kelangsungan hidup umat manusia di masa yang akan datang oleh karena itu pentingnya aktor-aktor negara merumuskan kebijakan sebagai tindakan penyelamatan
lingkungan. Kedua, dalam perjanjian ini tidak hanya melibatkan negara maju, tetapi negara berkembang dapat berpartisipasi melalui mekanismenya, yaitu Mekanisme
Pembangunan Bersih MPB dengan teknologi ramah lingkungan, dalam konteks Indonesia khususnya dalam era otonomi daerah, kebijakan pemerintah pusat sangat
mempengaruhi keterlibatan pemerintah daerah dan partisipasi masyarakat. Namun pemahaman pemerintah daerah tentang pemanasan global masih belum baik,
kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah cukup diperlukan bagi keberhasilan implementasi kegiatan ini di daerah. Ketiga, karena keingintauan penulis lebih dalam
mengenai masalah perubahan iklim. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas penulis tertarik untuk mengetahui pelaksanaan Perjanjian Protokol Kyoto di
Indonesia, mengingat perjanjian ini belum efektif secara global. Penulis tertarik mengetahui sejauh mana Perjanjian ini sudah berjalan di Indonesia dengan menyoroti
mekanismenya di Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang masalah diatas, Peneliti merumuskan permasalahan yaitu: ”Bagaimana Perjanjian Protokol Kyoto diimplementasikan di
Indonesia dalam upaya mengatasi masalah perubahan iklim”.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Batasan Masalah
Untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dengan tujuan menghasilkan uraian yang sistematis diperlukan adanya batasan masalah. Pembatasan
masalah yang akan dibahas adalah: 1
Penelitian ini menganalisis Implementasi pasal 12 tentang mekanisme Perjanjian Protokol Kyoto Clean Development Mechanism CDM yaitu Mekanisme
Pembangunan Bersih di Indonesia. 2
Permasalahan yang dibahas yaitu implementasi Perjanjian Protokol Kyoto terhadap pengesahan Undang-undang No.17.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui Bagaimana Perjanjian Protokol Kyoto di implementasikan
di Indonesia.
2. Untuk mengetahui apa hubungan Indonesia mengesahkan Undang-undang
No.17 tahun 2004 dengan penerapan Mekanisme Pembangunan Bersih MPBCDM .
3. Untuk mengetahui tujuan Indonesia mengimplementasikan Perjanjian
Protokol Kyoto.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi Penulis, untuk mengembangkan kemampuan dalam
menulis karya ilmiah khususnya di bidang Politik dan Lingkungan.
2. Manfaat Praktis, Penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi pemerintah, masyarakat, dan para peneliti untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang masalah-masalah Lingkungan
global, khususnya masalah perubahan iklim Climate change.
3. Manfaat Akademis, Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya
penelitian di bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya dalam
kajian politik dan lingkungan.
1.6 Kerangka Dasar Pemikiran
Sebelum membahas tentang konsep yang dipergunakan maka penulis akan mendefenisikan hal-hal yang terkait pada penelitian ini. Suatu konsep adalah
abstraksi. Konsep adalah sepatah kata yang menyatakan kesamaan-kesamaan diantara peristiwa-peristiwa dan situasi-situasi yang diamati dan membedakan fenomena dari
peristiwa dan situasi lain.
8
1.6.1 Implementasi Perjanjian
Implementasi merupakaan arah tujuan yang ditetapkan serta dapat direalisasikan sebagai kegiatan pemerintah. Yang dimaksud dengan implementasi
perjanjian adalah membuat ketentuan-ketentuan untuk menampung apa yang diatur di
8
Komaruddin Sastradipoera, Mencari Makna dibalik Penulisan Skripsi, Tesis, dan disertasi., Bandung, Kappa Sigma; 2005, hal. 248.
Universitas Sumatera Utara
dalam perjanjian yang telah diterima. Tanpa adanya undang-undang yang menampung ketentuan-ketentuan yang terdapat pada perjanjian-perjanjian dimana
Indonesia telah memihak, maka perjanjian tersebut tidak dapat dilaksanakan dan tidak ada gunanya.
9
1.6.1.1 Teori Implementasi Grindle
Ada beberapa teori yang mempengaruhi para pembuat kebijakan dalam mengambil sebuah keputusan, hingga keputusan itu menjadi sebuah kebijakan yang
menguntungkan bagi semua pihak. James E.Anderson merumuskan kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang
aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau perubahan.
10
“Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan
tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu sambil mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran
yang diinginkan” Jadi
konsep kebijakan ini memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan apa yang dimaksudkan dan konsep ini membedakan kebijakan dari keputusan
yang merupakan pikiran diantara berbagai alternatif. Frederickson dan Hart 1985 mengatakan:
11
9
Bour Mauna, Hukum internasional: Pengertian, Peranan dan fungsi Dalam Era Dinamika Global, Bandung, PT. Alumni: 2001, hal. 145.
10
Hessel Nogi S Tangkilisan, Kebijakan Publik Yang Membumi, Yayasan Pembaharuan Administrasi Publik Indonesia, Yogyakarta, 2001, hal., 18.
11
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pandangan yang diutarakan di atas dapat disimpulkan bahwa proses implementasi kebijakan tidak hanya menyangkut perilaku badan administratif
yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran melainkan menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan
politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat dan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap
tujuan kebijakan, baik yang negatif maupun yang positif. Secara sederhana tujuan implementasi kebijakan adalah untuk menetapkan
arah agar tujuan kebijakan dapat direalisasikan sebagai hasil dari kegiatan pemerintah, mengutip pendapat lain bahwa keseluruhan proses penetapan kebijakan
baru bisa mulai apabila tujuan dan sasaran yang semula bersifat umum telah diperinci, program telah dirancang dan juga sejumlah dana telah dialokasikan untuk
mewujudkan tujuan dan sasaran tersebut. Mengutip teori Grindle, menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan kebijakan dan hasil-hasilnya, hasil
kebijakan dipengaruhi oleh isi kebijakan yang terdiri dari :
12
1. Kepentingan-kepentinganyang dipengaruhi,
2. Tipe-tipe manfaat,
3. Derajat perubahan yang diharapkan,
4. Letak pengambilan keputusan,
5. Pelaksanaan Program
6. Sumber daya yang dilibatkan.
12
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Merilee S, teori ini juga dapat dirumuskan sebagai berikut:
13
Implementation active influence by: a. Impact on Societyindividual
a. Content of policy program
and group. - Program
b.Charge and its acceptance. - Constitution type
b. Context of implemention
- Power interest and strate of actors, involve, characteristic.
- Buerocracy - Compliance and Responsive
Sumber: Merilee S, Grindle,Politics and Policy Implementation in the Third World. University Press, Princeton New Jersey, 1980.
1.6.2 Protokol
Istilah Protokol merupakan terminologi perjanjian internasional, Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur peserta Protokol untuk mencapai tujuan tertentu
yang telah disepakati
14
13
Merilee S, Grindle,Politics and Policy Implementation in the Third World. University Press, Princeton New Jersey, 1980, hal. 6.
14
WWF, Loc Cit.
. Terminologi Protokol digunakan untuk perjanjian internasional yang materinya lebih sempit dibanding dengan Treaty atau Convention
Policy Goals Action programs
Out Comes Goals
Achieve
Measuring Succes
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk perjanjian-perjanjian multilateral yang beranggotakan banyak negara pihak. Penggunaan Protokol tersebut memiliki berbagai macam keragaman
yaitu:
15
1. Protokol of Signature
Protokol penandatanganan merupakan perangkat tambahan suatu perjanjian internasional yang dibuat oleh pihak-pihak yang sama pada perjanjian. Protokol
tersebut biasa berisi hal-hal yang berkaitan dengan penafsiran pasal-pasal tertentu pada perjanjian dan hal-hal yang berkaian dengan pengaturan teknik pelaksanaan
perjanjian. 2.
Optional Protokol Protokol tambahan memberikan tambahan hak dan kewajiban selain yang diatur dalam perjanjian internasional.
3. Protokol Based on a framework Treaty
Protokol ini merupakan perangkat yang mengatur kewajiban-kewajiban khususnya dalam melaksanakan perjanjian induknya. Protokol tersebut
umumnya digunakan untuk menjamin proses pembuatan perjanjian yang berlangsung lebih cepat dan sederhana dan telah digunakan khususnya pada
hukum lingkungan. 4.
Protokol untuk mengubah beberapa perjanjian internasional seperti Protokol of 1946 amending the agreements,conventions and Protokol on narcotics
Drugs.
15
Ibid., hal. 92.
Universitas Sumatera Utara
5. Protokol yang merupakan pelengkap perjanjian Protokol of 1967 relating to
the status of refugees yang merupakan pelengkap dari Convention of 1951 relating to the status of Refuges.
Menurut J.G Starke,
16
a. Protokol yang merupakan suatu instrumen tambahan dari suatu konvensi
yang dibuat oleh negara-negara yang melakukan perundingan yang derajatnya sama dengan konvensi itu sendiri .
Protokol merupakan jenis perjanjian internasional yang kurang formal jika dibandingkan dengan traktat Treaty ataupun konvensi
Convention selanjutnya. Starke mengklasifikasikan penggunaan istilah potokol dalam beberapa golongan:
b. Protokol yang merupakan suatu instrumen pembantu pada sebuah
konvensi tetapi berkedudukan secara berdiri sendiri dan berlaku serta tunduk pada ratifikasi atas konvensi itu sendiri.
c. Protokol sebagai suatu perjanjian yang sifat dan derajatnya sama dengan
konvensi. d.
Protokol yang merupakan rekaman atas saling pengertian antara para pihak mengenai masalah-masalah tertentu.
16
Lihat di Parthiana, Wayan I, Hukum Perjanjian Internasional bag I, Bandung, Mandar Maju: 2002, hal. 34.
Universitas Sumatera Utara
1.6.3 Perjanjian Protokol Kyoto Perjanjian Protokol Kyoto adalah sebuah instrumen hukum legal instrument
yang dirancang untuk mengimplementasikan konvensi perubahan iklim yang bertujuan untuk menstabilkan konsentrasi Gas Rumah Kaca agar tidak menggangu
sistem iklim Bumi. Perjanjian Protokol Kyoto ini diadopsi pada tanggal 11 Desember 1997. Sesuai
dengan ketentuan pasal 25 Perjanjian Protokol Kyoto secara efektif akan berlaku 90 hari setelah diratifikasi oleh paling sedikit 55 pihak konvensi negara, termasuk
negara maju dengan total emisi karbon dioksida paling sedikit 55 dari total emisi tahun1990 dari kelompok negara-negara industri. Perjanjian Protokol Kyoto
mengamanatkan agar negara-negara maju menurunkan emisi rata-ratanya sebesar 5 dari tingkat emisi tahun 1990 pada periode 2008-2012.
17
Menurut rilis pers dari Program Lingkungan PBB:
Perjanjian Protokol Kyoto adalah sebuah persetujuan sah di mana negara-negara perindustrian akan mengurangi emisi gas rumah kaca
mereka secara kolektif sebesar 5,2 dibandingkan dengan tahun 1990 namun yang perlu diperhatikan adalah, jika dibandingkan dengan
perkiraan jumlah emisi pada tahun 2010 tanpa Protokol, target ini berarti pengurangan sebesar 29. Tujuannya adalah untuk
mengurangi rata-rata emisi dari enam gas rumah kaca - karbon dioksida, metan, nitrous oxide, sulfur heksafluorida, HFC, dan PFC -
yang dihitung sebagai rata-rata selama masa lima tahun antara 2008- 12. Target nasional berkisar dari pengurangan 8 untuk Uni Eropa,
7 untuk AS, 6 untuk Jepang, 0 untuk Rusia, dan penambahan yang diizinkan sebesar 8 untuk Australia dan 10 untuk Islandia.
18
17
Daniel Murdiyarso, Op Cit., hal. 8.
18
Wikipedia, Loc Cit.
Universitas Sumatera Utara
1.6.4 Perjanjian Internasional Perjanjian Internasional adalah semua perjanjian yang dibuat oleh negara
sebagai salah satu subjek Hukum Internasional, yang diatur oleh Hukum Internasional dan berisikan ikatan–ikatan yang mempunyai akibat-akibat hukum.
19
Dalam masyarakat internasional perjanjian internasional memainkan peranan yang sangat penting dalam mengatur kehidupan dan pergaulan antar negara. Melalui
perjanjian internasional, tiap negara menggariskan dasar kerjasama mereka, mengatur berbagai kegiatan menyelesaikan berbagai masalah demi kelangsungan hidup
masyarakat itu sendiri. Dalam dunia yang ditandai saling ketergantungan dewasa ini, Dalam pasal 2 Konvensi Wina 1969, perjanjian Internasional Treaty didefenisikan
sebagai: Suatu perjanjian yang dibuat antara negara dalam bentuk tertulis,
dan diatur oleh Hukum Internasional, apakah dalam instrumen tunggal atau dua atau lebih instrumen yang bekaitan dan apapun yang
diberikan padanya.
Defenisi ini kemudian dikembangkan oleh pasal 1 ayat 3 Undang-undang republik
Indonesia nomor 37 tahun 1999 tentang hubungan luar negeri yaitu: Perjanjian Internasional adalah perjanjian dalam bentuk dan sebutan
apapun yan diatur oleh Hukum Internasional dan dibuat secara tertulis oleh Pemerintah republik Indonesia dengan satu atau lebih
negara, organisasi internasional atu subjek hukum internasional lainnya, serta menimbulkan hak dan kewajiban pada Pemerintah
Republik Indonesia yang bersifat hukum Publik.
19
Boer Mauna, Op Cit., hal. 85.
Universitas Sumatera Utara
tidak ada satu negara yang tidak mempunyai perjanjian dengan negara lain dan ada satu negara yang tidak diatur oleh perjanjian dalam kehidupannya internasionalnya.
20
“Social institution consisting of agreed upon principles, norms, rules, procedures and program that govern the interactions of actors in
specific issues areas” Dalam lingkungan internasional juga dijelaskan norma-norma sebagai sebuah
rejim internasional, regimes are:
21
Pembuatan perjanjian internasional dilakukan melalui beberapa tahap yaitu perundingan
Negotiation, penandatanganan Signature, dan pengesahan
Ratification.
22
Mulai berlakunya suatu perjanjian, baik Bilateral maupun Multilateral pada umumnya ditentukan oleh klausal penutup dari itu sendiri atau
pihak yang menentukan perjanjian tersebut yang menentukan perjanjian tersebut sudah berlaku secara efektif. Bagi perjanjian-perjanjian bilateral tertentu yang
materinya tidak begitu penting dan yang biasanya merupakan suatu perjanjian pelaksanaan, maka umumnya mulai berlaku sejak penandatanganan. Sebagai sumber
utama Hukum Internasional, perjanjian mengikat negara pihak. Sifat mengikat ini berarti negara pihak suatu perjanjian harus menaati dan menghormati pelaksanaan
perjanjian tersebut.
23
20
Ibid., hal. 82.
21
Oran R Young, The Effectiveness of International Environment Regimes Causal connection and Behavioral Mechanisms, the MIT Press Cambridge, Massachusetts, England, 1985, hal.1.
22
Boer Mauna, Op Cit., hal. 83.
23
Ibid., hal.124.
Universitas Sumatera Utara
1.6.5 Kepentingan Nasional Salah satu konsep penting dalam hubungan internasional adalah kepentingan
nasional, Morgenthau mengartikan kepentingan nasional sebagai Power, artinya bahwa posisi power yang harus dimiliki negara merupakan pertimbangan utama yang
memberikan bentuk kepada kepentingan nasional. Kalkulasi tentang kepentingan nasional merupakan kunci menuju ke sistem hubungan internasional. Hakikat
kepentingan nasional, menurut Frankel sebagai keseluruhan nilai yang hendak ditegakkan oleh suatu bangsa. Kepentingan nasional dapat melukiskan aspirasi
negara, dan kepentingan nasional dapat dipakai secara operasional pada kebijaksanaan maupun rencana yang dituju.
24
Pemahaman mengenai hubungan internasional memiliki ruang lingkup yang sangat kompleks, bagi kaum realis hubungan internasional adalah studi tentang
hubungan antar pemerintah negara-negara berdaulat, kompleksitas hubungan internasional menurut perlu memperhatikan dua hal yaitu pertama, perkembangan
suatu bidang studi berkaitan erat dengan perkembangan bidang studi lainnya. Kedua, perkembangan bidang studi tidak berjalan secara ajeg melainkan bisa saja terjadi
1.6.6 Teori Hubungan Internasional
24
R. Soeprapto, Hubungan Internasional sistem, interaksi dan perilaku, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1997, hal. 143-144.
Universitas Sumatera Utara
perubahan secara besar-besaran. Kedua generalisasi ini perlu diterapkan dalam hubungan internasional karena berpengaruh dengan lingkungan disekitarnya.
25
Teori adalah konsep-konsep yang saling berhubungan menurut aturan logika menjadi suatu bentuk pernyataan tertentu sehingga dapat menjelaskan fenomena
secara ilmiah.
26
Teori sebagai perangkat preposisi yang terintegrasi secara sintaksis, yaitu yang mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu
dengan yang lainnya dengan data dasar sehingga dapat diamati dan dapat berfungsi sebagai wahana untuk menjelaskan fenomena yang diamati.
27
25
dapat dilihat di Heri Kusmanto, Warjio, dkk. edt., Pengantar Ilmu Politik, Medan, Pustaka Bangsa Press, 2006, hal. 98.
26
Mochtar mas’oed, Teori dan Metodologi Hubungan Internasional, Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Studi Sosial UGM, 1998, hal. 61.
27
Glenn E Smellbecker dan Lexy J Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, hal. 61.
Pada penulisan ini penulis akan menggunakan teori hubungan internasional untuk menjelaskan fenomena secara ilmiah, hubungan internasional merupakan
interaksi antar negara dalam masyarakat internasional. Ada berbagai pendekatan dalam hubungan internasional. Oleh karena itu adanya pendekatan hendaknya dinilai
secara positif untuk memberikan sumbangan terhadap ilmu hubungan internasional. Pendekatan merupakan cara untuk menghampiri dari segi tertentu terhadap suatu
masalah sehingga memungkinkan setiap orang berusaha untuk menyelidiki, mendalami, dan memecahkan permasalahannya.
Universitas Sumatera Utara
16.6.1 Pendekatan Liberalis terhadap Perjanjian Protokol Kyoto Dalam studi Hubungan Internasional lingkungan hidup dianggap sebagai
salah satu isu baru dalam agenda internasional, jumlah masyarakat yang semakin meningkat juga akan meningkatkan aktivitas sosial dan ekonomi yang mengancam
lingkungan hidup. Untuk menganalisis persoalan ini memiliki kaitan dengan pandangan kaum liberal bahwa konflik dan perang tidak dapat dihindarkan, ketika
mereka menggunakan akal pikirannya dapat mencapai kerjasama yang saling mengguntungkan bukan hanya dalam negara tetapi juga lintas dasar internasional.
Bagi sebagian kaum liberal proses kerjasama merupakan proses jangka panjang dengan banyak hambatan keberhasilannya tinggal menunggu waktu saja.
28
Titik keberangkatan teoritis bagi liberalisme bukan negara, melainkan individu undividu ditambah berbagai kolektifitas individu merupakan fokus analisis,
Salah satu tokoh Liberalis yaitu Adam Smith menegaskan bahwa bukan hanya konflik tetapi juga kerjasama dapat berjalan dalam masalah internasional. Kaum
liberalis optimis ketika manusia menggunakan akal pikirannya manusia dapat bekerjasama yang saling menguntungkan, mereka dapat mengakhiri perang.
29
1. Pandangan positif tentang sifat manusia,
Asumsi-asumsi dasar liberal adalah
2. keyakinan bahwa hubungan internasional dapat bersifat kooperatif daripada
konfliktual,
28
dapat dilihat di Robert Jackson George Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005, hal. 141.
29
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
3. Percaya terhadap kemajuan.
Asumsi dasar Liberal:
sumber:
Robert Jackson George Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005.
Ringkasnya, pemikiran kaum liberal sangat erat hubungannya dengan kemunculan negara konstitusional modern. Kaum liberal berpendapat bahwa
modernisasi memperluas ruang lingkup bagi kerjasama lintas batas internasional. Kemajuan berarti kehidupan yang lebih baik bagi paling tidak mayoritas individu.
Manusia memiliki akal pikiran, dan ketika mereka memakainya pada masalah- masalah internasional, kerjasama yang besar akan menjadi hasil akhir.
Pemahaman tentang konsep liberal dapat dilihat dalam beberapa pendekatan liberal, pendekatan Liberalis terdiri atas empat aliran yaitu:
30
a. Kaum Liberal Sosiologis, menekankan hubungan transnasional non-
pemerintah diantara masyarakat, seperti komunikasi diantara individu- individu dan diantara kelompok-kelompok .
b. Kaum liberal Interdepedensi, memperhatikan secara khusus pada
hubungan ekonomi dalam pertukaran dan ketergantungan yang
30
Ibid., hal. 139. Akal pikiran
manusia kerjasama
Proses modernisasi: Penyelesaian masalah perubahan ikim Perjanjian Protokol Kyoto dengan lintas batas
Kemajuan manusia
Universitas Sumatera Utara
menguntungkan rakyat dan pemerintah. Aliran ini merupakan salah satu dari ke-empat aliran liberalis, interdepedensi berarti
ketergantungan timbal balik, rakyat dan pemerintah di pengaruhi oleh apa yang terjadi di manapun, oleh tindakan rekannya di negara lain.
31
Teori ini di buat akhir 1970 oleh Robert Keohane dan Joseph Nye dalam bukunya Power and interdepedence 1977 mereka berpendapat
bahwa “interdepedensi kompleks “ hubungan internasional diarahkan oleh para pemimpin negara berhadapan dengan pemimpin
negara lainnya. Dalam kondisi ini terdapat dua hal bahwa pertama, hubungan antar negara sekarang ini bukan hanya atau bahkan
hubungan antara negara para pemimpin negara, terdapat hubungan pada banyak tingkatan yang berbeda melalui banyak aktor dan cabang
pemerintahan yang berbeda. Kedua, ada hubungan transnasional antara individu dan kelompok diluar negara. Interdepedensi kompleks
menyatakan hubungan yang jauh lebih bersahabat dan kooperatif di antara negara.
32
c. Liberal Institusionalis, menekankan pentingnya kerjasama yang
terorganoisir diantara negara-negara .
31
Ibid., hal. 147.
32
Ibid., hal. 148.
Universitas Sumatera Utara
d. Kaum Liberal Republikan, bahwa konstitusi demokratik liberal dan
bentuk-bentuk pemerintahan adalah paling vital dalam mengadakan hubungan yang damai dan kerjasama diantara negara-negara.
Dari pendekatan ini dapat di analisis Perjanjian Protokol Kyoto dalam kacamata liberalis bahwa masalah lingkungan sebenarnya telah mendorong lebih banyak
kerjasama internasional, rejim internasional telah dibentuk dalam sejumlah bidang tertentu untuk menyatakan berbagai macam isu lingkungan hidup. Bagi kaum Liberal
lingkungan hidup menambah satu lagi isue area dalam agenda kerjasama internasional dan pembentukan rejim.
1.6.6.2 Pendekatan Merkantilis terhadap Perjanjian Protokol Kyoto. Teori ini sangat erat kaitannya dengan pembentukan negara berdaulat, modern
sepanjang abad keenambelas dan ketujuhbelas. Merkantilisme adalah pandangan dunia tentang elit-elit politik yang berada pada garis depan pembangunan modern.
Pandangan ini melihat aktivitas ekonomi seharusnya tunduk pada tujuan utama pemikiran mereka. Salah satu tokoh mekantilis yaitu Alexander hamilton sebagai
Bapak Pendiri Amerika Serikat, beliau pendukung kuat merkantilis dalam bentuk kebijakan-kebijakan proteksionis yang dimaksudkan untuk memajukan industri
domestik di Amerika Serikat. Pemikiran para merkantilis ini karena berfokus pada keberhasilan negara-negara berkembang,
33
33
Ibid., hal. 231-234.
mereka menekankan bahwa keberhasilan ekonomi selalu disertai peran kekuasaan yang kuat bagi negara dalam memajukan
pembangunan ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
Secara singkat, merkantilisme menganggap perokonomian tunduk pada komunitas politik dan khususnya pemerintah. Aktivitas ekonomi dilihat dalam
konteks yang lebih besar atas peningkatan kekuatan negara. Organisasi yang bertanggungjawab dalam mempertahankan dan memajukan kepentingan nasional
yang disebut negara, memerintah diatas kepentingan ekonomi swasta, kekayaan dan kekuasaan adalah tujuan yang saling melengkapi, bukan saling bertentangan.
Ketergantungan ekonomi pada negara-negara lainnya seharusnya dihindari sejauh mungkin.
1.6.7 Konsep Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan lahan, kota, bisnis,
masyarakat, dsb yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan menurut Brundtland
Report dari PBB, 1987. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan
tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan
sosial.
34
34
Wikipedia, Pembangunan Berkelanjutan
, Pembangunan berkelanjutan menjadi salah satu alasan penting bagi
pelaksanaan Perjanjian Protokol Kyoto di negara berkembang.
http:id.wikipedia.orgwikiPembangunan_berkelanjutan diakses
tanggal 10 Agustus 2007.
Universitas Sumatera Utara
Tantangan pembangunan berkelanjutan adalah menemukan cara untuk meningkatkan kesejahteraan sambil menggunakan sumberdaya alam secara bijaksana,
sehingga sumber daya alam terbarukan dapat dilindungi dan penggunaan sumber alam yang dapat habis tidak terbarukan pada tingkat dimana kebutuhan generasi
mendatang tetap akan terpenuhi. Konsep pembangunan berkelanjutan muncul ketika terjadi ‘kegagalan’
pembangunan dimana proses yang terjadi bersifat top-down arus informasi yang terjadi- hanya satu arah dari atas ke bawah dan jika ditinjau dari sisi lingkungan,
sosial, dan ekonomi proses pembangunan yang terjadi ternyata tidak berkelanjutan. Pelaksanaan konsep ini diperkuat lagi dengan kesepakatan para pemimpin bangsa
yang dinyatakan dalam hasil-hasil negosiasi internasional, antara lain Deklarasi Rio pada KTT Bumi tahun 1992, Deklarasi Milenium PBB tahun 2000, dan Deklarasi
Johannesburg pada KTT Bumi tahun 2002. Untuk lebih jelasnya implementasi Perjanjian Protokol Kyoto dapat di
rumuskan dalam kerangka berfikir seperti pada gambar 1.5.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.5 Implementasi Perjanjian Perjanjian Protokol Kyoto di Indonesia.
Lingkungan
Konvensi Perubahan Iklim
Protokol
Kyoto
Perjanjian Internasional
CDM Clean Development Mechanism
Pengesahan Perjanjian
Protokol Kyoto Pengembangan
kelembagaan Pengembangan
kapasitas Peningkatan
Kesadaran masyarakat.
Undang-undang No.6 tahun 1994.
Undang-undang No.17 tahun
2004 1.
Pembenukan Komnas
MPBDNA. 2.
WAPPI Wahana Peduli
perubahan Iklim.
• Bertujuan membantu
mengatasi masalah perubahan iklim.
• Membantu negara berkembang
dalam program pembangunan berkelanjutan.
• Membuka peluang investasi
baru dari negara industri ke negara Indonesia melalui MPB
• Mendorong kerjasama negara
industri melalui MPB. •
Mempercepat pengembangan industri dan transportasi
dengan tingkat emisi rendah •
Meningkatkan kemampuan hutan dan lahan untuk
menyerap GRK.
Universitas Sumatera Utara
1.7 Ruang Lingkup