Hambatan dan Resiko Implementasi CDM di Indonesia

Rawa Sari Jakarta komposan pupuk, PT. SP di Bojang pengelolaan sampah, PT.Bio Gas di Jawa barat, Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro PLTM di Jawa Tengah, dan beberapa perusahaan CPO di Jawa sedang dalam tahap proses, sedangkan di Sumatera Utara PT.Inalum aluminium, PT. Multi mas Bakti, sudah menerapkan CDM. 71 Keenam dokumen proyek lain yang diterima, masing-masing dua dari PT Indocement Tunggal Prakarsa untuk bahan baku alternatif dan bahan bakar alternatif, proyek kompor tenaga matahari solar cooker dari PT Petromat Agrotech, pembangkit listrik berbahan bakar biomassa limbah kelapa sawit dari PT Multi Nabati Asahan dan PT Murini Samsam, serta penyerapan metan dari PT Indotirta Suaka and Mitsui Co di Jakarta, 72 dan Tempat Pengelolaan Sampah Akhir TPA Batu Layang Pontianak oleh PT Gikoko Kogyo Indonesia. 73 Seperti yang telah diuraikan sebelumnya meskipun menguntungkan para pengembang proyek dan lingkungan, namun berbagai resiko dan hambatan harus diperhitungkan oleh lembaga keuangan swasta untuk berpartisipasi dalam proyek CDM. Beberapa hambatan yang dalam mengimplementasikan CDM dapat menghambat kelancaran tujuan utama dari perjanjian ini, beberapa hambatan yaitu: Pertama, Tanggung jawab dan kerjasama antar sektor dan pihak yang terkait masih lemah. Kedua, keberadaan CDM dan arti pentingnya masih belum dipahami maayarakat secara luas.

3.3 Hambatan dan Resiko Implementasi CDM di Indonesia

71 Ibid. 72 KOMPAS, Enam Proyek Disetujui Komnas MPB, dapat dilihat di http:www.kompas.comkompas- cetak060126humaniora2397157.htm diakses kamis, 26 juni 2006. 73 PEMKOT Pontianak, Proyek CDM di Pemkot Batu Layang.., dapat dilihat di http:pemkot.pontianak.go.iddetail.html?cat=beritaid=1629 diakses tanggal 13 juni 2007. Universitas Sumatera Utara Ketiga, lemahnya koordinasi, komunikasi dan dukungan para yang terkait. Keempat, dukungan pendanaan yang masih lemah. Proyek CDM berlokasi di negara berkembang, dipandang masih memiliki resiko dari aspek politik maupun ketidakpastian hukum, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi jalannya suatu proyek. Bagi lembaga pembiayaan, keteribatannya dalam berbagai macam proyek selalu memperhitungkan keberadaan dan pengelolaan resiko yang mungkin dihadapi. Resiko adalah faktor penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan transaksi CDM dan ini pun menjadi pertimbangan bagi investor. Beberapa jenis resiko dan ketidakpastian dalam pelaksanaan CDM adalah: 1. Kebijakan-perkembangan yang terjadi dalam negosiasi internsional Kyoto Process berjalan dengan cepat. Oleh karena itu sangat penting untuk terus memonitor perkembangan negosiasi yang terjadi agar kebijakan yang diterapkan tidak berdampak negatif bagi pelaksanaan CDM. 2. Pasar-pasar berkembang masih belum matang mengingat CDM merupakan hal yang baru. Hal ini juga mengakibatkan ketidakpastian harga. 3. Teknis-beberapa contoh resiko dan ketidakpastian ini adalah faktor eksternal seperti bencana alam yang mempengaruhi proyek, prosedur manajemen pada level proyek. 4. Poyek-di tingkat proyek, resiko yang dihadapi misalnya ketidakstabilan harga produk serta terjadinya kelemahan harga. Universitas Sumatera Utara Resiko Proyek Konvensional Resiko yang biasa dihadapi oleh semua proyek di negara berkembang maupun di negara maju: a. Biaya yang berlebihan: teknologi yang digunakan memerlukan biaya pemeliharaan yang mahal atau keterlambatan pada saat konstruksi proyek. b. Resiko pasar: naiknya harga bahan bakar dan proyek tidak lagi layak secara ekonomi. c. Resiko rekananan; penyedia teknologi suatu saat bisa bangkrut. d. Kinerja yang rendah: tidak tercapainya standard efisiensi sesuai dengan rancangan. e. Resiko nilai tukar mata uang: tingginya tingkat inflasi. f. Force Majeure: kondisi diluar kontrol seperti gempa bumi, teroris. Resiko kondisi politis dari negara Sektor keuangan biasanya memandang proyek di negara berkembang beresiko cukup tinggi karena masih adanya keterbatasan aturan, kepastian hukum dan infrastruktur politis misalnya: 1. Perang, huruhara, mogok, demonstrasi buruh. 2. Keterlambatan kontrak misalnya karena adanya proses pembuatan aturan baru oleh Parlemen. 3. Resiko kredit: hambatan administrasi misalnya host country mensyaratkan berbagai macam prosedur administrasi yang membuat proyek terhambat. Universitas Sumatera Utara Resiko Proses CDM 1. MPB Executive Board tidak menyetujui pendaftaran proyek yang telah disetujui tidak boleh dicabut lagi. 2. Resiko MPB : belum ada kepastian MPB akan berlanjut setelah tahun 2012. 3. Resiko monitoringverifikasi: monitoring yang tidak tepat menyebabkan ditolaknya hasil oleh Designated Operational Entity. 4. Resiko konsultasi Publik: tidak diterimanya ide proyek oleh komunitas lokal atau LSM. 5. Hambatan institusi: Designnated National Authority DNA belum terbentuk atau belum sepenuhnya operasional. 6. kepemilikan secara legal dari CER: ketidakjelasan kepemilikan dari CER kesepakatan diantara pemilik proyek, calon pembeli, penyedia teknologi dan lain-lain.

3.4 Efektifitas dan Status Ratifikasi Perjanjian Protokol Kyoto