Mekanisme Perjanjian Protokol Kyoto

Perjanjian Protokol Kyoto adalah ketentuan pokok dalam Perjanjian Protokol Kyoto. Emisi GRK menurut Annex A Perjanjian Protokol Kyoto meliputi : Carbon Dioxid CO2, Methane CH4, Nitrous Oxide N2O, Hydrofluorocarbon HFC, Perfluorocarbon PFC, dan Sulfurhexafluoride SF6. Tahun awal perhitungan untuk tiga gas pertama adalah 1990 pasal 3.8. Dengan cara ini para pihak akan mendapat kebebasan berdasarkan kesiapannya untuk menurunkan emisi gas yang harus diprioritaskan. Target penurunan emisi GRK bagi negara pada Annex I Konvensi diatur dalam Annex B Perjanjian Protokol Kyoto. Ketentuan ini merupakan pasal yang mengikat bagi negara pada Annex I. Protokol juga mengatur tata cara penurunan emisi GRK secara bersama-sama. Jumlah emisi GRK yang harus diturunkan tersebut dapat meringankan negara yang emisinya tinggi, sedangkan negara yang emisinya rendah atau bahkan karena kondisi tertentu tidak mengeluarkan emisi dapat meringankan beban kelompok negara yang emisinya tinggi.

2.1.3 Mekanisme Perjanjian Protokol Kyoto

Perjanjian Protokol Kyoto mengatur semua ketentuan tersebut selama periode komitmen pertama yaitu dari tahun 2008 sampai dengan 2012. Perjanjian Protokol Kyoto tidak hanya mengatur target, tetapi juga mengatur mekanisme pengurangan tingkat emisi GRK. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut 2.1.3.1 Joint Implementation JI, mekanisme yang memungkinkan negara-negara maju untuk membangun proyek bersama yang dapat menghasilkan kredit penurunan atau penyerapan emisi GRK. Kerjasama antara sesama negara Annex I Negara Industri Maju dalam upaya menurunkan emisi gas rumah kaca dengan investasi Universitas Sumatera Utara asing antar negara Annex I yang diimbali dengan unit penurunan emisi Emission Reduction Unit-ERU. 2.1.3.2. Emission Trading ET, mekanisme yang memungkinkan sebuah negara maju untuk menjual kredit penurunan emisi GRK kepada negara maju lainnya.yaitu jika sebuah negara maju mengemisikan GRK dibawah jatah yang diijinkan, maka negara tersebut dapat menjual volume GRK yang tidak di emisikan kepada negara maju lain yang tidak dapat memenuhi kewjibannya perdagangan emisi. 2.1.3.3 Clean Development Mechanism CDM, mekanisme yang memungkinkan negara non-ANNEX I negara-negara berkembang untuk berperan aktif membantu penurunan emisi GRK melalui proyek yang diimplementasikan oleh sebuah negara maju. Nantinya kredit penurunan emisi GRK yang dihasilkan dari proyek tersebut dapat dimiliki oleh negara maju tersebut. CDM juga bertujuan agar negara berkembang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan, selain itu CDM adalah satu-satunya mekanisme di mana negara berkembang dapat berpartisipasi dalam Perjanjian Protokol Kyoto. Secara umum CDM merupakan kerangka Multilateral yang memungkinkan negara maju melakukan investasi di negara berkembang untuk mencapai target penurunan emisinya. CDM merupakan satu-satunya mekanisme dalam Perjanjian Protokol Kyoto yang memungkinkan peran negara berkembang untuk membantu negara Annex I dalam upaya mitigasi GRK. Namun demikian, peran CDM bukan hanya dalam mengurangi GRK seperti yang tertera dalam pasal 12 Perjanjian Protokol Kyoto, tujuan CDM adalah: Universitas Sumatera Utara a. Membantu negara berkembang yang tidak termasuk dalam negara Annex I untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan serta menyumbang pencapaian tujuan utama konvensi perubahan iklim yaitu menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca dunia pada tingkat yang tidak akan mengganggu sistim iklim global. b. Membantu negara-negara Annex I atau negara maju dalam memenuhi target penurunan jumlah emisi negaranya. Mekanisme CDM memungkinkan negara Annex I untuk menurunkan emisi GRK secara lebih murah dibandingkan dengan mitigasi di dalam negerinya sendiri Domestic Action. Oleh karenanya, CDM beserta dengan dua mekanisme lainnya dikenal sebagai mekanisme fleksibelitas flexibility Mechanism. Dalam pelaksanaan CDM, komoditi yang diperjual belikan adalah reduksi emisi GRK tersertifikasi yang disebut CER Certified Emission Reduction. CER ini di perhitungkan sebagai upaya negara Annex I dalam memitigasi emisi GRK dan nilai CER ini setara dengan nilai penurunan emisi yang dilakukan secara domestik dan karenanya dapat diperhitungkan dalam pemenuhan target penurunan emisi GRK negara Annex I seperti yang disepakati dalam Annex B Perjanjian Protokol Kyoto. Mekanisme yang ketiga ini menjadi wujud Implementasi Perjanjian Protokol Kyoto di negara-negara berkembang khususnya di Indonesia, sebagai tujuan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca di atmosfer penyebab terjadinya perubahan iklim.

2.1.4 Struktur Kelembagaan Perjanjian Protokol Kyoto