004 tentang Rencana Bisnis Bank Umum Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4457,
b. Ketentuan tentang Kewajiban Bank Umum untuk menerapkan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank. Peraturan Bank Indonesia PBI
No. 16PBI1999 tanggal 20 September 1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit
Intern Bank Umum.
Universitas Sumatera Utara
c. Penetapan Ketentuan Tentang Cara Tukar Menukar Informasi Antar Bank yang sekarang namanya telah berubah menjadi Badan Informasi
Kredit BIK d. Ketentuan Mengenai Penyertaan Modal dan Kepemilikan Saham oleh
Bank Peraturan Bank Indonesia PBI No. 510PBI2003 tanggal 1 April 2003 tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan
Modal. e. Ketentuan mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK
Peraturan Bank Indonesia PBI No. 813PBI2006 tentang Perubahan atas PBI No. 732005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Batas
Maksimum Pemberian kredit. f. Ketentuan mengenai Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Peraturan Bank Indonesia No. 819PBI2006.
Pengaturan berkaitan dengan pencegahan dan penyelesaian kredit bermasalah diatas sudah sangat ketat, dan pelaksanaannya dijalankan bank dengan
menjalankan Pedoman Pemberian Kredit hingga membuat kebijakan perkreditan Bank. Dalam Penyelesaian kredit bermasalah ada dua tindakan
penting yang harus dilaksanakan yaitu deteksi dini dan koreksi yang cepat terhadap kredit yang diberikan bermasalah. Kelemahan adalah dari sisi
pengawasan berjalannya sistem pemberian kredit tersebut .
Universitas Sumatera Utara
3. Pencegahan dan penyelesaian kredit macet pada Bank Sumut dilaksanakan dengan penerapan Good Corporate Governance, melaksanakan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan dan menerapkan secara ketat prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit. Good Corporate Governance pada PT
Bank Sumut memperoleh penilai sangat baik telah mampu menekan kredit bermasalah. Selanjutnya Kepatuhan PT bank Sumut dalam menjalankan
peraturan perundang-undangan diwujudkan dengan menciptakann fungsi kepatuhan yang efektif dengan berpedoman kepada prinsip kehati-hatian dan
selalu mengadakan pembinaan kepada unit kerja agar patuh comply kepada peraturan yang berlaku. PT Bank Sumut mengefektifkan pemantauan nasabah
dalam mencegah terjadinya kredit macet. Penyelesaian Kredit bermasalah melalui jalur hukum lebih ditekankan pada jalur non litigasi daripada jalur
litigasi di peradilan. Hal ini disebabkan waktu penyelesaian melalui non litigasi lebih cepat dibandingkan dengan jalur litigasi , selain itu biaya Proses
penyelesaian melalui jalur litigasi memerlukan dana. Faktor yang paling penting pemilihan jalur non litigasi yakni penyelesaian sengketa perkreditan
bisa memperoleh hasil maksimal, sedangkan melalui jalur litigasi kadangkala antara hasil yang diperoleh dengan biaya yang telah dikeluarkan tidak sesuai,
bahkan lebih besar. Hal utama yang dipilih ketika menyelesaikan kredit melalui jalur non litigasi adalah adanya itikad baik dan kemampuan
membayar nasabah Penyelesaian kredit bermasalah melalui restrukturisas Kredit Pada PT Bank Sumut tidak dilakukan sepanjang tahun 2008 dan 2009.
Universitas Sumatera Utara
B. Saran