Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penelitian ini akan membahas tentang implementasi Perjanjian Protokol Kyoto di Indonesia, Perjanjian Protokol Kyoto merupakan salah satu bentuk perjanjian internasional yang menangani masalah Perubahan Iklim Climate Change. Kerusakan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini di bumi diakibatkan oleh kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan tidak mengindahkan kelestarian alam sekitarnya. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk di bumi yang tiap tahun cenderung meningkat, dampaknya kebutuhan hidup manusia juga meningkat akibatnya untuk memenuhi kebutuhan itu sendiri telah terjadi eksploitasi sumber daya alam di berbagai belahan bumi. Akibat dari eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran tanpa memperhitungkan dampak maka mulai timbul apa yang disebut masalah lingkungan hidup. Meningkatnya aktivitas manusia dalam berbagai bidang terutama perindustrian telah menimbulkan berbagai masalah sosial dan lingkungan hidup yang berkembang baik di tingkat lokal maupun nasional. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh proses dan akibat dari kegiatan-kegiatan yang terjadi ditingkat regional dan global akibat pencemaran dan kerusakan lingkungan yang dilakukan di suatu tempa, dampaknya akan dirasakan di tempat lain yang sangat jauh. Masalah Universitas Sumatera Utara lingkungan hidupp ini berkembang lebih lanjut tidak hanya mencakup aspek ekologi tetapi juga aspek sosial ekonomi, dan politik sehingga pemecahan masalah tidak hanya cukup dari sudut ekologi tetapi juga secara komprehensif dari berbagai sudut pandang. Isu dasar yang dihadapi oleh semua bangsa dan negara adalah menjaga keseimbangan antara kegiatan pembangunan ekonomi yang memanfaatkan sumber daya alam dengan daya dukung lingkungan hidup yang terbatas. Kesadaran global akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup dan ekosistem telah mendorong semua negara di dunia untuk saling bekerja sama secara bahu membahu untuk bersama- sama melestarikan lingkungan hidup demi generasi mendatang. Merosotnya kualitas lingkungan serta meningkatnya kesadaran dan kepedulian lingkungan masyarakat dunia telah melahirkan gerakan-gerakan dan gencar-gencarnya kampanye-kampanye lingkungan di berbagai belahan bumi. Karena masalah lingkungan hidup bukan hanya masalah satu negara saja, maka timbul kesadaran masyarakat internasional bahwa lingkungan hidup merupakan masalah bersama yang harus dicari jalan pemecahannya secara bersama-sama pula. Perhatian dan komitmen internasional dalam menjaga fungsi lingkungan hidup terus tumbuh dan berkembang semenjak diselenggarakannya KTT Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, Brazil tahun 1992. Hal ini ditandai dengan adanya berbagai perjanjian internasional baik yang bersifat mengikat Konvensi dan Protokol maupun yang bersifat sukarela kode etik, resolusi dan deklarasi. Sebagai perwujudan konkrit komitmen Indonesia mengenai masalah lingkungan hidup, maka sampai saat ini pemerintah Indonesia melalui Kementerian Universitas Sumatera Utara Lingkungan Hidup sebagai focal point telah meratifikasi berbagai Protokol maupun perjanjian internasional di bidang lingkungan hidup. Dalam hal ini kajian Politik lingkungan environment political berkaitan dengan peranan politik para pihak dalam memperjuangkan keadilan dan kelestarian lingkungan. Salah satu ekspresi politik adalah dalam bentuk partai politik atau institusi yang bisa mempengaruhi keputusan politik pemerintah. Seperti pembentukan partai hijau green party di Jerman, New Zealand, Swiss dan Inggris pada awal tahun 1970-an atau di Denmark awal tahun 1980-an yang memperjuangkan persoalan lingkungan, pembangunan berpusat pada orang miskin dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan pembangunan di tingkat akar rumput. 1 1 Tony Jogo, Politik Lingkungan Environment Politics bisa diakses di Politik lingkungan juga menganalisis persoalan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pasar namun tidak dapat dikontrol oleh pasar. Pasar dan swasta biasanya memiliki kekuasaan dan kontrol walaupun tidak memiliki kewenangan atas sumberdaya alam. Akibat dari perilaku dan tindakan pasar terjadi eksternalitas yang kemudian membutuhkan intervensi pemerintah atau bentuk tata kelola governane lain untuk menanganinya. Di sini peranan pemerintah dalam menanggapi keperihatinan publik dan institusi lain dari masyarakat madani atas persoalan lingkungan dapat ditindak- lanjuti dengan membuat dan menegakkan peraturan untuk pengendalian dampak lingkungan maupun mengendalikan atau menindak perusahaan yang menghasilkan dampak negatif pada lingkungan. Tindakan ini dapat diklasifikasi sebagai tindakan http:www.beritabumi.or.idartikel3.phpdartikel=180. di akses tamggal 27 juli 2007. Universitas Sumatera Utara disinsentif karena memberikan hukuman kepada mereka yang melanggar aturan namun bisa berdampak positif bagi lingkungan. Pemerintah dapat menindak sebagai salah satu bentuk tindakan hukum namun juga dapat memberikan insentif untuk mendorong masyarakat atau swasta untuk lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan. Dewasa ini masalah lingkungan menjadi masalah yang sangat kompleks, mengingat ruang lingkupnya sangat luas banyak aspek dan sangat sulit untuk dibatasi. Masalah perubahan iklim Climate Change sebagai salah satu masalah lingkungan menjadi topik yang sedang dibahas dalam agenda politik lingkungan Internasional, perubahan iklim yang terjadi akibat meningkatnya konsentrasi gas di atmosfer atau sering disebut dengan Efek Rumah Kaca ERK akibatnya suhu semakin panas dan iklim menjadi berubah secara tak terkendali, hal ini berasal dari penggunaan Bahan Bakar Fosil BBF batubara, minyak bumi, dan gas-gas alam lain. Salah satu sumber penyumbang karbondioksida CO2 adalah pembakaran bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18, pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan trend penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah menambah jumlah karbondioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbondioksida lebih banyak bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Salah satu penyebab kerusakan iklim ini adalah Universitas Sumatera Utara aktivitas industri yang paling banyak menghasilkan gas CO2 Karbondioksida ke atmosfer. Peningkatan gas-gas rumah kaca terjadi hingga tahun 2004 dapat dilihat pada Gambar No.1.1 Gambar 1.1 Rata-rata tingkat Emisi Gas Rumah Kaca Green House GasesGHGs - CO2, CH4, N2O, CFC. sumber: http:upload.wikimedia.orgwikipediacommonsbbbMajor_greenhouse_gas_trends.png diakses Uploaded to Wikipedia March 17, 2005. Peningkatan terhadap emisi gas rumah kaca ini terjadi sepanjang tahun, berdasarkan Gambar 1.1 terlihat emisi gas CO2 Carbondioxide, CH4 Metan, N2O Nitrous Oksida, dan CFC Chlorofluorocarbon meningkat sampai pada tahun 2004. 2 2 Wikipedia, PemanasanGlobal, bisa diakses Gas-gas tersebut memiliki sifat seperti kaca yang meneruskan radiasi cahaya matahari menyerap dan memantulkan radiasi-radiasi gelombang panjang dipancarkan http:upload.wikimedia.orgwikipediacommonsbbbMajor_greenhouse_gas_trends.png,html diakses 17 maret 2005. Universitas Sumatera Utara bumi yang bersifat panas sehingga suhu atmosfer bumi akan meningkat, bumi yang diliputi gas-gas tersebut selalu lebih panas dibanding suhu udara diluarnya. 3 Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Planet bumi telah menghangat dan juga mendingin berkali-kali selama 4,65 milyar dari tahun sejarahnya, pada saat ini, bumi menghadapi pemanasan yang cepat, hal ini disebabkan oleh aktivitas manusia 4 . Gambar 1.2 Temperatur rata-rata Global dari tahun 1860-2000 sumber: , Wikipedia, dapat dilihat di http:id.wikipedia.orgwikiPemanasan_global,diakses tanggal 31 juli 2007. Berdasarkan Gambar1.2 diatas cukup tampak peningkatan suhu terjadi sejak tahun 1860 sampai tahun 2000. 5 3 Daniel Murdiyaso, Perjanjian Protokol Kyoto: Implikasinya bagi Negara Berkembang, KOMPAS, Jakarta: 2003, hal. 1. Temperatur suhu meningkat seratus tahun yang lalu pada permukaan Bumi. 4 Yenni Saloh, Pemanasan Global, dapat dilihat di http:id.wikipedia.orgwikiPemanasan_global.html diakses tanggal 31 juli 2007. 5 Ibid. Universitas Sumatera Utara Gambar 1.3 Temperatur permukaan rata-rata selama periode 1995-2004 dibandingkan pada temperatur rata-rata tahun 1940-1980. sumber: Wikipedia, dapat dilihat di http:id.wikipedia.orgwikiPemanasan_global,diakses tanggal 31 juli 2007. Rata-rata temperatur permukaan bumi menjadi sekitar 15°C 59°F. Selama seratus tahun terakhir, rata-rata temperatur ini telah meningkat sebesar 0,6 derajat celsius 1 derajat Fahrenheit. Para ilmuan memperkirakan pemanasan lebih jauh hingga 1,4 - 5,8 derajat Celsius 2,5 - 10,4 derajat Fahrenheit pada tahun 2100. 6 Kenaikan temperatur ini akan mengakibatkan mencairnya es di kutub utara dan menghangatnya lautan, yang mengakibatkan meningkatnya volume lautan serta menaikkan permukaannya sekitar 9-0cm 4 - 40 inchi. Kenaikan permukaan laut dapat di lihat pada bagan 1.4. 6 Ibid. Universitas Sumatera Utara Gambar 1.4 Kenaikan Permukaan Laut sumber: Artikel Wikipedia, dapat dilihat di http:id.wikipedia.orgwikiPemanasan_global,diakses tanggal 31 juli 2007.Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm 4 - 10 inchi selama abad ke- 20, dan para ilmuan memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 - 88 cm 4 - 35 inchi pada abad ke-21. Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai, dampak dari pemanasan global ini bisa menimbulkan banjir di daerah pantai, menenggelamkan pulau-pulau. Beberapa daerah dengan iklim yang hangat akan menerima curah hujan yang lebih tinggi, tetapi tanah juga akan lebih cepat kering. Kekeringan tanah ini akan merusak tanaman bahkan menghancurkan suplai makanan di beberapa tempat di dunia. Hewan dan tanaman akan bermigrasi ke arah kutub yang lebih dingin dan spesies yang tidak mampu berpindah akan musnah 7 7 Hasil pengamatan Bidang Bina Teknologi Lingkungan Bapedalda-Su berdasarkan data tahun 2000 tentang dampak perubahan iklim. . Potensi kerusakan yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini sangat besar sehingga ilmuan- ilmuan ternama dunia menyerukan perlunya kerjasama internasional serta reaksi yang cepat untuk mengatasi masalah ini. Universitas Sumatera Utara Sebagai negara kepulauan yang berciri nusantara dan mempunyai garis pantai terpanjang kedua di dunia, Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, termasuk naiknya permukaan laut, oleh karena Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, perlu mengembangkan industri dengan teknologi bersih khususnya yang rendah emisi, dan juga sebagai negara tropis yang memiliki hutan terluas kedua di dunia, Indonesia memiliki peranan penting dalam mempengaruhi iklim bumi, Indonesia perlu ikut aktif mengambil bagian bersama-sama dengan anggota masyarakat internasional lainnya dalam upaya mencegah meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca GRK diatmosfer. Meningkatnya kepedulian masyarakat global telah dibuktikan dengan di adopsinya konvensi perubahan iklim UNFCC United Nation Framework on Cimate Change oleh sebagian besar negara di dunia pada KTT Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, Brazil tahun 1992. Sejak saat itu diskusi tentang isu perubahan iklim telah mencapai batu loncatan yang penting. Salah satunya adalah diadopsinya Perjanjian Protokol Kyoto pada tahun 1997, dimana negara industri memberikan komitmenya untuk mengurangi emisi GRK dengan tujuan untuk mencapai stabilisasi konsentrasi GRK di atmosfer. Perjanjian ini tetap berjalan walaupun belum semua negara penghasil emisi seperti Amerika Serikat meratifikasi melalui undang-undang yang lebih mengikat di negaranya. Universitas Sumatera Utara Pada tataran internasional peranan negara, donor dan lembaga pembangunan serta Organisasi Bukan Pemerintah NGO, lembaga pendidikan dan penelitian sangat vital dalam proses politik dalam pengembangan aturan dan kebijakan di tataran internasional. Mereka bisa menghasilkan tekanan eksternal dan pengaruh untuk membuat konvensi, aturan dan institusi lain di tataran internasional yang harus diikuti oleh negara-negara yang terlibat dalam pengelolaan lingkungan. Namun dalam konteks ini sering ada analisis tentang pengaruh swasta yang kuat dengan lobi politik yang cukup efektif menghasilkan pengaruh yang besar dalam politik pembuatan kebijakan di tingkat internasional sehingga kepentingan mereka tidak terusik karena pengendalian lingkungan yang besar. Namun ada juga kekuasaan yang besar dari sebuah negara baik secara langsung oleh pemerintah atau lobi swasta sehingga sebuah negara tidak mau menandatangani sebuah konvensi lingkungan karena akan berpengaruh negatif pada pertumbuhan industri dan ekonomi negaranya, persoalan lingkungan sekarang adalah persoalan lintas negara dan penanganannya memerlukan kerjasama lintas negara. Di tengah-tengah perdebatan dalam perumusan perjanjian ini Indonesia tidak memikirkan apa akibatnya dikemudian hari, apakah perjanjian ini akan menyebabkan Indonesia semakin bergantung pada kucuran dana yang diberikan oleh negara Industri ataukah perjanjian ini akan membawa kemajuan bagi Indonesia. Ada beberapa hal yang membuat penulis tertarik mengangkat masalah ini. Pertama, karena masalah perubahan iklim adalah masalah global, dampaknya berpengaruh merugikan bagi Universitas Sumatera Utara kelangsungan hidup umat manusia di masa yang akan datang oleh karena itu pentingnya aktor-aktor negara merumuskan kebijakan sebagai tindakan penyelamatan lingkungan. Kedua, dalam perjanjian ini tidak hanya melibatkan negara maju, tetapi negara berkembang dapat berpartisipasi melalui mekanismenya, yaitu Mekanisme Pembangunan Bersih MPB dengan teknologi ramah lingkungan, dalam konteks Indonesia khususnya dalam era otonomi daerah, kebijakan pemerintah pusat sangat mempengaruhi keterlibatan pemerintah daerah dan partisipasi masyarakat. Namun pemahaman pemerintah daerah tentang pemanasan global masih belum baik, kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah cukup diperlukan bagi keberhasilan implementasi kegiatan ini di daerah. Ketiga, karena keingintauan penulis lebih dalam mengenai masalah perubahan iklim. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas penulis tertarik untuk mengetahui pelaksanaan Perjanjian Protokol Kyoto di Indonesia, mengingat perjanjian ini belum efektif secara global. Penulis tertarik mengetahui sejauh mana Perjanjian ini sudah berjalan di Indonesia dengan menyoroti mekanismenya di Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah