Kinerja Ketidaksopanan Pembahasan .1 Ragam Kinerja Verbal Tindak Tutur Permintaan

Kamu sampel yang sudah datang dengan teliti periksa tolong. Tolong kamu periksa dengan teliti contoh barang yang sudah datang. 26 Hoka no mise ni ikimashou Yang lain ke toko pergi mari Mari pergi ke toko yang lain. 27 . Chotto misete kudasai. Sebentar perlihatkan tolong. Tolong perlihatkan sebentar.

4.2.3 Kinerja Ketidaksopanan

Ketidaksopanan cenderung terjadi dalam interaksi kurang memperhatikan citra muka mitra tutur, kurang menguntungkan mitra tutur oleh penutur. Oleh sebab itu kinerja tidak tutur permintaan yang tidak sopan cenderung kurang menghargai dan mengakui citra diri mitra tutur. Dalam tuturan film TLS kinerja tindak tutur permintaan yang tidak sopan dalam interaksi cenderug digunakan dengan tuturan bermodus imperatif. Misalnya seperti berikut: 28 Ore no sanporu ni kitekita, jyuyona no chekushitekure Kamu sampel yang datang dengan teliti periksa. Kamu periksa dengan teliti contoh sampel yang sudah datang. 29 Universitas Sumatera Utara Hoka no mise ni ikou Yang lain ke toko pergi Pergi ke toko yang lain. 30 Chotto misete,,,,, Sebentar perlihatkan,,,,, Perlihatkan sebentar,,,, Tuturan performatif eksplisit seperti berikut: 31 Doushita, hayaku ike,,,,,, Kenapa, cepat saya minta,,,, Kenapa, saya minta cepat pergi. 32 Sokomade kangaeruno, dete ike yo. Sampai disitu berpikir, keluar pergi minta. Sampai disitu berpikirmu, saya minta pergi keluar. Tuturan –tuturan tersebut di atas, cenderung tidak sopan meskipun wajar digunakan penutur kepada mitra tutur bergantung kepada peran penutur. Dengan demikian kewajaran tidak identik dengan ketidaksopanan. Ketidaksopanan dapat menimbulkan konflik dan ketidakharmonisan antara penutur dengan mitra tutur. Dalam interaksi pada ranah perusahaan, kekariban ataupun ranah keluarga bagaiman hubungan antara atasan dan bawahan, teman dengan teman dan majikan dengan pembantu, tuturan-tuturan tersebut di atas, cenderung memperlihatkan hubungan Universitas Sumatera Utara peran yang absolute. Oleh sebab itu orientasi interaksi antara penutur dengan mitra tutur hanya diukur oleh hasil tindakan yang dicapai semata-mata. Di antara kinerja verbal tindak tutur permintaan yang tidak sopan di atas, tuturan dengan performatif eksplisit merupakan tuturan yang paling menyudutkan dan merugikan mitra tutur, karena kinerja tuturan performatif eksplisit cederung bertujuan untuk menempatka dan menunjukkan kewenangan penutur berdasarkan peran dan statusnya dalam interaksi dengan mitra tutur. Ketegasan kewenangan penutur tersebut menurut tindakan yang diinginkan penutur dan harus dilaksanakan oleh mitra tutur. 4.2.4 Pemakaian Ragam Kinerja Verbal Tindak Tutur Permintaan Bahasa Jepang dalam Film Tokyo Love Story Peran di atas menunjukkan bahwa bentuk tindak tutur permintaan bukan hanya sekedar pemakaian ragam kinerja verbal tetapi juga menentukan kadar hubungan pelaku tutur dan mendefenisikan hubungan mereka dalam budaya mereka berinteraksi. Sesuai dengan pemanfaatan ancangan hymes 1980 yang difokuskan pada hubungan peran dan latar pemakaian tindak tutur permintaan dalam interaksi dalam masyarakat Jepang maka ragam kinerja verbal di atas di dasrkan pada citra muka muka negatif dan positif yang merupakan pengakuan dan penghargaan citra diri. Sebagai masyarakat tutur yang berlatar belakang budaya hormat dan memiliki ragam bahasa hormat dan ragam bahasa biasa , pemakaian tindak tutur permintaan dalam interaksi pada film TLS ternyata tidaklah dapat melepaskan pandangan hidup yang mengindahkan prinsip saling menghargai dan hormat. Dengan pandangan ini, pemakaian bentuk tindak tutur permintaan dalam interaksi pada ranah keluarga cenderung Universitas Sumatera Utara memperhatikan keharmonisan hubungan mereka, baik sesuai dengan kewenangan maupun penyesuaian peran kewenangan pelaku tutur. Pemakaian bentuk tindak tutur permintaan yang demikian ini dimaksudkan untuk meningkatkan keakraban hubungan diantara pelaku tutur. Hubungan yang harmonis berkaitan dengan kewajaran yang mereka emban masing-masing sesuai tempat dan waktu tutur dilaksanakan, hubungan yang harmonis dapat juga berkaitan dengan pengakuan dan penghargaan antara mereka, dan hubungan harmonis merupakan kinerja kerja sama yang saling menguntungkan, kesemua hubungan ini sangat berkaitan dengan latar tutur yang bersifat tidak resmi. Penghargaan dan pengakuan citra diri nosi muka positif dan negatif pandangan Brown dan Levinson 1978 merupakan dasar pemikiran terhadap untung rugi cost- benefit dan panjangnya jarak yang ditempuh oleh daya ilokusioner sampai pada tujuan ilokusioner ternyata cenderung dipakai sebagai pertimbangan pemakaian kinerja verbal bentuk tindak tutur permintaan dalam interaksi yang lazim dipakai penutur bahasa Jepang. Penghargaan dan pengakuan citra diri tersebut dimaksudkan sebagai dasar kinerja saling menghargai dan hormat dalam interaksi. Saling menghargai dan hormat merupakan kerangka normatif yang dipakai sebagai dasar dalam berinteraksi antara pelaku tutur. Saling menghargai berarti bertujuan untuk mempertahankan interaksi yang harmonis dan mencegah timbulnya ketidakharmonisan konflik serta menuntut pelaku tutur mampu membawa diri dan menunjukkan sikap dalam interaksi. Oleh sebab itu mereka dituntut mawas diri dan menguasai mengendalikan emosi, karena bentuk tindak tutur permintaan sebagai fenomena bahasa dan sekaligus sebagai fenomena sosial. Untuk menghindari konflik dalam interaksi cenderung dipakai tuturan tidak langsung ketidakterusterangan. Dengan demikian, maka pemakaian bentuk tindak tutur Universitas Sumatera Utara permintaan pada penutur bahasa Jepang dalam Film TLS cenderung berpedoman pada norma atau prinsip dasar dalam masyarakat Jepang pada umumnya. Universitas Sumatera Utara

BAB V TEMUAN HASIL PENELITIAN

5.1 Temuan Hasil Penelitian

Setelah data terkumpul dan dianalisis, maka diperolehlah hasil penelitian dari tindak tutur permintaan dalam Bahasa Jepang dalam Film TLS sebagai berikut. Lampiran 4 Temuan Hasil Penelitian No Fungsi tindak tutur Jenis tindak tutur Jumlah tindak tutur 1 2 3 4 5 6 7 Tuturan bermodus imperatif Tuturan performatif eksplisit Tuturan performatif berpagar Tuturan dengan proposisi keharusan Tuturan yang menunjukkan kesangsian pesimis Tuturan dengan pengandaian bersyarat Tuturan yang menyertakan alasan Langsung literal Lansung non literal Tidak langsung literal Langsung literal Tidak langsung non literal Langsung non literal Langsung literal 3 2 2 1 4 2 1 Universitas Sumatera Utara