BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan analisis dan temuan penelitian simpulan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Interaksi kinerja verbal tindak tutur permintaan dalam bahasa Jepang pada Film TLS mempertimbangkan aspek kesopanan. Kesopanan direfleksikan dalam tuturan
yang mengakibatkan orang lain melakukan sesuatu yang dimaksudkan penutur atau dalam tindak tutur permintaan. Tujuan mempertimbangkan kesopanan dalam interaksi
adalah agar permintaanya dikabulkan. Semakin langsung pemakaian tindak tutur permintaan dalam interaksi semakin dangkal perasaan yang terungkap dan semakin jauh
jarak keakraban antara penutur dan mitra tutur, sebaliknya semakin tidak langsung tindak tutur permintaan dipakai semakin dalam perasaan yang terungkap dan semakin akrab
hubungan antara penutur dengan mitra tutur. 2. Bentuk tindak tutur permintaan dalam interaksi antara penutur dengan mitra
tutur penutur bahasa Jepang dalam Film TLS menggunakan tujuh pola tutur kinerja verbalnya. Ketujuh pola tutur kinerja verbal tindak tutur permintaan yang dimaksud
adalah: i tuturan bermodus imperatif, ii tuturan performatif eksplisit iii tuturan performatif berpagar iv tuturan dengan proposisi keharusan v tuturan yang
menunjukkan kesangsian vi tuturan dengan pengandaia bersyarat vii tuturan yang menyertakan alasan. Dari ketujuh pola tutur tersebut lima diantaranya yaitu butir ketiga
sampai ketujuh sebagai pola tutur tidak langsung ketidaklagsungan yang memliki dan
Universitas Sumatera Utara
memiliki jenis tuturan non-literal, sedangkan dua pola tutur yang lain yaitu butir pertama dan kedua memanfaatkan pola tutur yang cenderung berjenis literal.
3. Dalam interaksi masyarakat Jepang tuturan senioritas, yang lebih tua, majikan, atasan, gender laki-laki lebih cenderung menggunakan tuturan yang kurang sopan, hal ini
ditandai dengan seringnya muncul tuturan permintaan yang disampaikan dengan jenis tuturan langsung, sementara tuturan dalam interaksi yang digunakan oeh junior , lebih
muda, pembantu, bawahan, gender perempuan lebih cenderung menggunakan tuturan yang sopan dan disampaikan dengan jenis tuturan tidaklangsung ketidakterusterangan.
Dari analisis tindak tutur permintaan dapat disebutkan bahwa tindak tutur permintaan yang paling dominan dalam film TLS adalah tindak tutur yang menunjukkan kesangsian
pesimis dengan jumlah tuturan lebih banyak dari pada fungsi tuturan yang lainnya yaitu 4 tuturan.
4. Penyebab-penyebab tuturan tersebut lebih dominan muncul dalam bahasa Jepang pada Film TLS karena dipengaruhi juga oleh pemakaian ragam bahasa hormat
yang menjadi salah satu karateristik bahasa Jepang. Hal ini ditentukan oleh usia tua atau muda, senior atau yunior, status atasan atau bawahan, guru atau murid, jenis kelamin
pria atau wanita, keakraban orang dalam atau orang luar, gaya bahasa bahasa sehari- hari, pribadi atau umum rapat, upacara atau kegiatan lain dan pendidikan pendidikan
atau tidak. Dan Pemakaian ragam kinerja verbal tindak tutur permintaan bahasa Jepang dalam film TLS merupakan bentuk ragam tutur yang khas dipakai sebagai interaksi antara
penutur dengan mitra tutur yang disepakati dan dipahami oleh mereka serta dapat merefleksi reaksi subjektif sopan dan tidak sopan.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian keragaman kinerja verbal tindak tutur permintaan mampu memberikan informasi kadar hubungan dan mendefenisikan hubungn mereka sesuai
dengan kelaziman mereka bertutur, khususnya dalam masyarakat tutur Jepang pada Film TLS. Oleh karena itu, temuan keragaman tuturan kinerja verbal dalam penelitian ini
tidaklah dapat melepaskan diri dari aspek fungsi social budaya dalam mereka berinteraksi.
6.2 Saran